Dampak Penurunan Suku Bunga Acuan BI Menjadi 3,75 Persen
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur November lalu menjadi 3,75 persen. Penurunan suku bunga acuan ini didorong kondisi perekonomian nasional yang mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.
Direktur Sales dan Produk PT Mandiri Manajemen Investasi, Endang Astharanti mengatakan penurunan suku bunga dilakukan pemerintah dalam rangka memberikan stimulus dari sektor moneter.
"Pemerintah baik itu global atau nasional melakukan upaya akselerasi perekonomian, salah satunya memberikan stimulus moneter," kata kata Asti sapaannya dalam diskusi Woman Virtual Live Event bertajuk: Save, Spen or Inves?, Jakarta, Rabu (25/11).
Asti menjelaskan penurunan suku bunga acuan ini bertujuan untuk mendorong para pengusaha agar bisa melakukan usahanya kembali, sehingga roda perekonomian kembali bergerak. Namun penurunan suku bunga acuan ini sangat berdampak pada instrumen investasi berupa deposito. Imbal hasil investasi ini ikut mengalami penurunan.
"Karena penurunan suku bunga ini untuk instrumen deposito ini return-nya mengalami penurunan," kata Asti.
Begitu juga dengan saham yang terjun sampai 15 persen. Sebab instrumen investasi saham mengikuti ekspetasi pertumbuhan ekonomi atau lara emiten yang ada di bursa saham. Sementara itu, instrumen obligasi saat ini tengah mengalami kenaikan. Pun dengan reksa dana yang memiliki pendapatan tetap.
Dari kaca mata invetasi, menurut Asti dalam kondisi ini sebaiknya harus dimanfaatkan. Penurunan saham hingga 15 persen harus dijadikan sebagai kesempatan membeli.
"Sekarang kita beli di harga murah ini beli harga diskon 15 persen. Walaupun saham sedang mengalami penurunan tapi kita punya kesempatan beli di harga murah," kata dia.
Dia berharap, perekonomian nasional tahun depan akan membaik dengan kehadiran vaksin, sehingga harga saham kembali naik. "Harapannya 2021 dengan ditemukannya vaksin ini perekonomian mulai pick up lagi, harga saham naik," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaGubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaCukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaCerita Pedagang Bunga TPU Pondok Rangon, Penghasilan Naik Dua Kali Lipat saat Lebaran
Pedagang bunga mengklaim bahwa tidak menaikkan harga bunga karena khawatir dagangannya tidak laku.
Baca SelengkapnyaPemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaBPS Ungkap Penyebab Mahalnya Harga Beras, Meski Jokowi Rajin Bagikan Bansos
Padahal Pemerintah gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
Baca Selengkapnya