Merdeka.com - Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimoeso mengaku jengah dengan pertanyaan soal impor beras kepada pihaknya. Padahal, komoditas pangan lain seperti gandum, impornya jauh lebih besar dibandingkan beras dan merugikan devisa negara yang lebih besar dibandingkan beras.

Paling tidak, gandum diimpor selama 35 tahun terakhir. Sedangkan impor beras hanya 600.000 ton setahun, tetapi selalu menjadi isu besar di masyarakat.

"Dilihat dari segi kerugian akibat devisa yang keluar, berapa coba besar coba gandum sama beras, tapi gandum selama ini enggak pernah dipermasalahkan," cetus Sutarto selepas jumpa pers kinerja di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (3/1).

Selain itu, impor yang dilakukan Bulog merupakan pelaksanaan amanat pemerintah. Negara memang memberi kuota impor kepada Bulog mencapai satu juta ton per tahun. Langkah itu termasuk dalam kebijakan ketahanan pangan ASEAN yang disepakati pula oleh pemerintah, dan diaplikasikan dalam nota kesepahaman dengan negara produsen beras seperti Vietnam, Myanmar, dan India. "Itu MoU pemerintah, kita kan melaksanakan," ujarnya.

Sutarto mengklaim dirinya percaya target Kementerian Pertanian bahwa produksi beras 2013 bisa meningkat 6 persen dibanding tahun lalu. Karena itu dia meminta izin kepada DPR dan pemerintah agar kuota impor tahun ini diturunkan.

"(Kuota) impor beras 2013 akan berhenti pada 670 ribu ton. Akan berhenti di situ, stok bulog sudah sangat cukup. Padahal penugasan pemerintah (impor) satu juta ton, karena itupun kami minta izin diturunkan saja," ungkapnya.

Bahkan pihaknya optimis impor beras bisa ditiadakan. Asal produksi tidak terganggu ramalan tentang paceklik saat musim panen Maret mendatang.

"Justru kami takutkan harga jatuh saat panen, karena curah hujan tinggi. Tapi kami prinsipnya tetap kalau bisa dicukupi dari dalam negeri kenapa harus impor," tegasnya.