Buka cabang di luar negeri mahal, BCA lebih suka jaga kandang
Merdeka.com - Isu asas timbal balik dalam pembukaan cabang perbankan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 tidak menarik minat PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bank swasta terbesar Indonesia ini menempuh strategi memperbesar kekuatan domestik saja buat bersaing menghadapi serbuan bank asing dari Malaysia, Singapura, atau Thailand.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menilai, ongkos membuka cabang di negara lain terlalu mahal. Mulai dari kewajiban mempekerjakan tenaga lokal, sampai sewa tempat yang tidak murah.
Belum lagi kewajiban menyediakan infrastruktur seperti sistem IT maupun ATM. Alhasil, untuk menutup ongkos, Bank Indonesia di luar negeri pasti terpaksa menawarkan suku bunga yang tinggi.
"Jadi relatif saya tidak melihat profitability yang bisa kita peroleh. Lebih baik kita investasi lebih besar untuk mempertahankan keberadaan sebagai tuan rumah di negeri sendiri," ujarnya dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (23/7).
Berkaca dari ekspansi bank-bank Asia lain di luar negeri, pembukaan kantor cabang bukan pilihan ideal. Jahja mencontohkan bank-bank Jepang yang sudah puluhan tahun beroperasi di Indonesia, tapi tak bisa masuk ranking 15 bank terbesar.
Demikian pula kiprah bank-bank ASEAN di pasar Tanah Air, seperti DBS, OCBC, ataupun Maybank.
"Konsep membesarkan bisnis di negara orang bukan dengan buka cabang. Yang ada mereka beli bank lokal, seperti BII, Permata, dan Danamon," ungkapnya.
Liberalisasi pasar perbankan ASEAN tidak langsung terjadi tahun depan. Prosesnya bertahap sampai benar-benar tidak ada hambatan pada 2020.
Tapi bank milik Konsorsium Djarum ini tidak menutup kemungkinan membuka cabang di Asia Tenggara. Asal pemerintah memang meminta BCA aktif berekspansi ke luar negeri, dengan alasan non-bisnis.
"Kalau diperlukan imej Indonesia harus ada di negara lain ya kita ikut lah," ujarnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'
Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaUniknya Rumah Batak Karo Siwaluh Jabu, Berbahan Kayu dan Bikin Penghuninya Tak Kepanasan
Terdapat sejumlah tahapan pembangunan rumah Siwaluh Jabu yang dibantu dukun.
Baca SelengkapnyaPernah Gagal Berkali-kali, Ibu Asal Bojonegoro Kini Sukses Berbisnis Tas Anyaman Pembelinya dari Jakarta hingga Bali
Ia memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Investasi Properti Susah Dijual, Masyarakat Indonesia Masih Pilih Simpan Emas
Banyak masyarakat Indonesia yang memilih berinvestasi pada emas di tengah gempuran beragam pilihan investasi lain.
Baca SelengkapnyaIbu Rumah Tangga di Blitar Bikin Sabun dari Rempah-rempah, Terjual hingga Singapura Omzetnya Jutaan Rupiah per Bulan
Berawal dari kekhawatiran tak berkontribusi baik pada lingkungan, Khomsatun memproduksi sabun alami
Baca SelengkapnyaDagangan Tak Laku Sama Sekali, Pasangan Paruh Baya Ini Menangis Haru saat Ada Pembeli Borong Jualannya
Setiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.
Baca SelengkapnyaBea Cukai Bongkar Koper Penumpang untuk Diperiksa, Mendag: Itu Hal Biasa Saja, Kenapa Mesti Ribut
Zulkifli menilai, sangat wajar apabila masyarakat diminta untuk membayar pajak dari barang yang dibeli dari luar negeri.
Baca SelengkapnyaRela Tinggalkan Keluarga, TKW Malaysia Ini Berhasil Bangun Rumah Mewah Bak Istana di Kampung Halaman, Habiskan Dana Rp2 Miliar
Siapa sangka, pemiliknya ternyata sosok yang pernah bekerja keras sebagai TKW di Malaysia.
Baca Selengkapnya18,8 Juta Keluarga Bakal Terima BLT Mitigasi Risiko Pangan Senilai Rp600.000, Ini Bocoran Waktu Pencairannya
Penerima akan mendapatkan bantuan sebesar Rp600.000 per keluarga dan diberikan secara bertahap selama tiga bulan.
Baca Selengkapnya