Bos BI: Rupiah tembus Rp 14.000 per USD tidak mengkhawatirkan
Merdeka.com - Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika (USD) dibuka melemah pada perdagangan awal pekan ini. Rupiah melemah 93 poin atau 0,66 persen di level Rp 14.085 per USD dibandingkan penutupan akhir pekan lalu Rp 13.992 per USD.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan pelemahan Rupiah kali ini tidak mengkhawatirkan. Pihaknya juga terus mengantisipasi pelemahan nilai tukar dengan terus berkoordinasi yang intens antara dirinya dengan pemerintah.
"Rupiah tidak mengkhawatirkan. Dampak ini dari kondisi luar negeri, khususnya karena AS akan naikkan Fed Rate," ujarnya di kantornya, Jakarta, Senin (14/15).
Agus memprediksi, periode tingkat suku bunga The Fed selama tujuh tahun terakhir yang berada di kisaran 0 sampai 0,25 persen akan berakhir di bulan ini. Dia meyakini, akan ada kenaikan suku bunga secara berkala setelahnya.
"AS akan berkala menaikkan suku bunga per kuartal, dari 0,25 persen, menjadi satu sampai 1,25 persen di akhir tahun 2016. Nanti akan naik lagi 2,25 persen di tahun 2017," jelas dia.
Meski demikian, sentimen negatif dari Federal Reserve diprediksi hanya bersifat sementara. Bank Indonesia terus menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah. "Ini sifatnya hanya temporary. BI tetap akan akan menjaga," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution. Menurut dia, rencana Federal Reserve untuk memperketat kebijakan moneternya memang akan memberikan reaksi bagi para pelaku pasar. Hal tersebut akan sepenuhnya sirna, setelah bank sentral AS menaikkan tingkat suku bunga acuannya.
"Tingkat bunga mau naik di Amerika. Tentu banyak yang ambil kuda-kuda dan pasang strategi. Biasanya ini semacam tindakan yang belum diketahui pasti. Tidak lama juga akan ada penyesuaian," tambah dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ketidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca Selengkapnya