Merdeka.com - PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) melihat potensi keuntungan besar membangun bisnis hiburan layar lebar di daerah. Di sisi lain, operator Blitzmegaplex itu sudah semakin sulit memperbanyak bioskop di Jakarta lantaran lahan yang semakin terbatas.

"Mereka (masyarakat daerah) haus akan film-film terutama entertainment sehingga bisnis ini jangka panjangnya sangat cerah," ujar Komisaris Blitzmegaplex Brata Perdana, di Jakarta, kemarin.

Atas dasar itu, Blitzmegaplex menargetkan bakal membangun tujuh bioskop di sejumlah daerah di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang. Untuk itu, perseroan membutuhkan dana investasi sebesar Rp 196 miliar. Asumsinya satu bioskop memiliki tujuh layar dengan nilai Rp 3 miliar-Rp 4 miliar per layar.

Tahun ini, perseroan baru akan membangun tiga bioskop dengan menggunakan dana hasil IPO sebesar Rp 223,23 miliar tahun ini. Dua bioskop akan dibangun di Bandung, satu sisanya di Jogjakarta.

"Kami akan baru membangun di Bandung, ditargetkan akan dibuka pada kuartal III 2014, sementara Blitzmegaplex yang baru di Yogyakarta akan dibuka kuartal IV 2014," ungkapnya.

Menurut Brata, jumlah bioskop di Tanah Air masih kurang untuk memenuhi dahaga masyarakat di Indonesia akan hiburan. pada 2002, hanya ada 230-240 layar bioskop saja. Bandingkan dengan 1994, jumlah layar bioskop mencapai 2 ribu.

"Potensi industri bioskop di Indonesia sangat menjanjikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi semakin banyaknya kelas menengah, dan serta tren positif produksi film nasional, sehingga kami melihat situasi ini sebagai peluang bisnis yang sangat potensial di Indonesia."

Blitzmegaplex menguasai 15 persen pasar hiburan layar lebar di Tanah Air. Dari 700 layar lebar yang terkembang di Indonesia, 87 layar diantaranya milik Blitzmegaplex. Dan dipastikan bakal bertambah menjadi 100 layar jika bioskop di Jogjakarta dioperasikan.