BI: Surplus neraca perdagangan dukung kinerja transaksi
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan pada Mei 2014, mendukung kinerja transaksi berjalan triwulan II-2014. "Kami akan terus mencermati risiko global dan domestik yang dapat mempengaruhi prospek defisit transaksi berjalan dan ketahanan eksternal," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Peter Jacobs, dalam siaran pers, Jakarta, Rabu (2/7).
Tercatat neraca perdagangan Indonesia (NPI) pada Mei 2014, sesuai dengan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), mengalami surplus USD 0,07 miliar setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit sebesar USD 1,96 miliar.
Kinerja neraca perdagangan tersebut dipengaruhi oleh neraca perdagangan nonmigas, yang berbalik dari defisit menjadi surplus meskipun neraca perdagangan migas mencatat defisit yang meningkat dibandingkan kondisi April.
Neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus USD 1,40 miliar dibandingkan dengan defisit USD 0,92 miliar pada April 2014, dipengaruhi ekspor nonmigas yang meningkat 6,95 persen (mtm) sementara impor nonmigas terkontraksi 12,05 persen (mtm). Peningkatan ekspor nonmigas terutama terjadi pada komoditas utama lemak dan minyak hewan/nabati.
Selain itu, ekspor batu bara dan ekspor produk manufaktur berupa berbagai produk kimia, alas kaki, dan kertas/karton juga mengalami peningkatan. Menurut negara tujuan, peningkatan ekspor nonmigas Mei 2014 terutama didukung oleh kenaikan ekspor ke Tiongkok, India, dan Uni Eropa.
Kontraksi impor nonmigas dipengaruhi oleh penurunan impor pada 8 dari 10 golongan barang utama seperti mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, dan besi dan baja. Perbaikan kinerja neraca perdagangan Mei 2014 tertahan oleh peningkatan defisit neraca perdagangan migas yang naik menjadi USD 1,33 miliar dari USD 1,04 miliar di bulan April.
Meningkatnya defisit neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh kontraksi ekspor migas sebesar 10,40 persen (mtm) akibat turunnya ekspor gas dan hasil minyak, sementara impor migas justru tercatat meningkat 0,38 persen (mtm) akibat bertambahnya impor minyak mentah.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPS: Neraca Perdangan Indonesia Surplus 44 Kali Berturut-turut
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Catat Surplus Neraca Perdangan 43 Kali Berturut-turut, Kini Nilainya Capai USD 2,41 Miliar
Pudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaData BPS: Impor Beras 2023 Terbesar dalam 5 Tahun Terakhir, Didominasi Jenis Beras Patahan
Sebanyak 2,7 juta ton yang diimpor berjenis beras patahan.
Baca SelengkapnyaRespons Agus Gumiwang Masuk Bursa Calon Ketum Golkar
Jawabannya masih sama yaitu masih fokus mengurus perindustrian.
Baca SelengkapnyaBadak Sudah Ada Sejak 14 Juta Tahun Lalu, Fosilnya Ditemukan di China
Penemuan ini memiliki dampak besar terhadap pemahaman evolusi dan distribusi spesies badak di Asia.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnya