Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

BI: Rupiah Melemah 4,83 Persen Dibanding Akhir Tahun Lalu

BI: Rupiah Melemah 4,83 Persen Dibanding Akhir Tahun Lalu rupiah. ©2012 Merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memastikan nilai tukar Rupiah tetap stabil dan mengarah ke tingkat fundamentalnya. Rupiah secara poin to poin pada triwulan II-2020 mengalami kenaikan sebesar 14,42 persen. Ini dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020. Namun secara rata-rata, Rupiah mencatatkan depresiasi 4,3 persen akibat level yang masih lemah pada April 2020.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan, pada awal Juli 2020, Rupiah dan mata uang regional mengalami sedikit tekanan. Hal ini seiring meningkatnya ketidakpastian global, termasuk akibat meningkatnya resiko geopolitik Amerika - China.

"Hingga 15 Juli 2020, Rupiah terdepresiasi 2,28 persen baik secara poin to poin maupun secara rata-rata dibandingkan level JUni 2020. Dibandingkan dengan level akhir tahun 2019, Rupiah terdepresiasi 4,83 persen year to date," jelasnya dalam video konferensi Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI, Kamis (16/7/2020).

Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah masih berpotensi menguat. Ini seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalue. Juga didukung inflasi yang rendah dan terkendali. Kemudian, defisit transaksi berjalan yang juga rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang tinggi dan kompetitif serta premi risiko indo yang diperkirakan akan terus menurun.

Cadangan Devisa

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2020 meningkat menjadi USD 131,7 miliar. Sebelumnya, cadangan devisa pada Mei tercatat hanya sebesar USD 130,5 miliar.

Jumlah ini setara pembiayaan 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Selain itu, ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia tetap terjaga baik. Defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2020 diperkirakan tetap rendah. Ini dipengaruhi dengan membaiknya neraca perdagangan sejalan dengan peningkatan ekspor sejumlah komoditas, serta penurunan impor akibat masih lemahnya permintaan domestik.

"Data Juni 2020 menunjukkan neraca perdagangan di triwulan II mencatat surplus USD 2,9 miliar meningkat dari surplus triwulan sebelumnya sebesar USD 2,6 miliar," kata Gubernur BI, PErry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Juli 2020 secara virtual, Kamis (16/7/2020).

Sementara itu, Aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II 2020 mencatat net inflows sebesar USD 10,2 miliar.

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya

Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya

Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.

Baca Selengkapnya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.

Baca Selengkapnya
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia

Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Prabowo Subianto Sebut Rasio Utang Indonesia Terendah di Dunia, Cek Dulu Datanya

Prabowo Subianto Sebut Rasio Utang Indonesia Terendah di Dunia, Cek Dulu Datanya

Di Asia, China menempati posisi rasio utang terhadap PDB yang tertinggi mencapai 77,10 persen.

Baca Selengkapnya
Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina

Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina

Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.

Baca Selengkapnya
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun

Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun

Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang

Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun

Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun

Baca Selengkapnya