BI rate naik, orang bakal hindari perbankan
Merdeka.com - Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 0,25 persen. Alhasil, suku bunga acuan yang sebelumnya 7,5 persen menjadi 7,75 persen.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Anshari Bukhori menyayangkan naiknya BI rate. "Kalau saya lihat, kebijakan itu dampaknya pasti orang akan memilih simpan uang atau investasi," ungkap Anshari di Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/11).
Dia menegaskan, kenaikan BI rate, bakal menggelembungkan biaya investasi. Bahkan, dampaknya terhadap investasi yang masuk ke Indonesia bisa beralih ke negara lain. "Karena bunga bank yang lebih tinggi. Kalau pandangan saya sayang gitu potensi investasinya," ujar Anshari," katanya.
Anshari menegaskan, padahal kondisi saat ini, Indonesia yang membutuhkan investasi banyak untuk membangun program infrastruktur. "Secara logika pada situasi seperti ini kita harus mendorong investasi, karena situasi ekonomi sekarang agak melambat," tandasnya.
Selain itu, BI rate, suku bunga lending facility naik sebesar 50 bps menjadi 8,00% dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level 5,75 persen. "Berlaku efektif sejak 19 November 2014. Kenaikan BI Rate ditempuh untuk menjangkar ekspektasi inflasi," ujar Tirta Segara Direktur Eksekutif Bank Indonesia dalam siaran persnya, Selasa (18/11).
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaUang yang bisa ditukarkan mencakup pecahan Rp1.000, Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, dan Rp20.000.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat harga beras saat ini menjadi yang paling mahal sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaPadahal Pemerintah gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca Selengkapnya