BI: Inflasi tinggi menurunkan daya saing produk nasional
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan inflasi tinggi berpotensi menurunkan daya saing produk nasional. Sebab, pengusaha bakal kian terbebani dengan lonjakan biaya produksi disebabkan inflasi.
"Filipina 5-10 tahun inflasi bisa di bawah 5 persen. Jadi ini tantangan, karena bisa menyulitkan Indonesia menang dari negara kawasan karena inflasi tinggi dari gejolak harga pangan dan harga yang diatur pemerintah," jelasnya dalam acara Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), Jakarta, Rabu (29/4).
Inflasi, lanjut Agus, menggerus pendapatan masyarakat dan menyulitkan pengusaha menghitung harga jual produk. Selain itu, memicu tindakan spekulatif untuk mempertahankan daya beli.
"Pelaku ekonomi membeli dalam jumlah banyak khawatir harga barang naik lagi," tuturnya. "Inflasi Indonesia termasuk tinggi, karena saat harga BBM naik memicu inflasi melambung."
Agus meyakini pencabutan subsidi premium dan pemberian subsidi tetap pada solar sebesar Rp 1000 per liter dapat menjinakkan inflasi. Meskipun masih ada sedikitnya enam tantangan struktural pengendalian inflasi.
Diantaranya, keterbatasan kapasitas produksi, kurs rupiah pada ekspor berbasis sumber daya alam dan ketergantungan impor. Kemudian, produksi pasokan pangan yang rentan, inefisiensi dalam struktur mikro pasar, masih tingginya ketergantungan impor nasional, dan masih lemahnya konektivitas antar daerah.
"Kami bisa atasi dengan meningkatkan koordinasi antara pemerintah dan BI serta Tim Pengendali Inflasi Daerah. Ada 408 pengendali inflasi daerah yang ditempatkan di tingkat Kabupaten/Kota," ucap Agus.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemendag bekerjasama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menahan inflasi.
Baca SelengkapnyaKelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaKenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional kembali menugaskan Bulog untuk melanjutkan penyaluran bantuan pangan beras tahun 2024.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaKomoditas ini dianggap sebagai komoditas pangan bergejolak sehingga sangat berpengaruh terhadap inflasi pangan.
Baca SelengkapnyaTujuan aturan ini untuk memudahkan pelaku usaha dalam mendukung peningkatan daya saing ekonomi.
Baca SelengkapnyaBapanas memperkirakan, pada panen raya kali ini produksi beras nasional akan cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaMelalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.
Baca Selengkapnya