BI: Indonesia siap hadapi krisis ekonomi kapanpun
Merdeka.com - Bank Indonesia mempersiapkan semua instrumen menghindarkan terjadi krisis ekonomi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Sesuai data Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, Indonesia berada di peringkat ke-6 di antara negara berkembang, dalam kapasitas menghadapi goncangan perekonomian. Atas dasar itu, rencana Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan Fed Fund Rate pada pertengahan 2015 bukan ancaman yang terlalu bisa melemahkan Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan, posisi Indonesia membaik dari peringkat 11 di awal tahun lalu. Walau ada perbaikan, dia menilai otoritas moneter bersama pemerintah tidak boleh berleha-leha.
"Indonesia lebih baik dibanding negara berkembang lain, tapi Indonesia juga tidak terlalu kuat. Maka menghadapi ancaman 2015, khususnya pada pertengahan tahun, kita harus sangat hati-hati," ujarnya di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (18/9).
Negara berkembang lain yang peringkatnya masih di bawah Indonesia, misalnya Argentina dan Turki. Keduanya tahun ini mengalami krisis ekonomi akibat mengalami gagal bayar surat utang pemerintah.
Agus menjelaskan di era globalisasi dan saling terhubungnya lembaga keuangan sedunia, krisis ekonomi dapat terjadi di mana saja. Bahkan negara yang tidak punya hubungan dagang erat dengan Indonesia bisa menularkan ‘penyakit’ dari sektor finansial.
"Dulu krisis biasanya terjadi setiap 10 tahun. Kini bahkan setiap tahun ada krisis, dari krisis 2008, berlanjut krisis Eropa, lalu tahun lalu kita juga kena karena masuk tappering," ungkapnya.
Oleh sebab itu, dibanding terlalu khawatir menghadapi rencana the Fed menaikkan suku bunga, BI mengajak pemerintah, bankir, dan seluruh pihak memperbaiki fundamental ekonomi. Langkah ini akan lebih efektif menghadapi guncangan eksternal apapun wujudnya.
"Sebuah perekonomian yang mampu mengelola indikator seperti defisit anggaran negara, defisit neraca pembayaran, dan rasio utang terhadap kemampuan membayar, umumnya lebih baik dalam menghadapi krisis," urainya.
Gubernur BI menyimpulkan, hal-hal yang melemahkan daya tahan Indonesia adalah impor minyak tinggi yang membuat defisit transaksi berjalan terjadi 11 triwulan terakhir. Ini masih ditambah dangkalnya pasar uang domestik, sehingga ketergantungan pada investor asing terlalu besar. Terutama yang bersumber pada saham dan portofolio negara.
"Tingginya kepemilikan asing dalam surat berharga negara, memang kita akui berpotensi terjadi aksi rebalancing ketika nanti bunga di Amerika lebih tinggi. Itu dapat menyebabkan tekanan kurs yang signifikan," kata Agus.
BI melansir tiga kebijakan baru, yakni mempermudah transaksi valas antar bank dan debitur dalam negeri, antara bank dengan asing, serta kemudahan bank memberikan lindung nilai pada klien. Semua inovasi itu, menurut Agus, bisa memicu pendalaman pasar valas domestik. Dampak positifnya, ketahanan Indonesia menghadapi krisis meningkat.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Klaim Reformasi Birokrasi 2023 Berhasil, Buktikan dengan Turunnya Angka Kemiskinan
Melalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.
Baca SelengkapnyaDunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaBulog Lakukan Tiga Jurus Intervensi Seimbangkan Harga Beras
Kepala Badan Nasional Arief Prasetyo Adi mendampingi Presiden Jokowi menyerahkan bantuan pangan di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaStaf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Nurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca Selengkapnya