Bank Mandiri Tak Khawatir Kualitas Kredit Terganggu Gejolak Harga Minyak Dunia
Merdeka.com - Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, meyakini bahwa harga minyak mentah dunia akan kembali stabil. Harga minyak dunia sempat turun drastis di awal pekan.
"Harga minyak saya yakin akan balik lagi. Tidak akan lama, kalau lihat pattern-nya dulu-dulu itu turun, tidak ada 3 bulan naik lagi," kata Royke setelah meresmikan pengoperasian Hype Branch KCP Jakarta Senayan City, Jakarta, Rabu (11/3).
Bank Mandiri juga tidak khawatir kemampuan pembayaran utang debiturnya akan terganggu dengan turunnya harga minyak dunia. Apalagi, rata-rata nasabahnya memiliki pinjaman dengan tenor jangka panjang.
"Kita khawatir kalau dia utangnya mau jatuh tempo kayak Garuda Indonesia, baru khawatir. Tapi rata-rata nasabah kita panjang-panjang kalau pinjam. Kayak Pertamina kan pinjemnya 30 tahun, yang lain rata-rata panjang," jelasnya.
Dia pun mengaku Bank Mandiri selalu giat melakukan komunikasi dan diskusi bersama pihak Garuda Indonesia terkait restrukturisasi kredit. "Kita tiap hari ada komunikasi dengan Garuda," ungkapnya.
Awal Pekan, Penurunan Harga Minyak Dunia Terburuk Sejak 1991
Pada pekan lalu, Rusia selaku sekutu OPEC menolak tambahan produksi 1,5 juta barel per hari yang diusulkan 14 anggota kartel minyak tersebut. Usai terjadi kebuntuan pembicaraan, pemimpin OPEC Arab Saudi langsung memangkas harga minyak resminya karena dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksi.
Pemotongan produksi sebelumnya berakhir pada Maret. Itu artinya, mulai 1 April, para produsen minyak boleh memompa produksinya sesuai keinginan. Membanjirnya pasokan bisa kian menekan harga yang sudah tertekan wabah Virus Corona.
Pada Senin lalu, minyak mentah Intermediate West Texas (WTI) dan patokan minyak internasional Brent sempat mencatat penurunan terburuk sejak 1991. WTI dan Brent masing-masing turun 24,59 persen dan 24,1 persen. Penurunan ini mencapai posisi terendah lebih dari 4 tahun.
Kemarin, harga WTI diperdagangkan naik 92 sen, atau 2,9 persen menjadi USD 32,06 per barel.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaBank Mandiri Siapkan Uang Tunai Rp1,15 Triliun untuk Kebutuhan Lebaran di Bali Nusra
Langkah ini diharapkan dapat membantu nasabah memenuhi berbagai kebutuhan pada periode bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Baca SelengkapnyaBank Mandiri Luncurkan E-Money Desain Khusus IKN Nusantara, Bisa Dibeli Mulai 29 Januari 2024
Peluncuran e-money ini tidak hanya untuk mendukung pembangunan IKN saja, melainkan ini sebagai langkah Mandiri untuk melakukan transformasi digitalisasi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya
Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaPenyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Bakal Buka Penukaran Uang di Titik Jalur Mudik, Syaratnya Cuma Butuh KTP
Bagi masyarakat yang ingin menukarkan uang melalui pelayanan tersebut harus membawa indentitas seperti kartu tanda penduduk (KTP).
Baca SelengkapnyaOJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 11 Persen di 2024
Optimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya