Awal pekan, IHSG lanjutkan tren pelemahan
Merdeka.com - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih memperpanjang pelemahannya seiring dengan laju bursa saham Asia yang juga masih betah di zona merah. Rilis inflasi tampaknya belum cukup direspon positif lantaran data makroekonomi lainnya berupa data neraca perdagangan kembali menunjukkan angka defisit.
Kondisi itulah yang akhirnya membuat pelaku pasar kembali melakukan aksi jual dan melemahkan IHSG. Nilai tukar Rupiah yang kembali mengalami pelemahan sejalan dengan melemahnya IHSG.
Pada perdagangan Senin (4/11), diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.415-4.427 dan resistance 4.528-4.532.
"Dengan berbalik arahnya IHSG dan masih di bawah tren kenaikannya membuat IHSG kehilangan peluang untuk menguat. Laju IHSG kemungkinan masih akan variatif dengan kecenderungan melemah kecuali ada sentimen positif lain yang mampu membuat IHSG upreversal," ujar Analis Trust Securities, Reza Priyambada, dalam riset hariannya, Jakarta.
Adapun pertimbangan saham-saham hari ini antara lain: PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT Akasha Wira International Tbk (ADES), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Kemudian, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Modernland Realty Ltd. Tbk (MDLN) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).
Sementara meski beberapa bursa saham Asia ada yang berada di zona hijau namun, kenaikannya hanya tipis dan secara mayoritas masih memperpanjang laju pelemahannya. Sentimen dari hasil pertemuan FOMC yang kembali mensinyalkan akan adanya percepatan tappering off dari perkiraan sebelumnya masih menghantui laju bursa saham Asia.
Laju bursa saham Eropa kembali berbalik arah melemah meski beberapa diantaranya libur memperingati All Saint’s Day. DAX dan CAC menjadi bagian bursa saham Eropa yang melemah setelah merespon rilis data-data AS (penurunan initial jobless claims WoW dan kenaikan Chicago PMI) yang menimbulkan spekulasi The Fed akan mempercepat tappering off.
Rilis kenaikan ISM Manufacturing Index sempat membuat laju bursa saham AS melemah karena berkaitan dengan kemungkinan percepatan tappering off. Namun akhirnya dapat sedikit tertutupi oleh rilis kinerja beberapa emiten yang dapat melampaui proyeksi antara lain First Solar Inc.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kinerja IHSG Terbaik Kedua di ASEAN, Kalah dari Vietnam
Nilai kapitalisasi pasar IHSG pada Desember 2023 lalu menyentuh Rp11.674 triliun.
Baca SelengkapnyaInflasi Maret 2024 Meroket Dipicu Mahalnya Harga Makanan
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaData BPS: Inflasi Desember 0,41 Persen, Tertinggi Sepanjang 2023
Kenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaMenteri Erick Klaim Bansos Pangan Sukses Jaga Inflasi Indonesia di Level 2,6 Persen
Salah satunya karena berhasil menahan tingkat inflasi di kisaran 2,6 persen.
Baca Selengkapnya