Merdeka.com -  

Pemerintah akan menurunkan asumsi nilai tukar rupiah dalam pengajuan APBN Perubahan. Rupiah akan dialokasikan pada kisaran Rp 8.800 sampai Rp 9.000 per dolar Amerika Serikat. Padahal dalam APBN 2012 asumsi nilai tukar rupiah dipatok Rp 8.800 per dolar Amerika Serikat. 

"Akan diperlemah pada pengajuan APBN Perubahan 2012 guna menopang neraca pembayaran karena melemahnya ekspor," ujar  Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro di Gedung Kementerian Keuangan, Jumat (2/3).

Dia mengatakan, perubahan asumsi tersebut dilakukan karena karena kondisi ekonomi saat ini belum membaik. Selain itu, sisi ekonomi dengan kurs yang diperlemah membantu neraca pembayar trade balance yang agak menurun."Dengan melemahnya nilai tukar rupiah diharapkan akan tetap menguatkan ekspor Indonesia ditengah krisis global saat ini," katanya.

Data BPS menunjukkan ekspor Indonesia pada Januari 2012 mengalami penurunan sebesar 9,28 persen dibanding Desember 2011, dari USD17,07 miliar menjadi USD15,4 miliar. Bila dibandingkan dengan Januari 2011, ekspor mengalami peningkatan sebesar 6,07 persen.

Penurunan ekspor Januari 2012 disebabkan jatuhnya ekspor nonmigas sebesar 7,90 persen dari USD13,5 miliar menjadi USD12,5 miliar.  Ekspor migas turun sebesar 14,66 persen dari USD 3,4 miliar menjadi USD 2,9 miliar yang disebabkan oleh jatuhnya ekspor minyak mentah sebesar 37,15 persen menjadi USD 883,1 juta dan ekspor gas yang turun sebesar 0,48 persen menjadi USD 1,7 miliar.

Kementerian Perdagangan mengklaim, pertumbuhan kinerja ekspor non-migas Januari 2012 masih membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Surplus total perdagangan Januari 2012 mencapai USD 0,92 miliar, terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD 0,93 miliar, dan defisit migas sebesar USD 0,01 miliar.