APPBI: Pusat Perbelanjaan Jangan Ikut-ikutan Online
Merdeka.com - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja meminta, para pengelola pusat perbelanjaan atau mal tidak ikut-ikutan masuk ke marketplace online. Sebab, dia menilai secara hakikat pusat perbelanjaan memang telah dibangun dan didesain dengan konsep offline.
"Jadi pusat perbelanjaan jangan ikut-ikutan menjadi online, karena DNA-nya sudah bener-bener berbeda. Ini pusat perbelanjaan seharusnya malah memperkuat offline-nya yang jadi DNA," imbuh Alphon dalam sesi webinar, Selasa (27/7).
Menurut dia, pihak penyewa atau retailer di pusat perbelanjaan tidak masalah jika mau menjamah pasar online. Sebab, pelaku usaha tersebut bisa berjualan baik secara daring maupun langsung.
"Tetapi kalau pusat perbelanjaannya menurut saya tidak perlu ikut-ikutan jualan jadi online. Justru pusat perbelanjaan itu harus memperkuat DNA-nya yang offline," seru Alphon.
Alphon secara tegas mengajak pengelola mal mengubah mindset antara digitalisasi ataupun online. Menurutnya, pendefinisian kedua hal tersebut masih sering tumpang tindih.
Dia tak menyangkal jika proses digitalisasi saat ini merupakan suatu kemutlakan bagi para pengelola pusat perbelanjaan. Itu digunakan untuk meremajakan seluruh servis maupun fitur yang ada di pusat perbelanjaan.
Terlebih di kala pandemi Covid-19, yang semakin mendorong pusat perbelanjaan untuk segera melakukan digitalisasi terhadap semua pelayanan yang ada.
"Contoh, ambil karcis, mulai dari parking mengambil tiket sekarang semua sudah serba digital. Bayar pun sama. Kemudian publikasi terhadap promosi-promosinya, sudah serba digital semuanya. Jarang sekali yang beriklan di koran, majalah dan sebagainya. Semua serba digital," tegas Alphon.
Alasan Mal Tetep Diminati di Tengah Gemmpuran e-Commerce
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, yakin jika pengusaha atau pengelola mal masih punya prospek bisnis cerah di masa depan pasca pandemi Covid-19 usai.
Alphon tak sepakat dengan anggapan bisnis online akan mematikan pengusaha mal. Sebab secara hakikat keduanya punya perbedaan mendasar, di mana mal bisa menawarkan interaksi fisik langsung yang tak bisa difasilitasi online.
"Selain marketnya juga, tapi secara fundamental pusat perbelanjaan tetap akan diminati oleh para pengunjung. Karena manusia sebagai konsumennya itu adalah makhluk sosial, punya naluri untuk berinteraksi secara langsung dengan sesamanya," ungkapnya dalam sesi webinar, Selasa (27/7).
Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM saat ini dinilainya telah memaksa manusia untuk menekan instingnya sebagai makhluk sosial. Alhasil online jadi satu-satunya wadah untuk bisa berinteraksi satu sama lain di tempat terpisah.
"Ini enggak bener sebetulnya buat kehidupan manusia. Jadi manusia membutuhkan interaksi secara langsung, dimana di pusat perbelanjaan salah satunya," ujar Alphon.
Oleh karenanya, dia berpandangan jika bisnis mal ke depannya masih memiliki prospek yang jelas. Hanya saja, Alphon meminta seluruh pengusaha mal untuk bersabar di tengah pengetatan sosial saat ini. Sehingga pengusaha mal nanti bisa bertahan sampai kondisi sudah benar-benar pulih.
"Jadi menurut saya pusat perbelanjaan masih tetep akan diperlukan. Mau ketemu sama pacar, ketemu sama kolega, sama temen bisnis di mana? Ya pasti di pusat perbelanjaan. Enggak mungkin di rumah sakit ketemunya," tuturnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Blibli mengajak masyarakat lebih waspada dengan mengenali saluran informasi dan kanal komunikasi resmi Blibli.
Baca SelengkapnyaJika terpilih sebagai presiden dia akan coba mengatur bagaimana kehadiran e-commerce tidak mematikan usaha pedagang konvensional.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pembayaran menggunakan QRIS lebih aman dan langsung masuk ke rekening. Pedagang dan pembeli jadi lebih praktis dan efektif saat belanja.
Baca SelengkapnyaBanyak sekali pasar jalanan di seluruh penjuru dunia yang sudah berdiri sejak ribuan tahun lalu. Yuk, simak pasar jalanan apa saja yang paling tua di dunia!
Baca SelengkapnyaSaat ini banyak modus penipuan yang dilakukan di bidang keuangan dengan memanfaatkan media sosial.
Baca SelengkapnyaPara pedagang konveksi di Pasar Tanah Abang dan PD Jaya Pasar Senen Jakarta mengalami penurunan penjualan produk alat kampanye.
Baca SelengkapnyaKonsep hidup ramah lingkungan yang meminimalisir penggunaan kemasan plastik membuat aneka kerajinan anyaman bambu semakin diminati konsumen.
Baca SelengkapnyaRatusan UKM fesyen yang tergabung dalam Mall UKM Cirebon memiliki toko digital dan berjualan di Lazada.
Baca Selengkapnya