Apindo: Investasi Tinggi Belum Tentu Serapan Tenaga Kerja Lebih Banyak
Merdeka.com - Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Danang Girindrawardana menyebut bahwa sebelum pandemi corona, pertumbuhan investasi di Indonesia terus meningkat. Sayangnya peningkatan jumlah investasi yang masuk tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Danang menilai, kondisi ini bisa menjadi salah satu penyebab masalah pengangguran tidak pernah terselesaikan.
"Setiap tahun makin banyak angka pengangguran yang meningkat, ini mengkhawatirkan," kata Danang dalam Webinar Apindo bertema 'Peran Kebijakan Akselerasi Produk Inovasi Di Era New Normal', Jakarta, Jumat (19/6).
Danang menjelaskan, sebelum pandemi serapan tenaga kerja selalu berbanding terbalik dengan jumlah investasi yang masuk. Pada tahun 2013 nilai investasi yang masuk sekitar Rp398,3 triliun. Di tahun tersebut jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 1,8 juta orang. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 4.594 orang tenaga kerja yang terserap.
Tahun 2015 nilai investasi yang masuk sebesar Rp545,4 triliun, menyerap tenaga kerja sebanyak 1,435 juta. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 2.632 orang tenaga kerja yang terserap.
Tahun 2016, nilai investasi yang masuk Rp613 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,39 juta orang. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 2.271 orang tenaga kerja yang terserap.
Tahun 2017 nilai investasi yang masuk sebesar Rp692,8 triliun, tetapi hanya menyerap 1,17 juta orang tenaga kerja. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 1.698 tenaga kerja yang terserap.
Kemudian, di tahun 2018 nilai investasi yang masuk sebesar Rp721,3 triliun. Namun tenaga kerja yang terserap hanyalah 960.052. Hal ini diartikan setiap Rp1 triliun, ada 1.331 tenaga kerja yang diserap.
Kondisi Darurat
Dari data tersebut Danang menilai kondisi ini sudah darurat. Nyatanya nilai investasi yang meningkat belum tentu bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.
"Ini situasi yang bisa disebut dengan kondisi yang lampu merah. Nilai investasi yang meningkat belum tentu serapan tenaga kerjanya meningkat," kata dia.
Masalah ini harus dipikirkan secara serius. Setiap tahun produksi angka lulusan atau tenaga kerja siap masuk pasar kerja sekitar 2-2,5 juta. Belum lagi krisis akibat pandemi ini juga banyak mengorbankan tenaga kerja lewat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurut Danang, masa pandemi ini seharusnya bisa membuka peluang baru bagi Indonesia. Sehingga bisa menyerap tenaga kerja yang ada. "Di era new normal ini sebenarnya bisa menciptakan satu peluang di Indonesia," kata Danang.
Namun, di sisi lain banyak perusahaan besar yang jatuh. Danang menilai hal ini terjadi karena perusahaan di Indonesia tidak dapat melakukan kecepatan inovasi dalam perusahaannya.
Sehingga inovasi terlambat dan kalah saing dengan kompetitor. Maka di Indonesia inovasi ini harus terus digencarkan agar tetap tumbuh.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perum Bulog menjalin kerjasama kemitraan strategis bersama Pelindo.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaKasus perdagangan orang terus muncul dari tahun ke tahun
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaHasil sengketa Pilpres punya pengaruh terhadap kemampuan keuangan negara.
Baca SelengkapnyaPadahal YLKI pun mengusulkan kebijakan serupa diterapkan di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaSejumlah pedagang sembako juga menolak rencana pelarangan penjualan rokok eceran atau ketengan.
Baca Selengkapnyakenaikan anggaran perlinsos tahun ini utamanya disumbang lebih besar oleh kenaikan anggaran subsidi energi dan pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaNicke menguraikan alokasi belanja Perusahaan untuk menjawab strategi pertumbuhan ganda tersebut.
Baca Selengkapnya