Akses Permodalan Jadi Penyebab Lambatnya Pertumbuhan Sektor Pertanian
Merdeka.com - Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang mana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Namun, melihat perkembangannya, sektor pertanian kurang diperhatikan, dan masih banyak kesulitan-kesulitan yang dialami oleh petani.
President dan Co-Founder TaniHub Group, Pamitra Wineka mengatakan petani-petani di Indonesia masih tergolong miskin. Dilihat dari sulitnya akses pinjaman ke bank, kapasitas produksi sedikit, lahannya terbatas, logistic costnya tidak efisien, dan akses pasar yang sulit.
"Bank-bank tidak terlalu suka memberikan pinjaman ke petani karena risikonya terlalu tinggi. Kami mencari tahu kenapa risiko pinjamannya tinggi, saya tanya ke petani, ternyata mereka ada kesulitan akses pemasaran, penanganan pasca panennya kurang oke, kalau dipinjamkan bank hanya sedikit akhirnya mereka meminjam ke tengkulak atau rentenir," kata Pamitra dalam Konferensi Pers “TaniHub Group Taniversary” secara virtual, Senin (24/8).
Dia bercerita, petani yang menjual hasil panen juga untungnya sangat sedikit. Sebab, mereka harus membayar utang ke rentenir. Selain itu, proses pemasarannya masih banyak yang tradisional.
Oleh karena itu, Pamitra mengatakan menjelang hari ulang tahun TaniHub Group yang ke-4 yang jatuh bertepatan dengan Hari Tani Nasional pada 24 September, TaniHub mendedikasikan perayaan Taniversary sebagai peringatan akan komitmennya untuk terus menciptakan kemudahan bagi sektor pertanian dan konsumen Indonesia.
"TaniHub Group di tahun ke 4 ini ingin membakar semangat dan mengingatkan kembali orang-orang tentang trennya petani, di mana kita ingin membuat agriculture yang aksesibel dan transparan, bisa dinikmati semua kalangan," jelasnya.
Untuk Petani dan Membeli Langsung
Keuntungan itu akan dirasakan petani yang ingin menjual hasil taninya, maupun orang yang ingin membeli langsung dari petani. Selain itu, petani yang ingin punya modal bisa mendapat pinjaman dari bank melalui TaniHub.
Dengan adanya TaniHub Group bisa mencegah agar agriculture di Indonesia tidak punah dalam 50 tahun ke depan.
"Kita di sini ingin menyelesaikan masalah sebelumnya dengan teknologi, kita bangun system matching, juga kita mau menciptakan knowledge agar petani-petani belajar dengan petani yang jago, karena ilmu mereka jarang terupgrade," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaPermasalahan lainnya, petani di Indonesia masih sulit untuk memperoleh fasilitas kredit oleh lembaga perbankan.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Padahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaAtikoh menyampaikan, pelaku UMKM juga perlu melakukan digitalisasi untuk menjangkau lebih banyak konsumen
Baca SelengkapnyaForum ini menunjukan relasi Singapura-Indonesia dalam bisnis sangat kuat dan dinamis.
Baca SelengkapnyaPrabowo menilai, dukungan terhadap keberlangsungan bisnis sektor swasta akan mendorong aliran modal masuk ke Indonesia lebih tinggi lagi.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnya