ADB: Inflasi rendah, Indonesia jangan takut naikkan BBM
Merdeka.com - Bank Pembangunan Asia (ADB) melansir prediksi makroekonomi Indonesia untuk 2015. Pertumbuhan ekonomi kemungkinan tumbuh 5,8 persen, inflasi paling tinggi 6,9 persen, dan defisit neraca transaksi berjalan 2,5 persen. Itu semua menunjukkan adanya perbaikan kondisi di Tanah Air secara keseluruhan.
Inflasi tahunan pada 2015, kata Wakil Kepala ADB Indonesia Edimon Ginting, diakui memang meningkat dibandingkan proyeksi 5,8 persen akhir tahun nanti. Tapi itu sudah memperhitungkan rencana pemerintahan baru menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi buat menyehatkan anggaran.
"Tapi kenaikan harga BBM itu sifatnya inflasi temporer, tidak sampai setahun," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (25/9).
Edimon menunjukkan data inflasi pada 2013, yang sama-sama mengalami penaikan harga energi fosil. Nyatanya, dampak langsung pada inflasi tahunan hanya muncul dua bulan berturut-turut. Sisanya, kenaikan indeks harga konsumen justru didorong peraturan Kementerian Pertanian soal impor hortikultura yang bikin harga bawang putih dan cabe melonjak.
Atas dasar itu, ADB yakin Presiden Terpilih Joko Widodo tidak perlu mengkhawatirkan inflasi parah ketika harga BBM dinaikkan.
"Kita ingat 2013, dulu ada restriksi impor beberapa jenis hortikultura. Semua sudah dikoreksi dan sekarang normal. Dampak kenaikan harga BBM selalu seperti ini, temporary, hanya satu faktor saja," kata Edimon.
Tren positif Indonesia tahun depan, kata Edimon seiring dengan perbaikan di negara-negara kawasan. Filipina, Thailand, atau Malaysia juga mengalami momentum pertumbuhan ekonomi tinggi, disokong inflasi rendah.
Salah satu keuntungan lain Indonesia adalah perbaikan ekspor. Terpukulnya perekonomian pada 2013 membuat pemerintah serius memberi insentif pada industri.
Hasilnya, ekspor manufaktur kini secara volume mengalahkan penjualan komoditas sumber daya alam. Edimon optimis itu merupakan indikasi Indonesia bisa menikmati defisit transaksi berjalan lebih rendah dari 3,2 persen akhir 2014.
"Karena ada perbaikan ekspor. Memang ekspor ini masih tentatif, kadang negatif kadang positif. Tapi mulai ada tanda-tanda perbaikan."
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding AS dan China
Artinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Ekonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaData BPS: Inflasi Desember 0,41 Persen, Tertinggi Sepanjang 2023
Kenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaCukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya