Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Fakta Pembangunan Kilang di Indonesia, Terhambat Mafia Hingga Tercanggih Sedunia

5 Fakta Pembangunan Kilang di Indonesia, Terhambat Mafia Hingga Tercanggih Sedunia Kilang Minyak Pertamina. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berambisi Indonesia bisa memiliki kilang baru. Namun, Presiden Jokowi mengaku kesal karena instruksinya soal pembangunan kilang minyak di Indonesia tak terealisasi.

"Sebetulnya saat pelantikan, habis pelantikan yang (periode) pertama, saya minta kilang ini segera dibangun. Tapi sampai detik ini dari lima (kilang) yang ingin kita kerjakan, satu pun tidak ada yang berjalan, satu pun (tidak ada)," ujar Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta.

Presiden Jokowi pun merasa heran selama 34 tahun, Indonesia tak pernah membangun kilang minyak. Padahal, apabila kilang minyak dibangun maka akan banyak komoditi turunan yang bisa dihasilkan. Salah satunya yaitu, petrokimia yang tak perlu impor lagi. Sebab, selama ini nilai impor petrokimia sebesar Rp323 triliun per tahun.

"Impor petrokimia ini gede sekali, Rp323 triliun impor kita petrokimia. Tiap hari jengkel kaya apa, coba triliun ya bukan miliar," ucap Jokowi.

Maka dari itu, Presiden Jokowi memerintahkan Kapolri Jenderal Idham Azis, Jaksa Agung ST Burhanuddin, serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengawasi pembangunan kilang minyak. Presiden Jokowi ingin proyek ini benar-benar terealisasikan. "Harus rampung, pekerjaan besar ini harus rampung," tegas dia.

Presiden Jokowi meminta Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati untuk mengawal pembangunan kilang minyak. Presiden Jokowi telah menyampaikan hal tersebut saat bertemu Ahok dan Nicke di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 9 Desember 2019.

"Juga pembangunan kilang minyak, harus! Sudah 34 tahun enggak bisa bangun, kebangeten. Saya suruh kawal betul dan ikuti terus progresnya," ujar Presiden Jokowi.

Berikut sejumlah fakta dari rencana pembangunan kilang di Indonesia yang dirangkum oleh merdeka.com.

1. Tercanggih di Dunia

Proyek pembangunan kilang minyak PT Pertamina di Tuban menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp225,37 triliun. Pembangunan ini diperkirakan akan selesai pada 2026 mendatang.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pembangunan kilang minyak di lahan seluas 900 hektare ini, bakal memberi dampak besar bagi masyarakat di wilayah tersebut.

"Ini salah satu proyek prestisius dan sangat strategis dalam membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Dampaknya juga tentu akan sangat besar dirasakan masyarakat sekitar proyek, khususnya Tuban dan sekitarnya," kata Nicke mengutip keterangan pers, Minggu (1/12).

Sebagai salah satu kilang tercanggih di dunia, Kilang Pertamina Tuban memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.

Kilang Tuban juga akan menghasilkan 4 juta liter avtur per hari serta produksi petrokimia sebesar 4.25 juta ton per tahun. Selain itu, bahan bakar minyak yang dihasilkan akan bersifat ramah lingkungan.

"Seluruh BBM yang diproduksi di Kilang Tuban memiliki standar terbaik di dunia yakni Euro5, yang sangat ramah dengan lingkungan," imbuhnya.

2. Naikkan Cadangan Devisa dan Pajak

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang mengatakan, dari sisi pendapatan negara, pembangunan kilang akan memberikan dampak signifikan bagi keuangan negara. Cadangan devisa akan meningkat hingga USD 12 miliar per tahun dan penerimaan pajak yang diprediksi mencapai USD 109 miliar.

"Selama ini Pertamina tercatat sebagai kontributor tertinggi bagi keuangan negara melalui pajak, dividen dan signature bonus serta pemasukan lainnya. Inilah salah satu dedikasi Pertamina sebagai perusahaan negara dalam mendukung keuangan negara yang sehat," kata Talullembang.

Pembangunan dan modernisasi kilang nasional akan menggairahkan industri dalam negeri yang sejalan dengan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencapai 35 persen. Tentunya hal ini jadi peluang bagi industri dalam negeri untuk bermitra dengan Pertamina untuk menyukseskan megaproyek pembangunan dan pengembangan kilang.

"Belajar dari pengalaman, pembangunan kilang dampaknya sangat signifikan dalam membangun sebuah kota industri dan perdagangan dengan pesat," ujar Talullembang.

3. Serap Tenaga Kerja Super Besar

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang mengatakan pembangunan kilang juga akan membuka lapangan pekerjaan yang besar. Tercatat lapangan kerja akan tercipta untuk 172.000 orang, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak pekerjaan proyek sampai operasional berjalannya kilang.

"Dengan terbukanya lapangan pekerjaan masyarakat akan mendapatkan sumber penghasilan sehingga daya beli meningkat yang pada gilirannya akan mendorong kehidupan masyarakat yang sejahtera," jelasnya.

Dia mengungkapkan, perekonomian kota yang dibangun kilang juga akan tumbuh dengan cepat. Selain itu industri besar maupun kecil juga tumbuh signifikan. Sebab, keberadaan proyek tersebut juga akan menciptakan peluang ‎usaha skala kecil.

VP Human Capital Management Downstream PT Pertamina Karantina Marhaeni menguraikan, kebutuhan tenaga kerja (manpower) dalam megaproyek pembangunan kilang terbilang cukup besar. Terhitung hingga Mei 2020, realisasi serapan tenaga kerja pada fase konstruksi di RDMP Balikpapan hingga 5.113 orang, RDMP Cilacap 300 orang dan GRR Tuban 300 orang.

"Seiring berjalannya waktu, secara keseluruhan serapan tenaga kerja mencapai 110 sampai 150 ribu karena masing-masing proyek menyerap antara 11 sampai 15 ribu tenaga kerja pada saat puncak," jelas Karan.

4. Pembangunan Kilang Terhambat Mafia

Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Purbaya Yudhi Sadewa, menyatakan terbengkalainya pembangunan kilang minyak Pertamina karena ada permainan mafia. Di mana, mafia tidak ingin Indonesia mampu produksi minyak mandiri dan lepas dari jerat impor.

"Pembangunan kilang terhambat. Kita anginnya kencang, karena kita berhadapan dengan mafia minyak ini," tegas dia melalui video conference via Zoom, Selasa (9/6).

Menurut anak buah Menko Luhut tersebut, keberadaan mafia migas dalam mega proyek pembangunan kilang Pertamina di Batam terasa begitu nyata. Misalnya, saat perusahaan migas ternama Sinopec asal China hendak berinvestasi untuk proyek Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) di Batam tiba-tiba tersandung masalah hukum.

Akibatnya, proyek tersebut tak berlanjut hingga tujuh tahun. "Artinya kita berhadapan dengan mafia minyak," terang dia.

Di sisi lain, Purbaya juga mengendus keberadaan mafia dalam berbagai mega proyek antara Pertamina dengan sejumlah perusahaan raksasa migas yang berujung pada kegagalan. Antara lain terputusnya kerjasama dengan perusahaan raksasa migas Aramco pada proyek kilang Cilacap.

Bahkan Pertamina disebutkannya sempat berkonflik dengan Overseas Oil and Gas (OOG) di proyek kilang Bontang. Untuk itu, pihaknya berjanji akan melakukan investigasi untuk membuktikan keterlibatan mafia dalam batalnya sejumlah kontrak kerjasama pembangunan kilang minyak Pertamina di berbagai daerah.

"Saya terlibat langsung dalam mengawal pembangunan kilang minyak di Balongan. Dan saya terus menekan mereka untuk tidak membatalkan investasinya," tegas dia.

5. Punya Kilang, Bangun Ketahanan Energi RI

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan sumber minyak mentah yang ada di Indonesia harus diolah di dalam negeri, dengan melakukan pembangunan dan peremajaan kilang. Sebab Indonesia akan mendapat manfaat jika kapasitas kilang dapat memenuhi kebutuhan.

Menteri Arifin mengungkapkan manfaat tersebut yaitu dapat meningkatkan ketahanan energi nasional karena tidak ketergantungan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari luar negeri.

"Kalau kita tidak punya kilang ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi, kalau short of supply mendadak kita terpaksa harus cari barang di pasar, harga mahal, kalau ada di sini kan stabil terus," tuturnya.

Dia melanjutkan,‎ dengan mengelola minyak mentah dengan kilang di dalam negeri, maka dapat memangkas biaya pengadaan BBM. Selain itu, juga akan menciptakan nilai tambah karena akan membuka peluang untuk industri baru.

"Kemudian kalau kita beli terus dari orang lain, yang menikmati nilai tambah karena dia punya processing cost dan margin," tandasnya.

 

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Jokowi Resmikan Pabrik Minyak Makan Merah: Harganya Lebih Murah dari Minyak Goreng

Jokowi Resmikan Pabrik Minyak Makan Merah: Harganya Lebih Murah dari Minyak Goreng

"Pertama harga minyak makan merah ini lebih murah dari minyak goreng di pasaran," kata Jokowi

Baca Selengkapnya
Wakil Menteri ATR: Berkat Presiden Jokowi, Rakyat Bisa Tidur Nyenyak Tanpa Takut Mafia Tanah

Wakil Menteri ATR: Berkat Presiden Jokowi, Rakyat Bisa Tidur Nyenyak Tanpa Takut Mafia Tanah

Raja Antoni mengungkapkan betapa pentingnya memliki sertipikat tanah, sebab sertipikat menjadi tanda bukti kepemilikan yang sah atas suatu bidang tanah.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Cak Imin Janjikan Usaha Ternak Telur Kembali Dikelola Rakyat

Cak Imin Janjikan Usaha Ternak Telur Kembali Dikelola Rakyat

Problematika kian pelik dan hanya bisa diatasi dengan cara memberantas mafia penjual telur.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Pabrik Amonium Nitrat di Kalimantan Bisa Kurangi 8% Bahan Baku Pupuk

Jokowi Sebut Pabrik Amonium Nitrat di Kalimantan Bisa Kurangi 8% Bahan Baku Pupuk

Pabrik ini berkapasitas produksi 75 ribu ton per tahun.

Baca Selengkapnya
Jokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024

Jokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024

Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kunjungi Sumbu Kebangsaan IKN, Presiden Jokowi Lakukan Penanaman Pohon Bersama

Kunjungi Sumbu Kebangsaan IKN, Presiden Jokowi Lakukan Penanaman Pohon Bersama

Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke IKN guna meninjau kembali progres pembangunan.

Baca Selengkapnya
Fakta Menarik Cakung, Wilayah Bersejarah di Jakarta Timur yang Kini Jadi Kawasan Industri

Fakta Menarik Cakung, Wilayah Bersejarah di Jakarta Timur yang Kini Jadi Kawasan Industri

Di balik hingar bingarnya, Cakung menyimpan banyak kisah unik yang jarang diketahui.

Baca Selengkapnya
Fakta Menarik Jembatan Ampera Palembang, Dibangun dari Hasil Rampasan Perang Jepang

Fakta Menarik Jembatan Ampera Palembang, Dibangun dari Hasil Rampasan Perang Jepang

Pembangunan jembatan ini sebagai wujud rasa hormat atas jasa Presiden Soekarno saat itu.

Baca Selengkapnya