5 Dampak gejolak politik pada ekonomi jelang Jokowi dilantik
Merdeka.com - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menargetkan pada tahun 2015, nilai investasi akan tumbuh 15 persen. Pertumbuhan investasi itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai target pemerintah sebesar 5,8 persen.
Tetapi, kondisi tersebut bisa tergerus karena kondisi politik antara pendukung Prabowo dan partai politik pendukung Jokowi, yang memanas di parlemen. Bahkan, sinyal diberikan partai pendukung Prabowo bakal mengganggu roda pemerintahan.
"Ini kemudian direspon tidak positif para investor. Karena kita tau investor terkesan istirahat. Ini membuat mereka lakukan pengamanan. Ini yang membuat IHSG tadi pagi melemah. Tidak hanya masalah domestik, eksternal juga ada yang negatif." ujar pengamat ekonomi Sri Adiningsih di Megawati Institute, Jakarta, Rabu (8/10).
Sri menjelaskan, pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla akan berjalan bagus meskipun berada dalam tekanan kekuasaan oposisi. "Jadi bukan berarti pemerintah tidak jalankan kebijakannya," ujarnya. Lantas, gangguan apa yang terjadi pada ekonomi dan investor jika terus memanas? berikut ulasannya.
Optimisme investor luntur
Optimisme para investor terkait kemenangan Jokowi menjadi Presiden, dilunturkan dengan kondisi politik yang terus memanas di parlemen. "Optimisme yang tinggi, ketika Jokowi terpilih, sekarang cenderung menurun," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi,Rabu (8/10).Kondisi tersebut, terlihat dari capital market yang menunjukkan bahwa uang mudah keluar-masuk setelah digoyang isu politik. Padahal, stabilitas politik sangatlah penting bagi investor. Ketika kondisi politik belum stabil, penanam modal akan lebih mengambil sikap wait and see. "Sekarang sulit, terlalu banyak permainan politik. Kami sudah tidak mengerti lagi," kata dia.
Rupiah terpuruk
Panasnya persaingan pemilihan pimpinan di parlemen, direspon pasar uang negatif. Nilai tukar Rupiah bahkan menunjukkan trand pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah menyentuh level Rp12.200 per USD.
Presiden terpilih Jokowi menegaskan, anjloknya Rupiah sebagai bukti pasar dan investor merespon negatif gonjang ganjing politik dalam negeri. "Memang saya sampaikan sinyal yang ditangkap pasar, direspon itu negatif. Kalau direspon negatif itu harus didengar. Mendengar keinginan rakyat dan pasar," ujar Jokowi usai menghadiri pembukaan Trade Expo Indonesia di Jakarta, Rabu (8/10).
Jokowi pun punya pesan pada politisi negeri ini. "Saya pesan pada politisi-politisi, elit-elit politik, setiap tingkah laku kita, setiap kebijakan dan produk-produk birokrasi kita dilihat pasar, rakyat," ucapnya.
Investor ketar-ketir
Para investor dinilai ketar-ketir melihat situasi politik yang memanas antara partai pendukung pemerintahan baru dengan partai pendukung Prabowo di parlemen. Investor risau karena program pemerintahan baru Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla dinilai akan sulit berjalan secara efektif akibat terganjal di parlemen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chaerul Tanjung. Chairul menilai, jika pemerintahan baru tidak segera berbenah, maka kepercayaan investor semakin rendah. "Pasar telah mengetahui, pemerintahan baru tidak bisa leluasa untuk memuluskan kebijakannya di parlemen," ujar Chairul, Rabu pekan lalu.
Dia mengingatkan, jika jangka menengah, kondisi panasnya politik terus dibiarkan oleh Jokowi-JK, maka minat investor terhadap Indonesia akan terus berkurang.
Hambat reformasi struktural
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menegaskan gejolak politik di Tanah Air, bisa berdampak terhadap laju investasi dalam jangka panjang. Bahkan, dampak yang paling besar adalah menghambat upaya pemerintah baru melakukan reformasi struktural.
Agus khawatir langkah BI untuk menekan neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) akan terganggu. Jika neraca dagang terus tertekan dan nilai tukar mengalami depresiasi, pasar keuangan juga akan guncang. Padahal, BI mencatat, depresiasi nilai tukar rupiah sepanjang 2014 sudah mencapai 0,16 persen. Angka depresiasi ini dinilai tinggi.
Pengusaha takut
Kondisi politik Indonesia yang panas dalam perebutan pimpinan di parlemen, telah membuat investor tambang ketakutan. Banyak investor ragu memasukkan dana mereka ke Indonesia setelah melihat kegaduhan di parlemen.
Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari menegaskan kondisi politik berdampak pada investasi di sektor tambang RI. Kegelisahan investor karena Indonesia memasuki babak baru di mana antara parlemen dan pemerintahan dikuasai oleh pihak yang berbeda.
"Investor agak ragu-ragu mau masukan dana ke Indonesia karena kita belum pernah merasakan era baru yang berbeda, dari zaman orde baru sampai zaman SBY pihak penguasanya sama di eksekutif maupun legislatif," katanya.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaPaparkan Realisasi Investasi, Menteri Bahlil: Mudah-mudahan Saya Enggak Dikasih Nilai 11/100
Dia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHasil Jokowi 'Kondangan' Pangeran Mateen dan Absen HUT PDIP: Bawa Pulang Investasi Rp7 Triliun
Estimasi investasi dari 2 negara tersebut diperkirakan mencapai Rp7 triliun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Senang Banyak Investor Swasta Masuk IKN
Menurutnya, optimisme swasta berperan untuk menggerakan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaKemenko Perekonomian: Pengusaha Tahan Investasi Sampai Ada Presiden Terpilih
Memasuki tahun politik 2024, banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaPrabowo Janjikan Pertumbuhkan Ekonomi 8 Persen Jika Jadi Presiden Selanjutnya
Untuk mencapai Indonesia emas tahun 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Bertemu Pengusaha dan Investor di Vietnam, Ini Dampak bagi Indonesia
Jokowi menyoroti pentingnya kolaborasi sektor bisnis untuk mewujudkan visi bersama kedua negara.
Baca Selengkapnya