Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Dampak akibat Rupiah melemah pada masyarakat

5 Dampak akibat Rupiah melemah pada masyarakat rupiah. ©2012 Merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Beberapa hari terakhir, Rupiah mengalami pelemahan di mana hampir mendekati Rp 13.000 per USD. Pelemahan Rupiah ini disebut sebagai yang terburuk sejak krisis moneter 1998.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini pemerintah masih melihat pergerakan Rupiah terlebih dahulu. Selain itu, Kemenkeu bakal melakukan rapat koordinasi dengan Bank Indonesia dan OJK.

"Intervensi kan hanya bisa di BI. BI melihat bagaimana ke depan," ujar dia di Kementerian Keuangan, Jakarta.

Bambang menegaskan posisi Indonesia saat ini tengah mengalami krisis kecil seperti pada pertengahan 2013 yaitu saat Amerika Serikat melakukan penarikan stimulus fiskal atau tappering off. Selain itu, negara emerging market seperti Rusia mengarah ke kolaps, sehingga menaikkan suku bunga hampir mencapai 17 persen.

"Ini terjadi akibat global memang. Ini yang akan kita susun langkahnya. Jadi akan ada antisipasi dari moneter," kata dia.

Pelemahan Rupiah tentunya berdampak luas pada perekonomian nasional. Meski tidak terasa secara langsung, pelemahan Rupiah telah mempengaruhi harga-harga sejumlah komoditas, diantaranya makanan dan minuman.

Pelemahan Rupiah ini seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi Amerika Serikat membawa Dolar menguat terhadap mata uang dunia, termasuk Indonesia.

Pengaruh pelemahan Rupiah ini kepada masyarakat paling pertama tentu adalah kelompok importir. Sekjen Gabungan Importir Nasional (Ginsi) Achmad Ridwan menyebut pengaruh pelemahan Rupiah importir harus melakukan kenaikan harga di hilir. Pasalnya, jika tidak, importir akan merugi.

"Tentu ini paling berpengaruh untuk impor secara keseluruhan. Karena kita bayar mereka pakai Rupiah yang dikonversi ke Dolar. Jadi kalau melemah, kita yang rugi," kata dia saat dihubungi oleh merdeka.com.

Lalu apa saja dampak pelemahan Rupiah ini pada masyarakat? Berikut merdeka.com akan merangkumnya untuk pembaca.

Kinerja UMKM sumringah

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengungkapkan, ada pihak yang diuntungkan dalam pelemahan rupiah yakni pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Terlebih pelaku UMKM berbasis ekspor."Ekspor kena pengaruh, kalau dolar naik terus untung dia," ujar Puspayoga usai rakor di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta Pusat.Puspayoga mencontohkan yang terjadi di Jawa Timur. Saat dia berkunjung ke daerah itu, industri mebel wilayah tersebut merasa diuntungkan dengan kondisi saat ini."Ekspornya bagus, Australia, Eropa, tidak ada masalah, permintaan bertambah," tuturnya.

Tingginya harga barang konsumsi

Ekonom INDEF Enny Sri Hartati mengatakan pelemahan Rupiah berdampak pada kenaikan harga barang-barang konsumsi. Selain itu, barang-barang konsumsi tersebut biasa dijual di supermarket ketimbang pasar tradisional."Dulu kan kita dapat beli barang impor hanya di supermarket. Sekarang juga kedelai impor dan bahan baku tempe. Masyarakat kecil kan itu mengonsumsi kedelai. Itu langsung berdampak," ujar Enny kepada merdeka.com di Jakarta, Sabtu (20/12).Selain itu, kata dia, barang-barang konsumsi seperti buah-buahan juga berdampak akibat pelemahan Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Enny juga menyebutkan barang seperti alat-alat eletronik juga mengalami kenaikan. "Kan bahan baku eletronik itu impor semua," kata dia.

Pasar tradisional berkembang

Ekonom INDEF Enny Sri Hartati mengatakan pelemahan Rupiah ini jadi kesempatan untuk pasar tradisional berkembang. Pasalnya, kenaikan barang impor yang ada di supermarket bakal membuat konsumen beralih ke pasar tradisional."Ini kesempatan untuk memberika pasar berkembang. Tetapi bukan hanya pelemahan rupiah saja yang membuat pasar tradisional berkembang, dukungan dari pemerintah yang juga harus memberikan dorongan para UMKM berkembang. Itupun kalo dibiarkan dan tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah akan sulit untuk berkembang," ujar Enny kepada merdeka.com di Jakarta, Sabtu (20/12).Namun, kata dia, pelemahan Rupiah tidak akan mematikan supermarket. Lantaran, supermarket memiliki pangsa pasar sendiri. Saat ini, masyarakat juga membutuhkan supermarket untuk membeli barang impor yang tidak dijual di pasar tradisional."Barang-barang impor itu tidak selalu mahal. Kan konsumen juga pasti ke supermarket untuk membeli barang yang tidak ada di pasar. Dan tentu memilih yang lebih murah," kata dia."Dan ada lagi dampaknya yaitu meningkatkan investasi untuk produk-produk domestik tadi. Produk-produk impor itu kan diproduksi dalam negeri tetapi bahan bakunya kan impor. Ini yang bikin sektor industri dari barang-barang konsumsi meningkat," lanjut dia.

Redenominasi tertunda

Rencana penyederhanaan mata uang Rupiah atau yang lebih dikenal dengan istilah redenominasi belum jelas hingga saat ini. Belum adanya kelanjutan pembahasan dengan DPR membuat rencana ini masih sebatas wacana.Managing Director Bank Standard Charted, Fauzi Ichsan mengatakan, ada beberapa faktor melatarbelakangi redenominasi belum bisa dilakukan saat ini. Salah satunya terkait dengan nilai tukar Rupiah terhadap dolar. Redenominasi tidak dapat dilakukan jika Rupiah masih tertekan dolar AS."Penguatan nilai tukar Rupiah bisa jadi sebagai syarat untuk merealisasikan redenominasi rupiah," ujar Fauzi saat acara "Dialogue Strengthening Indonesia Financial System" di Hotel Four Season, Jakarta.Menurutnya, kurang tepat jika redenominasi dilakukan saat ini mengingat kondisi ekonomi nasional belum sepenuhnya stabil. Belum lagi kondisi ekonomi global yang masih dalam proses pemulihan hingga membuat beberapa negara berkembang merevisi target pertumbuhan ekonominya. Akibatnya, nilai tukar mata uang negara-negara berkembang seperti halnya Rupiah, tak berdaya terhadap dolar AS."Redenominasi itu idealnya saat kurs dolar terhadap Rupiah stabil, atau Rupiah menguat, karena kalau dilakukan saat Rupiah melemah bisa dikhawatirkan dapat memicu kepanikan," tegasnya.

Toko baru di mal berkurang

Head of Strategic Consulting Jones Lang LaSalle Vivin Harsanto mengatakan, depresiasi nilai tukar Rupiah yang terjadi belakangan ini menambah beban bagi para peritel, khususnya pengimpor produk-produk dari luar negeri. "Itu berpengaruh pada tingkat penjualan, sehingga turut berdampak bagi pertumbuhan harga sewa yang relatif lambat dalam beberapa triwulan terakhir," tutup Vivin.Dia menyebut dalam periode antara Januari hingga Maret 2014, tercatat hanya sekitar 3.600 meter persegi penyerapan bersih (net take-up) yang terjadi di Jakarta."Di sisi lain, pertumbuhan pasokan pun relatif minim, akibatnya tingkat hunian relatif stabil di kisaran 92 persen akhir triwulan I 2014 ini," kata Vivin.Sampai saat ini, lanjut Vivin, pertumbuhan pasar ritel terus didukung ekspansi para peritel, baik pemain lama maupun pemain yang baru masuk ke Indonesia.

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh

Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh

Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo

Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo

Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel

Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.

Baca Selengkapnya
Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina

Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina

Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.

Baca Selengkapnya
Inggris dan Jepang Alami Resesi, Jokowi Ingatkan Pemerintahan Baru Hati-Hati Mengelola Indonesia

Inggris dan Jepang Alami Resesi, Jokowi Ingatkan Pemerintahan Baru Hati-Hati Mengelola Indonesia

Indonesia masih terus bertahan agar tidak masuk dalam kondisi resesi seperti yang dialami oleh negara maju.

Baca Selengkapnya
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun

Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun

Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.

Baca Selengkapnya
BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?

BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?

Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.

Baca Selengkapnya
Jokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia Kalah dari Vietnam dan Malaysia

Jokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia Kalah dari Vietnam dan Malaysia

Jokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.

Baca Selengkapnya