4 Kesalahan yang Tidak Pernah Dilakukan Orang Kaya dan Sukses

Merdeka.com - Menjadi sukses dan kaya bukan sesuatu yang mudah dicapai. Banyak perjuangan dan tantangan yang harus dilewati. Tak jarang pula, seseorang berbuat kesalahan dalam proses mencapai tujuan.

Belajar dari kesalahan sangat dibutuhkan agar kehidupan ke depannya menjadi lebih baik, salah satunya belajar dari kesalahan orang sukses dan kaya. Mengingat, kesuksesan mereka tidak diragukan lagi sehingga bisa menjadi acuan Anda untuk mencapai kesuksesan.

Berikut saran dari 4 miliarder dan penasihat tentang tindakan yang bisa menghalangi seseorang untuk sukses, dilansir CNBC Make It.

Tidak Memulai

Pendiri Cardone Capital, Grant Cardone mengatakan tidak pernah membuktikan diri adalah kesalahan nomor 1 yang paling umu dan sering dilakukan banyak orang. Untuk itu, Anda perlu kegigihan, komitmen, dan disiplin untuk membuktikan diri Anda.

"Jika Anda tidak melakukan gerakan apa pun, Anda akan menjadi stagnan, tidak termotivasi dan akhirnya jatuh," katanya.

Malas

Setiap orang pasti memiliki rasa malas, namun hal itu harus dilawan. Jika Anda ingin mencapai hasil yang luar biasa, maka Anda harus bekerja.

"Saya dibesarkan oleh orang tua yang mengatakan kepada saya, bahwa saya bisa melakukan apa pun yang saya ingin lakukan dan menjadi siapa pun yang saya inginkan, selama saya bekerja keras untuk itu," kata Mantan presiden The Walt Disney Company, Michael Ovitz.

Terlalu Lama Mengambil Keputusan

CEO Rawls Consulting, Shaun Rawls mengatakan, mengambil keputusan sangat penting dalam mencapai kesuksesan. Kecepatan dalam mengambil keputusan sangat berpengaruh.

JIka Anda membutuhkan kepastian total, maka Anda akan kehilangan peluang. Jika Anda ingin mengambil langkah tepat tapi tidak mau kehilangan kesempatan, maka percayalah pada naluri Anda.

Memikirkan Banyak Hal

Mitra pendiri Daily Law Group, James Daily mengatakan, untuk sukses Anda hanya perlu memilih satu hal yang dikuasai dan disukai, lalu dikembangkan. Banyak orang memiliki 1.000 ide cemerlang dan tidak pernah memulai salah satunya. Akhirnya, mereka terlibat dalam bisnis orang lain.

"Saya pernah meninggalkan perusahaan karena pendiri lebih mencintai ide berikutnya daripada keberhasilan bisnis. Dan ketika dia memimpikan penemuan baru, dia membuat perusahaan dan sumber dayanya. Akibatnya, kami kehilangan banyak peluang terobosan," jelasnya.