4 Dilema Pertamina batasi konsumsi BBM
Merdeka.com - Sejak beberapa hari lalu, PT Pertamina mengurangi jatah konsumsi BBM pada setiap SPBU sebanyak 5 persen. Langkah tersebut, dilakukan agar kuota BBM subsidi yang mencapai 46 juta kiloliter tidak jebol.
Kuota Pertamina sendiri, yang dialokasikan oleh pemerintah hanya 45,355 juta kiloliter dengan rincian Premium 29,29 juta kiloliter, solar 15,16 juta kiloliter dan minyak tanah 900 ribu kiloliter.
Diamanatkan oleh pemerintah untuk menjaga kuota, Pertamina sebagai perusahaan BUMN yang diamanahi menyalurkan BBM subsidi, melakukan berbagai langkah penghematan. Ternyata, langkah tersebut tidak semulus yang diperkirakan. Ada kepanikan di lapangan, sehingga orang ramai-ramai beli bensin.
Antrean yang panjang di setiap SPBU, membuat pemerintah memerintahkan Pertamina untuk menggelontorkan BBM subsidi, agar antrean dan kepanikan masyarakat mereka. Hal ini, seolah membuat Pertamina berada pada posisi terjepit. Berikut yang membuat Pertamina menjadi dilema.
Takut Kuota Jebol
Dengan kuota yang dialokasikan pemerintah sebesar 46 juta kilo liter, diperkirakan tidak akan mencukupi konsumsi BBM subsidi sampai akhir tahun.
Berdasarkan data yang ada, kebutuhan rata-rata premium yang disalurkan Pertamina per hari sampai akhir 31 Juli, mencapai rata 81.132 kiloliter. Padahal, dari kuota dalam APBNP 2014 kalau dihitung dibagi jumlah hari maka didapatkan angka 80.240 kiloliter. Jumlah tersebut telah melebihi kuota harian.
"Pertamina mencoba untuk jalankan UU APBNP 2014 terkait pembatasan kuota BBM PSO. Kita cari solusi," ujar Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (27/8).
Program stiker BBM tidak jalan
Pembatasan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi kini tengah dicabut oleh PT Pertamina. Normalisasi pasokan ?BBM bersubsidi diharapkan membuat masyarakat tidak perlu lagi membeli secara berlebih.
Tetapi, kebijakan pemerintah yang tidak konsisten terutama dalam penerapan larangan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi untuk kendaraan dinas dan Badan Usaha Milik Negara, menambah beban konsumsi tidak berkurang. Padahal, saat itu, pemerintahan SBY sesumbar dan melarang kendaraan dinas menggunakan BBM subsidi dengan memasang stiker di setiap kendaraan.
"Saat itu dikeluarkan stiker mobil-mobil yang tidak boleh gunakan BBM PSO sampai saat ini saya tidak lagi libat stiker itu. Sehingga operator SPBU tidak punya pegangan. Tidak berjalan," Ujar Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Hanung Budya di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (27/8)
Penghilangan Premiun di tol sia-sia
Pertamina mengakui pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dengan menghapuskan premium di jalan tol tidak berjalan secara efektif, untuk menekan konsumsi demi menjaga kuota. Padahal, volume penjualan BBM subsidi mencapai 700 kilo liter per hari.
Tetapi, efek dari pembatasan BBM di jalan tol ini ialah peningkatan konsumsi di luar tol. Jumlahnya persis sama seperti kuota BBM subsidi di dalam tol.
"Jadi terjadi efek balon. Itu berdasarkan data yang kita evaluasi dalam waktu satu pekan sampai 25 Agustus 2014," paparnya.
Kelebihan kuota tidak dibayar
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan keputusan pencabutan pembatasan BBM merupakan arahan pemerintah. Pemerintah menjamin akan bertanggung jawab jika kuota BBM melonjak dan jebol.
"Saya dipanggil (menko perekonomian) CT, disampaikan arahan secara lisan concern pemerintah. (Pertamina) Diminta untuk hentikan pengiritan. Kemudian saya lapor, menurut perhitungan, kuota tidak akan cukup. Itu tanggung jawab pemerintah kata CT. Pemerintah akan ambil solusi," ujarnya saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (27/8).
Pemerintah, menurutnya, juga meyakinkan Pertamina bahwa tidak akan mangkir pembayaran kelebihan kuota. CT sendiri akan menugasi menteri keuangan untuk mengalokasikan dana."Kata CT tidak, nanti saya (CT) sampaikan ke menkeu. Kebijakan ini tidak akan merugikan Pertamina kata CT," ungkapnya.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konsumsi Pertamax Naik 7,2 persen saat Libur Nataru, Pertalite Hanya 4,7 Persen
Kenaikan penyaluran untuk BBM gasoline di Nataru 2023/2024 mengalami kenaikan hingga 4,6 persen.
Baca SelengkapnyaTahun Baru 2024 Harga BBM Pertamina Turun, Cek Daftarnya di Sini
Di awal tahun baru ini semua BBM Pertamina non subsidi terpantau mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPilpres Usai, Harga BBM Pertamina Bakal Naik Bulan Depan
Usai pemilu, kemungkinan harga BBM bakal naik karena mengacu pada situasi yang ada saat ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina Tahan Harga BBM di Februari 2024, Indef: Keputusan Tepat di Kondisi saat Ini
Pertamina tentu memiliki perhitungan yang cermat, sebab review tiga bulanan harga BBM, memang berdasarkan rata-rata harga tertimbang.
Baca SelengkapnyaKabar Gembira, Harga BBM Pertamax Tak akan Naik Hingga Juni 2024
Pertamina memutuskan untuk menahan harga jenis BBM non subsidi meski SPBU lain mulai mengerek harga sejak awal tahun ini.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga Siap Salurkan BBM Subsidi Sesuai Kuota Pemerintah
Pertamina Patra Niaga juga berinovasi untuk memastikan BBM dan LPG subsidi bisa tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaUsai Tertahan di Februari 2024, Harga BBM Pertamina Bakal Naik Usai Pemilu?
Usai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaPertamina Temukan Sumber Minyak Baru di Tambun-Bekasi
Penemuan sumber migas baru di Tambun, Bekasi ditajak pada 18 Agustus 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaTuntaskan Tugas, Pertamina Patra Niaga Penuhi Konsumsi Energi Masyarakat Sepanjang Nataru
Pertamina Patra Niaga telah menyelesaikan tugas penyaluran energi bagi masyarakat dengan maksimal sepanjang periode Satgas Nataru.
Baca Selengkapnya