Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

4 Alasan Jokowi sulit lepas dari jeratan utang

4 Alasan Jokowi sulit lepas dari jeratan utang jokowi-jk umumkan struktur kabinet. ©2014 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Presiden terpilih periode 2014-2019 Joko Widodo (Jokowi) berjanji tidak akan menambah utang untuk memenuhi kebutuhan belanja negara. Caranya dengan melakukan pembekuan anggaran.

"Ya penggunaan APBN itu secara efisien dan tepat sasaran. Tidak perlu ngutang," ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta.

Sedangkan untuk pembayaran utang yang semakin menumpuk, Jokowi menjawab dengan enteng. "Kalau utang ya dibayar," singkatnya.

Sebagai informasi, utang luar negeri Indonesia per Juli 2014 tercatat telah tembus USD 290,6 miliar atau setara dengan Rp 3.501,2 triliun. Utang ini terdiri dari utang luar negeri swasta sebesar USD 154,4 miliar dan utang luar negeri pemerintah dan bank sentral sebesar USD 134,15 miliar.

Ketua Koalisi Anti Utang, Dani Setiawan menyebut pemerintahan Jokowi-JK akan sulit keluar dari jeratan utang luar negeri yang sudah menggunung. Masalah ini dinilai sama beratnya dengan melepaskan Indonesia dari ketergantungan impor energi.

Apa saja penyebab yang membuat Jokowi sulit lepas dari jeratan utang asing? Berikut merdeka.com mencoba merangkumnya untuk pembaca.

Ekspor Indonesia masih kecil

Dani menilai tren penerimaan dari hasil ekspor Indonesia masih menurun. Padahal, utang bisa ditutupi dengan devisa hasil penerimaan ekspor. Pelambatan ekspor membuat pemerintah tidak memiliki uang."Ini juga karena pencairan utang luar negeri yang belum cair. Terutama utang proyek tergantung pada syarat syarat yang harus dipenuhi sekarang utang itu dicairkan," tuturnya singkat.Melansir data Bank Indonesia, utang luar negeri Indonesia per Juli 2014 tercatat mencapai USD 290,6 miliar atau setara dengan Rp 3.501,2 triliun. Utang ini terdiri dari utang luar negeri swasta sebesar USD 154,4 miliar dan utang luar negeri pemerintah dan bank sentral sebesar USD 134,15 miliar.

Pajak masih rendah

Dani menyebut, dalam 10 tahun terakhir, tidak ada peningkatan signifikan dari penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Indonesia."Masalah fundamental adalah cara pemerintah selama ini membiayai pembangunan dengan menarik pinjaman baru. Ini sama juga halnya kemandirian energi tapi tidak membangun kilang baru," ucap Dani.Menurutnya cara mengurangi ketergantungan Indonesia dari utang luar negeri adalah dengan optimalisasi tax ratio atau peningkatan pajak. Pemerintah juga harus menagih piutang pajak yang jumlahnya disebut mencapai Rp 150 triliun.

Naikkan harga BBM bukan solusi

Dani Setiawan mengatakan untuk mengurangi utang luar negeri ini pemerintah Jokowi-JK harus kerja keras melakukan penghematan. Apalagi saat ini utang luar negeri pemerintah tumbuh tengah tumbuh lebih tinggi dibandingkan milik swasta."Harus ada kondisi penghematan dalam belanja pemerintah dan peningkatan penerimaan. Tapi penghematan jangan selalu menyalahkan subsidi BBM," ucap Dani.Menurut Dani, menaikkan harga BBM subsidi tidak akan menghemat anggaran negara. Pasalnya, saat subsidi dikurangi, pemerintah malah menambah anggaran belanja pegawai dan belanja barang. Kecenderungan ini sudah lama terjadi."Pengurangan subsidi BBM tapi uangnya itu engga lari ke masyarakat seperti anggaran kesehatan. Justru selama ini konstan naik itu peningkatan belanja pegawai dan barang," tegasnya.Dani menduga selama ini pengusaha ingin sekali Jokowi-JK menaikkan harga BBM subsidi. Hal ini justru menguntungkan pengusaha karena belanja pemerintah naik dan dana akan lari ke pengusaha itu sendiri."Ini birokrat yang ingin mendapat gaji naik, dan juga pengusaha dalam negeri, komposisi belanja pegawai barang pasti ada peningkatan nanti dan spending belanja pemerintah meningkat ke pengusaha penyedia barang dan jasa," tutupnya.

Fundamental ekonomi Indonesia lemah, pelihara mafia utang

Ketua Koalisi Anti Utang, Dani Setiawan menyebut tingginya utang luar negeri Indonesia disebabkan banyaknya mafia utang atau pemain bisnis utang yang bermain.Menurut Dani, dalam masalah utang luar negeri Indonesia, bisa dilihat adanya unsur kesengajaan. Mafia utang menyebut Indonesia rentan akan krisis ekonomi dan sangat tergantung dengan ekonomi luar. Sedikit ada goncangan di ekonomi global maka ekonomi Indonesia langsung berpengaruh seperti melemahnya nilai tukar.Kondisi ini membuat yield atau bunga surat berharga Indonesia membumbung tinggi. Para mafia tadi mengeruk keuntungan dari bunga utang yang tinggi yang dipinjam Indonesia."Kalau fundamental ekonomi Indonesia kuat tidak mungkin bunga obligasi setinggi itu. Amerika saja rendah sekali bunga utangnya. Itu karena ekonomi kita rentan dan dipermainkan pebisnis utang tadi," ucap Dani.Para pebisnis utang ini kemudian memainkan isu global yang membuat goncangan di ekonomi Indonesia. Negara maju seperti Indonesia dibuat ketergantungan akan utang dengan berbagai macam ketakutan yang datang dari luar."Mereka menggoyang dunia ketiga dengan provokasi akan utang meningkat. Mereka mengeluarkan persepsi instabilitas, tidak stabil," tegasnya.Dani menyebut kondisi seperti ini sudah lumrah dalam dunia utang. Suatu negara jika sudah berutang akan susah untuk lepas dari jeratan tersebut.

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.

Baca Selengkapnya
Aksi Jokowi dan AHY Tangkap Ikan Bersama saat Resmikan Bendungan Lolak

Aksi Jokowi dan AHY Tangkap Ikan Bersama saat Resmikan Bendungan Lolak

Pembangunan Bendungan Lolak memakan anggaran mencapai Rp 2,02 triliun.

Baca Selengkapnya
Curhat Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, tapi Kalau Beras Naik Saya Dimarahi Ibu-Ibu

Curhat Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, tapi Kalau Beras Naik Saya Dimarahi Ibu-Ibu

Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa urusan pemerintah dalam mengelola pangan untuk 270 juta penduduk Indonesia bukan hal yang mudah.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya

Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya

Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Serahkan Bantuan Pangan di Maros

Jokowi Serahkan Bantuan Pangan di Maros

Bantuan tersebut sebagai upaya menghadapi kenaikan harga beras.

Baca Selengkapnya
Jokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia Kalah dari Vietnam dan Malaysia

Jokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia Kalah dari Vietnam dan Malaysia

Jokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.

Baca Selengkapnya
Jokowi Klaim Harga Beras Turun: Coba Cek di Pasar

Jokowi Klaim Harga Beras Turun: Coba Cek di Pasar

"Cek di pasar Johar naik atau tidak, turun atau tidak, cek, sudah turun," kata Jokowi

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen

Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen

Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Soal Harga Beras, Jokowi: Jangan Tanya Saya, Lihat Saja Langsung di Lapangan Sudah Turun

Soal Harga Beras, Jokowi: Jangan Tanya Saya, Lihat Saja Langsung di Lapangan Sudah Turun

Jokowi meminta agar dicek langsung di Pasar Induk bagaimana kondisi harga beras saat ini.

Baca Selengkapnya