4 Alasan bank lakukan perang bunga deposito
Merdeka.com - Awal pekan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memanggil perbankan nasional terkait perang suku bunga deposito yang dinilai sudah melampaui batas kewajaran. Pemberian imbal hasil yang tinggi, banyak dilakukan oleh bank dengan modal jumbo atau oleh Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III dan BUKU IV.OJK berharap, bank menurunkan tingkat suku bunga deposito untuk simpanan lebih dari Rp 2 miliar yang mendapatkan bunga spesial yang jauh di atas LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) rate di level 7,75 persen.
Bank Indonesia (BI) mendorong perbankan besar untuk menurunkan suku bunga deposito. Jika dilakukan dipastikan langkah tersebut bakal diikuti oleh perbankan yang berada di bawahnya.
"Dulu juga sudah pernah ada 14 bank besar, karena mereka itu kan market leader, kalau bank besar ini berkomitmen untuk turunkan suku bunga, yang lainnya jadi ikut juga," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Selasa (23/9).
Rata-rata perbankan menawarkan deposito dengan bunga 11 persen per bulan. Tetapi, para bankir terkesan ogah menurunkan dan membantah adanya perang bunga deposito diantara mereka. Bank mengeluarkan berbagai dalih terkait tingginya bunga deposito. Berikut ulasannya.
Pemerintah minta bunga tinggi
Dana pemerintah pusat dan daerah serta dana yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), merupakan sumber likuiditas yang menjadi rebutan perbankan.
Ketua Perbankan Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menyayangkan sikap institusi pemerintah yang doyan mencari bunga tinggi. Ini kemudian mendorong perbankan untuk terus menaikkan suku bunga demi mendapatkan likuiditas.
"Seharusnya institusi yang berkaitan dengan pemerintah harus jadi pelopor untuk menaruh dana bukan hanya mencari bunga tinggi. Perilakunya lebih ditertibkan, kalau perusahaan besar mencari bunga tinggi, ya susah," ucap Sigit ketika ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (23/9).
Kekeringan likuiditas
Bank Indonesia menegaskan saat ini, likuiditas perbankan sudah sangat terbatas, hal itu yang membuat perbankan begitu agresif dalam menjual deposito. Tetapi ada cara lain yang bisa dilakukan perbankan bukan hanya sekedar menawarkan bungan tinggi, dengan mencari sumber dana lain di masa depan.Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menegaskan, perang suku bunga deposito masih akan terjadi, apabila perbankan belum mendapatkan sumber pendanaan baru yang lebih potensial di masa depan.Menurut Ketua Perbanas Sigit Pramono, perbankan berani menaikkan bunga simpanan di atas ketentuan LPS karena ketatnya likuiditas. Perbankan melakukan segala cara agar dana masyarakat bisa tersimpan di perbankan. Akibatnya bank mengalami perang suku bunga.
Agresif kucurkan kredit
Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara mengungkapkan, salah satu alasan terjadinya perang bunga deposito, karena perbankan di Indonesia masih sangat agresif dalam mengejar pertumbuhan kredit. Padahal loan to deposit rasio (LDR), sudah mencapai 90 persen.Jika perbankan begitu agresif dengan kondisi LDR-nya sudah tinggi, maka dananya yang dicari, bakal dijual lebih mahal. "Jadi kalau tidak mau bayar bunga deposito tinggi, mau tidak mau pertumbuhan kreditnya harus dilambatkan atau cari sumber dana baru," ujarnya awal pekan lalu.
Terbatasnya penabung
Perang suku bunga deposito yang terjadi di antara bank-bank besar di Tanah Air saat ini, dinilai Bank Indonesia diakibatkan terbatasnya dana pihak ketiga (DPK) yang diperoleh perbankan yang digunakan untuk membiayai kredit. Padahal, dana perbankan itu sudah terbatas. Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara menegaskan perang suku bunga deposito antar bank tidak akan terjadi jika pertumbuhan kredit perbankan dapat ditahan. "Kalau bank tidak mengejar deposit dengan agresif, yang punya dana juga tidak minta dibayar mahal," ujar Mirza.Selain dengan menahan laju pertumbuhan kredit, perang suku bunga deposito, bisa dihindari dengan mencari sumber dana lain selain deposito seperti masuk ke pasar obligasi, penerbitan surat utang jangka menengah (medium term notes), atau penerbitan Negotiable Certificate of Deposit (NCD).
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bank bjb Salurkan KUR Pola Kemitraan ke 11.804 Debitur, Totalnya Rp1,9 Triliun
Bank bjb fokus mengembangkan pelayanan agar lebih banyak lagi masyarakat dapat menjangkau produk dan jasa layanan perbankan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Siapkan Uang Tunai Rp197 Triliun untuk Kebutuhan Ramadan dan Lebaran 2024
Rencananya pada lebaran tahun ini pengedaran uang akan dilakukan di 4.675 titik penukaran.
Baca SelengkapnyaBI Sebar 4.264 Lokasi Penukaran Uang Receh Lebaran 2024, Dibuka Mulai 15 Maret-7 April 2024
BI menyediakan opsi layanan penukaran uang baru melalui Layanan Kas Keliling di lokasi-lokasi strategis.
Baca SelengkapnyaBukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaPenyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Baca Selengkapnya