Merdeka.com - Deputi Bidang Restrukturisasi & Perencanaan Strategi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Wahyu Hidayat, menyebut saat ini masih ada sekitar 10 perusahaan pelat berapor merah. Wahyu enggan menyebut semua BUMN tersebut namun yang paling parah adalah PT Merpati Nusantara Airlines.

Menurut Wahyu, Merpati seperti ini terus merugi dan perusahaannya seperti buah simalakama. Diberhentikan salah, jalan terus juga salah.

"Karena sewa jalan terus," ujar Wahyu di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (30/10).

Selain itu, menurut Wahyu, utang Merpati sendiri sudah sangat besar dan ekuitasnya juga negatif. Wahyu menyiratkan kalau perusahaan ini sudah seharusnya tutup. Pasalnya, Merpati memberatkan pemerintah karena harus mengeluarkan dana untuk menghidupinya.

Sebagai penyelesaian, saat ini pihak kementerian telah menyerahkan Merpati ke PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). "Tetapi PPA tidak bisa memperbaiki kalau tidak dikasih modal," jelasnya.

Seperti diketahui, utang Merpati saat ini sudah mencapai Rp 6,5 triliun. Untuk menyelesaikan masalah ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan sempat menawarkan maskapai penerbangan pelat merah itu kepada investor. Namun tidak ada yang berminat pada maskapai perintis tersebut.