Merdeka.com - Perjalanan hidup Hercules Rosario Marshal sang preman tobat kerap kali menarik untuk diulas. Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) sebelumnya terkenal sebagai penguasa Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Kekayaan Hercules begitu melimpah. Ditambah lagi dengan banyaknya anak buah yang setia mendampingi. Wajar sosoknya begitu disegani di wilayah Tanah Abang.

Namun tak disangka, rupanya Hercules mengaku tak pernah main palak atau minta-minta. Aksi premanisme terhadap pedagang, dianggapnya memalukan.

Simak ulasan selengkapnya berikut ini, seperti dihimpun dari kanal YouTube Karni Ilyas Club, Selasa (25/1).

Malu untuk Memalak

Perbincangan Hercules Rosario Marshal dengan Karni Ilyas seakan menguak jati diri sebenarnya sang mantan preman Tanah Abang.

Kanal YouTube Karni Ilyas Club ©2022 Merdeka.com

Hercules menceritakan selama menjadi penguasa di Pasar Tanah Abang, ia tak pernah melancarkan aksi premanisme terhadap pedagang. Bahkan mengaku malu untuk melakukannya.

"Saya sangat disegani lah di situ (Tanah Abang). Tapi saya mainnya enggak minta-minta. Itu saya tidak pernah. Apalagi dengan cara kekerasan, cara premanisme. Kami orang dari sana, kayaknya enggak enak, malu," kata Hercules seperti dikutip dari kanal YouTube Karni Ilyas Club.

Pilih jadi Pengelola Perjudian

Kanal YouTube Karni Ilyas Club ©2022 Merdeka.com

Hercules bersama anak buahnya begitu disegani. Meski banyak pedagang yang kerap takut saat mereka datang, tak ubahnya sikap Hercules untuk tetap menjaga diri dari aksi palak.

"Jadi saya enggak pernah terlibat pasar. Kalau saya mau, bisa saja. Cuma mereka takut dengan saya datang," ujarnya.

Lantaran uang yang diperoleh dari mengelola perjudian sudah terlalu banyak. Hercules membentengi diri dari meminta-minta ke penjual.

"Saya hanya mengelola judi, di dalam itu duitnya sudah enggak karu-karuan. Apalagi kita minta orang ke penjual, pedagang. Jadi itu pantangan buat saya," terang Hercules.

Kerap Diberi Gratis

Kanal YouTube Karni Ilyas Club ©2022 Merdeka.com

Setiap kali berpindah atau sekedar nongkrong, Hercules dan anak buahnya kerap diberi gratisan.

"Saya datang ke terminal, dengan anak buah jalan 4 orang, ada teman-teman dari angkatan semua. Dari Kopassus, Kostrad, dari Cijantung. Kalau kita duduk minum 5 botol di situ, saya dikasih gratis. Saya bayar tidak mau terima. Saya paksa kasih lebih," ucap Hercules.

Hercules seakan pilu dengan berita yang selama ini menggiring namanya sebagai tukang palak di pasar. Ia mengaku aksi pemerasan sebagai pantangan.

"Di berita-berita, begini begitu, memeras. Saya itu pantangan untuk itu," tegasnya.