Teknologi Selamatkan Umat Manusia Dari Mitos Ramalan Cuaca dari Marmut
Merdeka.com - Tak sampai setengah abad lalu, kita tak tahu apa yang akan terjadi pada cuaca. Jika sekarang kita hanya tinggal melongok aplikasi berbasis satelit untuk tahu prakiraan cuaca, ketika belum ada televisi, tak ada yang bisa kita lakukan untuk tahu ramalan cuaca.
Berdasarkan sejarah, masyarakat Babylon dulu melihat formasi awan untuk memprediksi cuaca. Tentu bukan sesuatu yang akurat. Masyarakat China kuno juga memiliki kalender lengkap dengan pola cuaca dan deretan festival untuk memperingatinya, namun tentu tidak pula akurat.
Sebelum era televisi yang meayangkan ramalan cuaca, masyarakat di beberapa penjuru Bumi memiliki mitos tertentu. Seperti yang dilakukan di negara bagian Pennsylvania AS, di mana jika seekor groundhog (spesies sepupu dari marmut) yang bangun dari hibernasi di bulan Februari lalu ia melihat bayangan dirinya sendiri (langit sedang cerah), maka musim dingin masih akan jalan selama 6 minggu mendatang. Jika tidak ada bayangan (langit gelap), cuaca hangat atau musim semi akan datang sesegera mungkin.
Tentu hal yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebuah media Pennsylvania yakni Pennlive bahkan menyebut rasio keakuratan sang marmut hanya 64,4 persen saja.
Hal ini berdasar dari mitos Eropa yang dibawa ke AS. Di Eropa, sudah sejak zaman dahulu masyarakatnya megasumsikan bahwa musim dingin berhubungan erat dengan perilaku hewan berhibernasi seperti beruang, marmut dan lainnya. Kemunculan mereka dari sarangnya-lah yang jadi prediksi cuaca.
Hal ini diperburuk oleh media surat kabar yang pada akhir 1800-an juga ikut mengabarkan prediksi cuaca hanya dengan mengamati marmut. Bahkan satu surat kabar di tahun 1887, melansir Mental Floss, menyebut hal ini sebagai "keajaiban meteorologis."
Melihat marmut untuk memprediksi cuaca masih dilakukan sampai saat ini, namun sekedar seremonial saja. Meski demikian, orang masih percaya akan hal ini.
Untungnya kini kita sudah bergantung pada teknologi. Prediksi cuaca bisa kita ketahui secara langsung berkat perekaman perubahan cuaca yang diproses langsung di mikroprosesor canggih dan tersimpan di data logger, lalu datanya dijadikan acuan para peneliti untuk memberi prakiraan.
Saat ini, bahkan ada 10.000 lebih titik pengamatan cuaca di seluruh penjuru dunia sehingga cuaca 'real time' bisa kita ketahui dengan baik. tentu dengan ini, marmut sudah tidak lagi dibutuhkan dalam prediksi cuaca.
Terlebih lagi, perubahan iklim saat ini membuat cuaca makin tak menentu. Terkadang prakiraan cuaca jadi tak sesuai dengan kenyataan meskipun akurasinya tetap tepat secara keseluruhan.
Pada 2017 si marmut juga akhirnya terbentur perubahan iklim. Ketika pada Februari marmut melihat bayangan, sehingga diprediksi ada 6 minggu musim dingin lagi, ternyata Februari 2017 jadi Februari terpanas kedua sepanjang sejarah. Di 2018, prediksi serupa terulang dan kali ini jadi Februari terpanas sepanjang sejarah.
Jadi, ketika berdekade lalu umat manusia mengandalkan mitos untuk mengetahui cuaca, kini, bahkan teknologi canggih pun akhirnya sulit memprediksi cuaca yang terpapar perubahan iklim.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
5 Penemuan Teknologi Aneh ini Dianggap Mampu Menyelamatkan Bumi
Berikut penemuan-penemuan unik yang disebut bisa selamatkan dunia.
Baca SelengkapnyaPengertian Teknologi Beserta Jenis dan Manfaatnya
Penjelasan mengenai jenis teknologi dan manfaatnya untuk kehidupan manusia.
Baca SelengkapnyaTeknologi ini Jadi Penyelamat Gulungan Teks Kerajaan Romawi Berusia 2000 Tahun yang Masih Misterius, Isi Naskahnya di Luar Dugaan
Isi naskah tersebut pernah dianalisis menggunakan teknologi, namun gagal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jenis Semut Ini Mampu Menyembuhkan Diri dari Kematian dengan Liurnya
Penelitian terbaru mengungkapkan kehebatan alamiah semut ini dalam menangani risiko kematian yang diakibatkan oleh infeksi luka. Simak selengkapnya disini!.
Baca SelengkapnyaTak Hanya Madunya, Sarang Madu Juga Banyak Memiliki Khasiat Untuk Tubuh
Setiap sel sarang lebah juga mengandung madu murni yang belum mengalami campur tangan manusia saat proses pengambilan dan pengolahan.
Baca SelengkapnyaIPTEK adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kenali Ciri dan Dampaknya bagi Manusia
IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Istilah ini mencakup bidang penyelidikan ilmiah dan kemajuan teknologi yang terus berkembang.
Baca SelengkapnyaEmpat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya
Dari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaSains Ungkap Cara ini Meningkatkan Peluang Hidup Manusia 90 Persen jika Tersambar Petir
Berikut cara agar manusia punya peluang hidup jika kepalanya tersambar petir.
Baca SelengkapnyaContoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana
Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.
Baca Selengkapnya