Seberapa Penting Skor Benchmark Smartphone Bagi Konsumen?

Merdeka.com - Realme GT saat ini tengah menjadi sorotan lantaran dituding memanipulasi hasil benchmark via AnTuTu. Tim AnTuTu menuduh Realme telah memodifikasi gambar JPG referensi yang digunakan oleh platform benchmark itu untuk mengurangi waktu pemrosesan dan mencapai skor yang lebih tinggi.

Karena tindakan tersebut AnTuTu memutuskan untuk memblokir skor Realme GT selama tiga bulan. Tudingan AnTuTu menilai bahwa Realme GT telah memanipulasi hasil patokan kinerja device terbarunya, membuat pihak Realme buka suara.

"Skor benchmark dari Realme GT adalah data akurat di bawah versi terbaru dari AnTuTu Benchmark," kata Chase Xu selaku CMO Realme Global.

Kronologinya berawal dari Realme GT (RMX2202) yang melakukan benchmark menggunakan AnTuTu. Hasilnya software ini menilai kinerja Realme GT mampu mencetak skor hingga 770,221 poin.

Masalahnya adalah angka ini terbilang cukup tinggi dari skor didapat oleh ponsel dengan chipset Snapdragon 888 lainnya, yaitu dikisaran 710,000. Qualcomm selaku pembuat chipset tersebut hanya berhasil mendapatkan skor di angka sekitar 735,439.

Melihat kejanggalan tersebut, tim AnTuTu pun menguji langsung Realme GT saat resmi dijual di pasaran. Hasilnya, Realme GT mengantongi skor yang konsisten disekitar angka 750,000.

Pengujian Skor Pengaruhi Pembelian?

Mirza Mahardika, seorang pengguna smartphone mengatakan, keputusan membeli sebuah perangkat smartphone tak didasari dengan hasil score benchmark software pengukuran. Sebab, kata dia, smartphone yang digunakan lebih banyak untuk berkomunikasi pekerjaan sehari-hari dan sekadar hiburan bermain game. Bukan menjadikan smartphone sebagai alat khusus untuk bekerja.

"Kalau saya, karena pengguna smartphone daily, gak langsung ke pekerjaan, jadinya untuk skor bencmark antutu itu gak terlalu penting. Justru sebagai pengguna awam, yang smartphone gak dipakai buat kerja, lebih penting RAM dan ROM. Selagi RAM dan ROM besar, skor antutu benchmark bisa dikesampingkan sih. Sederhananya, score benchmark buat saya gak terlalu penting," ungkapnya kepada Merdeka.com.

Hal senada juga disampaikan oleh Anggi Tri Wijaya. Seorang karyawan swasta di Jakarta ini menuturkan score benchmark kinerja smartphone tak begitu krusial bagi dia saat membeli sebuah smartphone. Bagi Anggi, sisi spesifikasi dan real penggunaan smartphone saat melakukan aktivitas adalah hal yang utama.

"Gak banyak orang tahu tentang skor benchmark ini. Soal sisi spesifikasi bolehlah, hal ini perlu diperhatikan. Tapi yang utamanya adalah saat menggunakannya sehari-hari. Skor benchmark boleh tinggi, tapi pada kenyataannya saat digunakan gak sesuai bagaimana?" jelas Anggi.

Sementara itu, Lucky Sebastian, Pengamat Smartphone dari Gadtorade, menyebutkan benchmark seperti AnTuTu, sebenarnya adalah benchmark sintetis. Jadi hasilnya belum tentu menggambarkan kemampuan smartphone di real world.

"Tetapi orang-orang kan mau yang tercepat, terbaik, dan angka-angka benchmark ini paling mudah dipahami, semakin besar semakin kencang. Penting atau tidak penting tergantung pemahaman orang terhadap benchmark, ada yang begitu percaya dan bergantung dengan hasil benchmark, ada yang biasa-biasa saja, lebih mementingkan kelancaran smartphone saat digunakan," jelas Lucky kepada Merdeka.com, Jumat (19/3).

Tetapi, lanjut dia, benchmark seperti AnTuTu ini banyak digunakan vendor, terutama vendor smartphone China sebagai parameter ke konsumen. Parameter yang dipamerkan itu adalah bentuk komunikasi vendor ke konsumen yang ingin memperlihatkan betapa unggulnya nya device besutannya.

"Sedikit banyak ini mempengaruhi konsumen, semakin tinggi skor, semakin dianggap prestisius. Tetapi, hal terpenting adalah kemampuannya di real world, maksudnya lancar saat kita gunakan untuk berbagai aplikasi, fitur-fitur yang berguna, bagus ketika kita bermain game. Karena AnTuTu yang tinggi belum tentu sama kemampuannya di real world," ungkap dia.

"Benchmark ini kita anggap sebagai sekedar acuan masuk ke kategori mana smartphone ini. Flagship kah, mendekati flagship kah, mid-range, atau low-end," terangnya.

Lucky pun menyarankan agar tidak perlu benchmark menjadi harga mati acuan untuk membeli, karena tidak akan jauh berbeda jika sama-sama menggunakan chipset yang sama, misalnya Snapdragon 888. Hasilnya ya kisaran angka AnTuTu nya dekat-dekat, tidak akan jomplang.

"Jadi kalau misalnya mau beli flagship dengan Snapdragon 888, ya acuannya tidak perlu benchmark siapa paling kencang, tapi mana yang sesuai dengan yang kita butuhkan, misal baterai yang paling lama, hasil kamera yang dianggap paling bagus menurut kita, fitur yang kita butuhkan, dan lain-lain," papar dia.