Menkominfo tak ragu blokir Facebook jika jadi alat hasut
Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyatakan pemerintah tidak akan tanggung-tanggung memblokir Facebook, jika media sosial besutan Mark Zuckerberg itu terindikasi digunakan sebagai alat penghasutan.
Ia menyontohkan kejadian yang terjadi di Myanmar. Dalam hal ini merujuk kasus Rohingya.
"Facebook mengakui bahwa Rohingnya itu salah satunya adalah disebabkan penggunaan media sosial di sana, termasuk Facebook," katanya pada suatu kesempatan di Jakarta.
Maka itu, untuk kasus ini pihaknya tidak memiliki keraguan akan memblokir media sosial yang dijadikan sebagai alat penghasutan, termasuk Facebook.
"Saya sudah membuat pernyataan tidak punya keraguan untuk menghindarkan Indonesia dari kejadian seperti itu. Saya tidak punya keraguan untuk memblokir atau shutdown kalau ada indikasi ke arah sana," jelasnya.
Lain hal dengan kasus penghasutan, Facebook kini tengah ramai diperbincangkan lantaran penyalahgunaan data. Diduga sebanyak 1 juta data pengguna Facebook Indonesia disalahgunakan dalam kasus Cambridge Analytica (CA). Terkait hal ini, Menkominfo telah melayangkan Surat Peringatan Kedua (SP II) kepada Facebook.
SP II tersebut dikeluarkan lantaran pemerintah menemukan adanya aplikasi yang serupa CA yakni CubeYou dan AgregateIQ. Sebelumnya, pemerintah sudah melakukan sanksi administrasi berupa teguran lisan dan tertulis.
"Makanya, kemarin kami keluarkan SP tambahan. Karena justru kami mengenali ada aplikasi yang mirip itu. Mereka juga kan katanya lagi melakukan audit hanya saya belum tahu kapan selesai auditnya," jelasnya saat ditemui awak media di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Rabu (11/4).
Sebagaimana diketahui, berdasarkan siaran pers Facebook, Rabu (4/4), mereka mengakui bahwa terdapat 87 juta data yang dimungkinkan disalahgunakan oleh CA. Dari 87 juta data yang kebobolan, sebagian besar adalah pengguna Facebook dari Amerika Serikat atau sekitar 81,6 persen data disalahgunakan. Selain Amerika Serikat, ada beberapa negara termasuk Indonesia.
Indonesia masuk urutan ketiga data yang disalahgunakan. Sekitar 1,3 persen dari 87 juta. Di atas Indonesia, ada Filipina yang kemungkinan besar penyalahgunaan data pengguna dari negeri itu sekitar 1,4 persen. Selain ketiga negara itu di antaranya Inggris, Mexico, Kanada, India, Brazil, Vietnam, dan Australia.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Facebook, Instagram, dan Threads punya dampak besar bagi Mark Zuckerberg jika mengalami gangguan.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaBahkan Menkominfo menyebut situasi ruang digital lebih baik dibandingkan pada 2019.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Facebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaSisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca SelengkapnyaPada akhir tahun 2022, Mark mengalami penurunan kekayaan USD35 miliar atau setara Rp550 triliun.
Baca SelengkapnyaInstagram telah mengambil alih TikTok sebagai aplikasi dengan unduhan terbanyak di 2023.
Baca SelengkapnyaMedia sosial tengah dihebohkan dengan kabar ulat kucing. Ulat bulu ini disebut-sebut sangat beracun dan mematikan.
Baca SelengkapnyaMahfud menilai akun media sosial tokoh publik dan politisi memang kerap diretas.
Baca Selengkapnya