Lingkungan online Indonesia miliki risiko merek tertinggi di Asia Tenggara
Merdeka.com - Integral Ad Science (IAS), perusahaan pengukuran industri periklanan berbasis di New York, melaporkan lingkungan online atau daring (dalam jaringan) Indonesia memiliki risiko merek yang tinggi, yakni 9,1 persen, berdasarkan hasil pengukuran semester II tahun lalu.
Bahkan Indonesia lebih tinggi dibandingkan kawasan Asia Tenggara yang berada di 3,5 persen dan patokan global yang 7,9 persen.
Sebagai perbandingan, risiko merek di semua jenis pembelian di Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan adalah 3,5 persen, lebih rendah dari patokan global yang 7,9 persen. Sementara Thailand memiliki risiko keamanan merek sebesar 8,6 persen, risiko merek tertinggi kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia.
Niall Hogan, Direktur Pelaksana Asia Tenggara, Ilmu Pengetahuan Iklan Terpadu IAS, mengatakan laporan ini menunjukkan pentingnya bagi pengiklan, pembeli, dan penjual media digital untuk melihat kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) di tingkat negara.
"Tampilan keamanan merek secara keseluruhan relatif rendah di level 3,5 persen di semua wilayah, tapi mencapai puncaknya di Indonesia sebesar 9,1 persen," kata Hogan, dalam keterangan pers di Jakarta, kemarin (25/4).
Brand Risk Online ©2018 Merdeka.comKata dia, semakin tinggi risiko merek, menunjukkan masih banyak tayangan iklan online yang ditampilkan bersama konten yang menghadirkan risiko terhadap keamanan merek, seperti konten dewasa dan alkohol. Selain itu, konten-konten yang kaya terhadap perkataan yang mendorong kebencian, unduhan ilegal, obat-obatan terlarang, bahasa kasar dan kekerasan, juga merupakan jenis konten yang menimbulkan risiko bagi keamanan merek.
Singapura dan Malaysia dilaporkan memiliki lingkungan daring paling aman, dengan hanya 2,5 persen dan 2,2 persen dari iklan yang ditampilkan bersama konten yang berisiko. Lebih lanjut dijelaskan pula, visibilitas iklan online (keterlihatan iklan) di Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan adalah 58,9 persen, lebih tinggi dari patokan global yang 55,8 persen.
Sementara Indonesia, pada semester dua tahun lalu memiliki visibilitas iklan online sebesar 53,2 persen. Ini mengindikasikan kinerja yang lebih rendah daripada Asia Tenggara dan rata-rata global.
(mdk/ara)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Segini Potensi Kerugian Dialami Industri Perikalanan Jika Iklan Rokok Dilarang
Rencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.
Baca SelengkapnyaRisiko yang Harus Dihadapi Agen BRIlink Setiap Kali Transaksi, dari Gangguan Sinyal Internet hingga Human Error
Menjadi seorang Agen BRIlink bukanlah hal yang mudah. Sering kali mereka harus menghadapi kendala-kendala saat melayani nasabah dalam bertransaksi.
Baca SelengkapnyaAda Indonesia, Ini Daftar Negara yang Rakyatnya Paling Banyak Tak Dapat Akses Internet
Berikut adalah laporan dari We Are Social yang memotret kondisi internet di seluruh dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengguna Internet di Indonesia 2024 Mencapai 221 Juta
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis hasil survey internet Indonesia 2024.
Baca SelengkapnyaTerungkap, Pengguna Internet Indonesia Ternyata Dikuasai Orang-orang Ini
Siapa mereka? Berikut orang-orang yang menguasai internet Indonesia.
Baca SelengkapnyaBI Ungkap Risiko Tukar Uang Receh di Pinggir Jalan
Melakukan penukaran di layanan resmi dijamin keaslian uangnya.
Baca SelengkapnyaPenyebab Gagal Ginjal di Usia Muda yang Perlu Diwaspadai
Ada beberapa penyebab gagal ginjal di usia muda yang perlu diketahui dan diwaspadai oleh semua orang.
Baca SelengkapnyaPenculik Online Makin Marak Sasar Anak dan Remaja, Begini Cara Kerja Mereka
Kasus penculikan online terdengar aneh, tapi ini nyata. Tebusannya uang miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaRekomendasi Makanan Musang yang Paling Disukai, Ampuh Bikin Hewan Peliharaan Jadi Gemuk
Merdeka.com merangkum informasi tentang rekomendasi makanan musang yang paling disukai, dan ampuh bikin hewan peliharaan jadi gemuk.
Baca Selengkapnya