Merdeka.com - Seperti yang kita tahu, Samsung adalah merek smartphone yang bersaing ketat dengan Apple di segmen papan atas lewat Samsung seri S dan Note dan iPhone.

Namun terdapat berita buruk bagi Samsung yang berdasarkan banyak data riset telah kalah di segmen papan atas dari Apple, karena di segmen papan tengah, Samsung juga dianggap keok.

Samsung sendiri tidak memaparkan data resmi, namun berdasarkan analisis dari IDC yang dikutip Phone Arena, pengkapalan smartphone Samsung turun drastis pasca puncak keemasan Samsung di kuartal ketiga 2017. Puncak keemasan ini diraih ketika Samsung merilis Note 8.

Menurut data tersebut juga disebut bahwa Samsung S9 tidak menolong penjualan Samsung pada 2018 ini.

"Samsung mengalami tahun yang menantang dengan turunnya angka pengkapalan hingga 13,4 persen sejak kuartal ketiga 2017, dengan keseluruhan volume sebesar 72,2 juta unit. Angka ini memang cukup untuk mempertahankan posisi untuk tetap jadi yang teratas, namun Samsung kehilangan pangsa pasar. Hal ini tertolong oleh rilisnya Note 9, namun Samsung tetap kalah di sektor papan tengah dan entry-level," tulis IDC.

Kerasnya Persaingan Smartphone Murah

Meski sebenarnya Samsung memiliki andalan di sektor papan tengah yakni Samsung Seri A atau A series, ternyata persaingan di sektor ini cukup ketat. Banyak vendor smartphone dengan produk andalannya seperti OnePlus, Xiaomi, Honor, dan masih banyak lainnya yang menawarkan nilai lebih ketimbang Samsung.

Samsung Galaxy A sendiri cukup menghebohkan dengan rilisnya Galaxy A9 2018 dengan empat kamera. Namun ada beberapa nama yang tak ingin memperbanyak fitur, namun justru menebalkan dapur pacu dan melabelinya dengan harga papan tengah.

Ambil contoh OnePlus 6T dan juga Xiaomi Pocophone yang keduanya mengusung Snapdragon 845 dengan RAM 6GB namun memasang banderol lebih murah. Dan masyarakat harus memilih antara dua smartphone tersebut melawan Galaxy A9 yang sekedar mengusung dapur pacu asli Samsung di kelas papan tengah namun harganya lebih mahal.

Hal ini diperkeras dengan kenyataan bahwa smartphone entry-level sekalipun, kini menawarkan fitur nyata yang bisa jadi nilai lebih di mata konsumen. Banyak smartphone murah yang tak mengandalkan dapur pacu, namun daya tahan baterai, atak sekedar kamera depan yang jernih. Hal ini makin membuat konsumen akan berpikir ulang menghabiskan banyak uang di smartphone bermerek.

Perang Software

Samsung sektor papan tengah lagi-lagi terganjal kompetitor di sisi software, karena konsumen saat ini tak sekadar mau fitur dan spesifikasinya saja. Dan Samsung lagi-lagi menghadapi banyak saingan. Pasalnya, smartphone Android One sedang ramai, mulai dari Xiaomi Mi A2 dan duo Nokia 6.1 dan 7.1.

Ketiga smartphone ini menawarkan software Android murni tanpa bloatware yang menjanjikan performa mulus. Di sisi lain, Samsung tetap dengan software laman antarmuka andalannya yakni One UI. Tentu ini kembali ke preferensi pengguna, di mana mereka menginginkan software yang sederhana dan cepat atau dipenuhi fitur berguna.

Sebagai gambaran, Nokia tumbuh dalam satu tahun menjadi merek dengan pertumbuhan pasar terpesat dengan 1 persen pangsa pasar global, mengandalkan software murni tanpa jejalan antarmuka.

Nilai Lebih Samsung di Sektor Papan Tengah

Tentu kalah saing bukan berarti Samsung akan mengakhiri semuanya. Di berbagai aspek, Samsung punya banyak nilai lebih.

Berbagai hal seperti layar AMOLED jernih, fitur dan teknologi ala smartphone flagship, serta desain elegan yang selalu dimiliki Samsung, semua bisa dinikmati di smartphone dengan strata bukan teratas.

Dengan ini pun, Samsung pun masih jadi pemuncak merek smartphone dengan pangsa pasar terbesar di dunia. Meski demikian, kini konsumen makin lihai mencari perangkat yang istimewa meski dari merek yang tidak terlalu ternama pada awalnya, seperti OnePlus, Honor, atau Pocophone.

Jadi, rivalitas Samsung di sektor papan tengah nampaknya masih akan panas hingga tahun mendatang.