Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Facebook Larang Penjualan Artefak Bersejarah di Platform

Facebook Larang Penjualan Artefak Bersejarah di Platform Ilustrasi Facebook. ©2019 vox.com

Merdeka.com - Platform media sosial terpopuler Facebook baru-baru ini membuat kebijakan terkait pelarangan perdagangan artefak bersejarah.

Hal ini dilakukan usai adanya investigasi dari BBC dan sejumlah peneliti akademis yang menemukan sejumlah artefak bersejarah dari Irak dan Suriah dijual di Facebook.

Mengutip laman BBC via Tekno Liputan6.com, selain pelarangan penjualan artefak bersejarah di platform-nya, Facebook juga mengubah Standar Komunitas Facebook.

"Facebook melarang konten-konten yang mendorong atau mencoba membeli, menjual atau memperdagangkan artefak bersejarah. Selain itu, Facebook melarang upaya untuk mencari artefak bersejarah," demikian perubahan standar komunitas Facebook mengenai pelarangan penjualan artefak di platform-nya.

Berbagai jenis item yang dilarang antara lain gulungan kuno, manuskrip, bagian tubuh mumi, hingga koin kuno.

Manajer Kebijakan Publik Facebook Greg Mandel mengatakan, artefak bersejarah memiliki nilai budaya pribadi dan budaya yang signifikan bagi komunitas di seluruh dunia.

"Penjualan artefak bersejarah kerap kali menghasilkan perilaku berbahaya. Itu sebabnya kami sudah lama memiliki aturan mencegah penjualan artefak curian," kata Mandel dalam pernyataan.

"Untuk menjaga artefak ini dan pengguna kami aman, kami telah berupaya memperluas aturan kami. Mulai hari ini, kami melarang pertukaran, penjualan, atau pembelian semua artefak bersejarah di Facebook dan Instagram," ujarnya.

Sistem Deteksi Berbasis Pencarian dan AI

Raksasa media sosial ini mengembangkan sistem otomatis berbasis gambar dan kata-kata kunci untuk mengidentifikasi konten yang melanggar kebijakan baru.

Namun, seorang ahli dari Shawnee State University Profesor Amr al-Azm mengatakan, mengandalkan laporan pengguna dan AI tidaklah cukup untuk membasmi jual beli artefak bersejarah di platform Facebook.

Ia menyebut, dibutuhkan investasi lebih dari Facebook untuk mengatasi hal ini. Profesor Amr al-Azm mengatakan, alih-alih melakukan take down unggahan per individu, Facebook sudah seharusnya mempekerjakan tim ahli untuk mengidentifikasi artefak yang diperjualbelikan di platformnya.

Banyak Permintaan

Berdasarkan investigasi BBC pada 2019, ditemukan bukti bahwa artefak berupa mosaik Roman yang masih berada di tanah di Suriah telah ditawarkan di Facebook. Bahkan, cukup banyak permintaan akan barang-barang bernilai sejarah ini.

Bahkan, salah satu kasusnya adalah admin grup menanyakan apakah manuskrip jaman Islam awal bisa tersedia dan dibeli di Turki.

Facebook sebelumnya sudah menghapus 49 grup yang memburu artefak serta benda-benda kuno bersejarah. Namun, menurut bukti para peneliti, masih banyak bukti yang memperlihatkan kalau jual beli artefak masih berlanjut.

"Grup terbesar yang kami identifikasi memiliki 150 ribu anggota pada tahun lalu. Kini anggotanya sudah lebih dari 437 ribu," tutur Profesor Amr al-Azm.

Sumber: Liputan6.comReporter: Agustin Setyo Wardani

(mdk/idc)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
4 Februari Hari Ulang Tahun Facebook, Ini Sejarah dan Perkembangannya

4 Februari Hari Ulang Tahun Facebook, Ini Sejarah dan Perkembangannya

Facebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya
Ganjar-Mahfud Habiskan Dana Rp6 Miliar untuk Iklan Kampanye di Platform Meta

Ganjar-Mahfud Habiskan Dana Rp6 Miliar untuk Iklan Kampanye di Platform Meta

Akun Facebook Ganjar Pranowo tercatat telah memasang iklan di Meta sekitar Rp930 juta.

Baca Selengkapnya
Sempat Down, Instagram dan Facebook Kini Telah Pulih

Sempat Down, Instagram dan Facebook Kini Telah Pulih

Pengguna mengeluhkan tidak bisa mengakses Instagram untuk beberapa waktu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Belasan Tahun jadi Bos Facebook, Sekarang Miliarder Ini Cabut dari Meta

Belasan Tahun jadi Bos Facebook, Sekarang Miliarder Ini Cabut dari Meta

Padahal sosok ini sudah bekerja di raksasa teknologi tersebut lebih dari 10 tahun.

Baca Selengkapnya
Akun Instagram Mahfud Diretas, Ganjar Pertanyakan Keamanan Siber

Akun Instagram Mahfud Diretas, Ganjar Pertanyakan Keamanan Siber

Ganjar menyebut, kalau akun seorang Menko Polhukam saja dengan mudahnya diteras, bagaimana dengan akun orang lain.

Baca Selengkapnya
Kampanye Tiga Bulan Terakhir, Segini Dana Dihabiskan Anies-Cak Imin untuk Iklan di Platform Meta

Kampanye Tiga Bulan Terakhir, Segini Dana Dihabiskan Anies-Cak Imin untuk Iklan di Platform Meta

Pengeluaran untuk beriklan tersebut dilakukan oleh akun Facebook Anies Baswedan sebesar Rp30.279.752.

Baca Selengkapnya
Cara Menyembunyikan Status Online di WA agar Tak Diganggu, Berikut Langkah Mudahnya

Cara Menyembunyikan Status Online di WA agar Tak Diganggu, Berikut Langkah Mudahnya

Berikut langkah-langkah mudah untuk menyembunyikan stasus online di WhatsApp (WA).

Baca Selengkapnya
Ditangkap di Jember, Pemilik Akun TikTok yang Ancam Tembak Anies Tidak Terafiliasi ke Partai

Ditangkap di Jember, Pemilik Akun TikTok yang Ancam Tembak Anies Tidak Terafiliasi ke Partai

Pelaku berinisial AWK, berusia 23 tahun. Dia ditangkap di Jember.

Baca Selengkapnya
Sempat Bingung Cari Kegiatan, Ibu Rumah Tangga Ini Akhirnya Jual Olahan Tongkol Omzetnya Capai Rp3 Juta per Hari

Sempat Bingung Cari Kegiatan, Ibu Rumah Tangga Ini Akhirnya Jual Olahan Tongkol Omzetnya Capai Rp3 Juta per Hari

Selain memanfaatkan media sosial Instagram, penjualannya banyak terbantu karena testimoni pembeli kepada orang lain.

Baca Selengkapnya