Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Wajib Anda Tahu, 2 Hal Ini Bisa Perlambat Penyebaran Virus Corona

Wajib Anda Tahu, 2 Hal Ini Bisa Perlambat Penyebaran Virus Corona Cegah Penyebaran Virus Corona. ©2020 antaranews.com

Merdeka.com - Virus Corona atau COVID-19 telah menjadi kegelisahan warga dunia karena penyebarannya yang cukup cepat. Lebih dari 177 negara kini telah terinfeksi dan salah satunya adalah Indonesia. Setelah diumumkannya kasus pertama sejak 2 Maret 2020, kini jumlah korban positif Corona mencapai 548 kasus, dan diduga masih terus bertambah.

Mengikuti seruan dari World Health Organization (WHO), bagi negara-negara untuk 'mengambil tindakan yang mendesak dan agresif', para pemimpin dunia mengadakan pembicaraan krisis dengan para pejabat kesehatan untuk mencari cara terbaik melindungi masyarakat dari virus Corona yang menyebabkan lebih dari 14.000 kematian di seluruh dunia.

Dilansir dari Health, salah satu yang dibicarakan adalah herd immunity atau kekebalan kawanan/ kelompok. Apa itu Herd immunity?

Apa itu Herd Immunity

herd immunity

2020 Merdeka.com/ cdc

Herd immunity atau juga dikenal dengan imunitas kawanan didefinisikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sebagai situasi di mana proporsi populasi yang cukup kebal terhadap penyakit menular (melalui vaksinasi dan/ atau antibody dari infeksi sebelumnya) membuat penyebarannya dari orang ke orang menjadi lambat bahkan bisa berhenti.

Artinya, di mana ada suatu kekebalan kawanan atau herd immunity yang berasal dari vaksinasi atau yang sudah terinfeksi dan dapat sembuh, akan lebih sedikit orang yang bisa terinfeksi, karena penyebaran virus dari orang ke orang cukup sulit.

Kekebalan kawanan melindungi orang yang tidak dapat divaksinasi karena sistem kekebalan tubuh mereka tidak cukup kuat dan karena itu paling rentan terhadap penyakit serius.

"Ketika sekitar 70 persen populasi telah terinfeksi dan pulih, kemungkinan wabah penyakit menjadi jauh lebih sedikit karena kebanyakan orang resisten terhadap infeksi," kata Martin Hibberd, seorang profesor penyakit menular di London School of Hygiene & London yang dilansir dari Aljazeera.

Dilansir dari DW, perbedaan utama antara kekebalan yang berasal dari vaksin buatan dengan yang terinfeksi dan membentuk antibodi adalah kemanjurannya. Vaksinasi adalah kekebalan buatan yang aktif untuk membantu seseorang mengatasi virus, sementara infeksi pada akhirnya merupakan cara paling alami untuk memberikan kekebalan pada tubuh seseorang.

Walaupun kedua jenis kekebalan ini bertahan untuk waktu yang sangat lama, suatu bentuk kekebalan alami biasanya lebih efektif dan mampu menghasilkan lebih banyak produksi antibodi, yang membantu kemungkinan infeksi di masa depan.

Contoh kekebalan kawanan melalui vaksinasi adalah wabah campak di antara anak-anak usia prasekolah di AS pada akhir 1980-an. Tingkat infeksi menurun lebih cepat seiring dengan peningkatan cakupan imunisasi.

Para peneliti yang meneliti hubungan antara kejadian campak dan cakupan imunisasi di antara anak-anak usia prasekolah menyimpulkan bahwa cakupan imunisasi sekitar 80% mungkin cukup untuk menghentikan wabah campak berkelanjutan di komunitas perkotaan.

Tentu saja, belum ada vaksin untuk COVID-19. Jadi situasi kekebalan kawanan sedikit berbeda. Satu-satunya pilihan adalah pemulihan dari infeksi, yang berarti membiarkan sebagian besar orang terkena virus di beberapa titik dan membuatnya kebal dari virus.

"Belum ada vaksin buatan yang pasti untuk melindungi orang dari COVID-19, menunggu kekebalan kawanan terjadi bukanlah strategi kesehatan masyarakat yang baik," tulis ahli virus UK Jeremy Rossman, PhD. Mengingat tingkat infeksi yang sangat cepat di seluruh dunia, dan menyebabkan kematian banyak orang.

Matthew Baylis, seorang profesor di Institute of Infection, Veterinary and Ecological Sciences di Liverpool University juga mengatakan hal yang sama terhadap strategi herd immunity, "Tetapi tidak harus - dan tidak akan - dengan cara ini," katanya seperti yang dilansir dari Aljazeera.

Langkah baik yang bisa dilakukan sekarang adalah mengurangi jumlah orang yang terinfeksi oleh satu orang, dengan langkah-langkah jarak sosial seperti menutup sekolah, bekerja dari rumah, menghindari pertemuan besar, dan sering mencuci tangan.

Namun, sembari melakukan social distancing atau menjaga jarak sosial, perlu dilakukan pemerataan kurva, seperti di Indonesia di mana kasus infeksi meningkat cepat. Pemerataan kurva dapat membantu petugas medis untuk tidak kewalahan dalam menolong korban positif Corona. Jadi, apa itu pemerataan kurva?

Apa itu Flatten the Curve atau Pemerataan Kurva

flatten the curve

2020 Merdeka.com/ cdc

Dilansir dari Live Science, kurva yang dibicarakan tersebut yaitu sebuah grafik yang menggambarkan dua kurva. Satu kurva berbentuk lebih tinggi dan curam sedang kurva yang lain tampak landai. Terdapat garis titik-titik di grafik tersebut, yang mana kurva yang tinggi dan curam melewati batas garis tersebut, sedangkan yang landai berada di bawahnya. Garis tersebut menunjukkan kapasitas dan sumber daya rumah sakit yang tersedia.

Sedangkan dua kurva tersebut menggambarkan jumlah orang yang terinfeksi. Di mana pada kurva curam, virus menyebar secara eksponensial (yaitu, jumlah kasus terus meningkat dua kali lipat pada tingkat yang konsisten), dan jumlah total kasus meroket ke puncaknya dalam beberapa minggu.

Kurva infeksi dengan kenaikan curam juga memiliki penurunan tajam, setelah virus menginfeksi hampir semua orang yang dapat terinfeksi, jumlah kasus juga mulai menurun secara eksponensial.

Namun masalahnya, semakin cepat kurva infeksi naik, semakin cepat sistem perawatan kesehatan setempat kelebihan beban melebihi kapasitasnya untuk merawat orang. Seperti yang kita lihat di Italia, semakin banyak pasien baru, mungkin terpaksa pergi tanpa mendapat tempat tidur ICU, dan semakin banyak rumah sakit mungkin kehabisan pasokan dasar yang mereka butuhkan untuk menanggapi wabah.

Sebaliknya, kurva yang lebih datar mengasumsikan jumlah orang yang sama akhirnya terinfeksi, tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama. Tingkat infeksi yang lebih lambat berarti sistem perawatan kesehatan tidak kelebihan pasien, di mana lebih sedikit kunjungan rumah sakit pada hari tertentu dan lebih sedikit orang sakit yang ditolak.

Bagaimana Kita Meratakan Kurva?

perpisahan perawat dan pasien virus corona di wuhan

AFP/STR

Karena belum memiliki vaksin khusus maupun obat untuk menghentikan penyebaran virus, WHO menyarankan untuk sering mencuci tangan, menerapkan social distancing, tidak menyentuh wajah, dan melakukan pencegahan lain seperti yang sudah disarankan.

Dengan begitu akan mengurangi penyebaran yang artinya rumah sakit bisa menangani pasien infeksi yang ada sebelumnya tanpa harus ada tambahan pasien secara drastis. Strategi pemerataan kurva ini sebelumnya berhasil dilakukan saat pandemi flu 1918, pemerintah Philadelphia melakukan isolasi diri untuk semua warga dan melihat kematian 2.000 orang, di mana sebelum isolasi terjadi kematian 16.000 orang dalam enam bulan.

(mdk/paw)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Apa Penyebab Orang Terjangkit HIV?
Apa Penyebab Orang Terjangkit HIV?

Banyak orang belum memahami penyebab HIV. Yuk, simak hal-hal yang bisa jadi penyebab seseorang terjangkit HIV!

Baca Selengkapnya
Bagaimana Seseorang Bisa Sembuh dari HIV?
Bagaimana Seseorang Bisa Sembuh dari HIV?

Sebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
⁠Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana
⁠Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana

Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.

Baca Selengkapnya
Cara Mencegah Penularan Virus Nipah, Kenali Gejalanya
Cara Mencegah Penularan Virus Nipah, Kenali Gejalanya

Infeksi virus Nipah dapat dicegah dengan menghindari paparan terhadap babi dan kelelawar serta menerapkan kebiasaan bersih.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
8 Cara Membentuk Kecerdasan Anak yang Bisa Diterapkan Orangtua Sejak Anak Masih Kecil
8 Cara Membentuk Kecerdasan Anak yang Bisa Diterapkan Orangtua Sejak Anak Masih Kecil

Orangtua memiliki peran yang besar dalam membentuk kecerdasan anak terutama sejak usia anak masih dini.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo
Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo

Meskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.

Baca Selengkapnya
8 Hewan yang Mampu Berkembang Biak Tanpa Pejantan
8 Hewan yang Mampu Berkembang Biak Tanpa Pejantan

Partenogenesis merupakan fenomena reproduksi tanpa keterlibatan pejantan, merupakan keajaiban alam yang dialami oleh sejumlah hewan. Simak disini!

Baca Selengkapnya