Rentan Alami Masalah Kesehatan Jiwa Selama Pandemi, Ini Saran Pakar untuk Pelajar
Merdeka.com - Pandemi COVID-19 yang terjadi telah menyebabkan perubahan pola belajar pada pelajar. Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan saat ini berisiko membuat pelajar mengalami masalah kesehatan jiwa.
Menurut penelitian yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada Mei lalu menemukan 69 persen peserta survei mengalami masalah psikologi terkait COVID-19.
Data ini disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf SpKJ. Menurutnya, kondisi ini perlu diwaspadai mengingat dampaknya juga akan dirasakan para pelajar yang merupakan generasi penerus bangsa.
Ia menambahkan, situasi ini dapat diantisipasi bila para guru maupun orang tua mengenali gejala awal gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh pelajar.
“Untuk mencegah hal ini, diperlukan kerja sama oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Mulai dari pemangku kebijakan, penyelenggara hingga ke orangtua siswa,” katanya beberapa waktu lalu.
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengikutsertakan edukasi tentang kesehatan jiwa pada murid. Pihak sekolah juga harus terbuka pada anak-anak yang ingin menceritakan tentang masalah kesehatan jiwanya.
“Mungkin kalau dimasukkan dalam kurikulum akan lama prosesnya, maka dapat disertakan saja edukasinya dalam pembelajaran sehari-hari,” terangnya.
Adaptasi Bagi Semua Pihak
Sejalan dengan Nova, Kepala Sekolah Madrasah Citra Cendekia Jakarta, Asterika Dwiana, SPd, juga mengatakan, kesehatan mental siswa menjadi syarat utama dalam menjalankan sistem pendidikan.
“Apalagi dalam kondisi saat ini, di mana pembelajaran dilakukan secara daring. Ini hal baru baik bagi siswa, orangtua maupun tenaga pendidik,” jelasnya.
Dalam sistem pembelajaran jarak jauh, adaptasi tidak hanya dilakukan oleh siswa, tetapi juga tenaga pengajar itu sendiri.
Selama ini, tambah Asterika, dalam proses belajar mengajar Macicen menerapkan sistem perpindahan kelas. Di mana setiap siswa kelas 10 hingga kelas 12, melakukan perpindahan sesuai dengan mata pelajaran yang diambil.
Pola pembelajaran seperti ini selain membuat siswa lebih fokus dalam belajar, sekaligus juga memberikan penyegaran bagi siswa karena mendapatkan kelas yang berbeda.
Sebaliknya, dalam sistem pembelajaran daring, siswa dihadapkan dengan situasi yang sama, dan harus berlama-lama di depan layar komputer. Kondisi ini, menyebabkan siswa maupun guru mengalami kejenuhan.
Adanya pembatasan sosial semacam ini memang membuat pola berubah. Manusia sebagai makhluk sosial yang seharusnya bisa beraktivitas di luar ruang, kini dipaksa menjadi makhluk individual.
“Jadi wajar kalau saat ini banyak yang mengalami pergeseran di kesehatan jiwanya. Artinya mulai mengarah ke distress, kemudian mengarah ke kondisi-kondisi seperti gangguan panik, cemas, ataupun trauma psikologis,” tandas Nova.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaKombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.
Baca SelengkapnyaSaat tinggal sendiri dan merantau jauh dari orangtua, mahasiswa perlu melakukan persiapan mental.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaHingga dalam jangka waktu panjang, semakin sulit bagi masyarakat terdampak untuk pulih dan kembali berdaya secara finansial.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca Selengkapnya