Menghadapi Masalah Bisa Dilakukan dengan Ubah Pikiran Irasional Jadi Rasional
Merdeka.com - Setiap individu memiliki masalah masing-masing yang dapat berdampak pada kesehatan mental. Ada yang mampu menghadapi masalah mentalnya dengan baik dan ada pula yang tidak. Terlebih di masa pandemi COVID-19.
Masalah masing-masing yang dimiliki oleh individu bisa berdampak pada kesehatan mental. Sayangnya, tak semua orang bisa menangani masalah ini dengan baik. Pada keadaan yang penuh tekanan seperti di era pandemi COVID-19 sekarang ini, kemampuan menghadapi masalah sangatlah dibutuhkan.
Menurut dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Mahaputra, kemampuan menghadapi masalah adalah kemampuan dalam menjawab pikiran-pikiran irasional. Sehingga kesehatan mental lebih bisa terjaga.
Contoh pikiran irasional adalah menuntut diri untuk bisa melakukan hal-hal tertentu. Padahal, hal yang dihadapi memiliki dua kemungkinan yaitu bisa atau tidak.
“Misal, ‘saya harus lulus ujian’ itu sama dengan menekan diri sendiri padahal kemungkinannya bisa lulus bisa juga tidak,” ujar Mahaputra dalam webinar PDSKJI, beberapa waktu lalu.
Pikiran-pikiran seperti itu dapat membawa beban bagi diri sendiri dan jika tujuan yang diharuskan itu ternyata tidak tercapai maka kekecewaan yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan mental.
Cara Membentuk Pikiran Rasional
Dalam menghadapi masalah, individu perlu menepis pikiran irasional dan membangun pikiran rasional.
“Dalam membangun pemikiran rasional kita berpikir apakah ada yang bisa dilakukan? Ya atau tidak? Kalau ‘ya’ setelah dilakukan apakah berhasil?”
Kalau berhasil, maka cara tersebut dapat dilakukan untuk menjawab masalah-masalah di kemudian hari. Namun, jika setelah dilakukan tidak berhasil, maka pertanyaan selanjutnya adalah “apakah ada cara lain yang bisa dilakukan? Ya atau tidak?”
“Kalau ‘ya’ apakah setelah dilakukan berhasil? Kalau ya kita gunakan cara tersebut, kalau tidak balik lagi apakah ada cara lain yang bisa kita lakukan?” terangnya.
Jika tidak, maka pertanyaan selanjutnya adalah “Apakah benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan? Saat itulah kita refleksi diri untuk menerima.”
Ketika seseorang sudah menyadari bahwa tidak ada hal yang bisa dilakukan maka ia harus berdamai dengan keadaan tersebut. Tak sedikit orang yang tidak bisa menerima keadaan dan akhirnya lari ke penggunaan zat terlarang, hal ini tentunya bukan cara memecahkan masalah secara rasional, kata Mahaputra.
“Kadang-kadang kita terlalu memaksakan dan ini akan sangat membuat kita tidak nyaman,” tandasnya.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melantur saat berbicara bisa disebabkan oleh kondisi bernama psikosis yang merupakan keadaan mental yang kompleks.
Baca SelengkapnyaBeberapa masalah kesehatan mental kerap tidak disadari sebelumnya sehingga kerap disangka muncul secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaMengenali apakah kondisi mental kita tidak sedang baik bisa menjadi cara untuk mencegah masalah menjadi lebih parah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perhatikan pola makan sehat untuk membantu redakan kecemasan.
Baca SelengkapnyaPelukan tidak hanya mengurangi rasa sakit dan kecemasan, tetapi juga dapat mengurangi tingkat depresi dan perilaku agresif pada seseorang.
Baca SelengkapnyaPenuaan dini adalah proses perubahan fisik dan mental yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Baca SelengkapnyaLiburan juga memiliki potensi untuk menyegarkan kembali pikiran.
Baca SelengkapnyaMasih banyak pria enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental dan membutuhkan bantuan, mengapa?
Baca SelengkapnyaPada saat kita membutuhkan 'me time' sesungguhnya tubuh mengirimkan sejumlah sinyal yang tidak boleh dikesampingkan.
Baca Selengkapnya