Konsumsi Antibiotik Tak Terkendali Buat Indonesia Rentan Jadi Sumber Bakteri Resisten
Merdeka.com - Banyak orang di Indonesia yang mengonsumsi antibiotik secara sembarangan tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter ketika tengah sakit. Penyalahgunaan antibiotik di masyarakat membuat Indonesia menjadi lebih rentan akan bakteri yang lebih resisten.
Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobial (KPRA) dokter Hari Paraton mengatakan, apabila tidak dikendalikan, pengguna antibiotik di Indonesia bisa berdampak pada masalah lain.
Hari mengungkapkan, berdasarkan sebuah data surveilans yang dihimpun KPRA pada 2013, 2015, hingga 2019, terjadi kenaikan angka bakteri yang resisten antibiotik. Dari 40 persen menjadi 60 persen, dan terakhir 60,4 persen.
"Negara kalau tidak waspada, Indonesia bisa jadi sumber, pusatnya bakteri resisten di Asia nanti. Dia bisa jadi travel ban," kata Hari.
"Orang yang ke Indonesia harus hati-hati, orang yang mau keluar harus diskrining. AMR (Antimicrobial Resistance) ini bisa kemana saja, bisa melekat dalam tubuh tanpa kita sadar. Jadi kita sebagai pembawa," tambahnya.
Ancaman Bakteri Kebal Antibiotik
Dalam studi di 2014, tahun 2050 diperkirakan lebih dari 4,7 juta orang di Asia Pasifik meninggal setiap tahunnya karena infeksi bakteri, yang seharusnya bisa disembuhkan oleh antibiotik. Angka tersebut merupakan yang tertinggi yang diproyeksikan secara global.
Sementara itu, dalam sebuah studi yang dilihat dari 2002 hingga 2012, Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat resistensi tertinggi terhadap antibiotik berjenis Imipenem dengan angka 6 persen. Selain itu, dalam Survey Kesehatan Nasional 2013, 86 persen antibiotik di Indonesia disimpan tanpa resep dokter.
"Jadi bakteri resisten itu justru terjadi karena kesalahan penggunaan antibiotik, di semua level. Di komunitas, di masyarakat membeli antibiotik sesukanya, menyimpan antibiotik sesukanya, memberikan ke saudaranya yang sakitnya sama," ujar Hari.
Tidak hanya bagi manusia, penggunaan antibiotik yang serampangan di peternakan juga berbahaya. Maka dari itu, Kementerian Pertanian telah mengeluarkan dua surat keputusan yaitu untuk pelarangan penggunaan antibiotik untuk penggemuk ternak, serta melarang kolistin pada hewan, karena obat tersebut adalah cadangan apabila bakteri sudah resisten antibiotik.
Terkait penyakit yang muncul, disebut butuh kebijakan masyarakat dalam mengonsumsi antibiotik. Hari menjelaskan bahwa antibiotik hanya perlu diberikan pada penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti tuberkolosis.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen
Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Antisipasi Terjebak Kemacetan, Ini Puncak Arus Mudik Lebaran 2024
Kementerian Perhubungan memprediksi 193,6 juta orang atau 71,7 persen penduduk Indonesia melakukan perjalanan mudik lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaSejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaAntisipasi Covid-19 dan Pneumonia, 5 Pendeteksi Suhu Tubuh Dipasang di Bandara I Gusti Ngurah Rai
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengantisipasi lonjakan Covid-19 dan temuan mycoplasma pneumonia di luar negeri.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia Rentan Alami Guncangan Finansial jika Berhadapan dengan Gangguan Kesehatan
Hingga dalam jangka waktu panjang, semakin sulit bagi masyarakat terdampak untuk pulih dan kembali berdaya secara finansial.
Baca SelengkapnyaJokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnya