Idealnya, Seberapa Sering Sebaiknya Seseorang Melakukan Testing COVID-19?
Merdeka.com - Salah satu cara untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 adalah dengan melakukan lebih banyak pemeriksaan. Walau begitu, pada diri seseorang, berapa kali idealnya tes dilakukan?
Kepala Subbidang Tracking Satuan Tugas COVID-19 Kusmedi Priharto menerangkan, intensitas atau frekuensi testing tergantung dari sisi profesi sebagai tenaga medis dan kesehatan maupun masyarakat.
"Sebenarnya kalau di institusi kesehatan ya di rumah sakit, sebaiknya seorang dokter ataupun paramedis yang ada di sana, minimal 2 minggu sekali dia melakukan tes COVID-19 atau seminggu sekali. Itu secara protokol dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah dianjurkan," terang Kusmedi saat dialog di Media Center COVID-19.
"Bahwa tenaga kesehatan harus selalu testing, bergejala ataupun tidak gejala. Nah, itu saja kata-katanya sudah menjadi menjelaskan bahwa penyakit ini kadang-kadang susah ditebak gejalanya, maka testing-lah supaya kamu tahu, kamu terjangkit COVID-19 atau tidak," sambungnya.
Jika Merasa Diri Tidak Enak, Segera ke Puskesmas
Bagi masyarakat, tes COVID-19 dapat dilakukan dengan kesadaran pribadi. Apalagi jika merasa Anda terlibat dalam kerumunan, berada di tempat umum yang cukup banyak orang atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
"Kalau kita merasa diri sendiri enggak enak, Saya anjurkan langsung datanglah ke puskesmas terdekat. Sehingga tenaga kesehatan di puskesmas bisa memeriksa," lanjut Kusmedi.
Kalau memang diperlukan, pasien harus dilakukan tes COVID-19, maka dilakukan tes COVID-19. Saya rasa puskesmas tidak berani bermacam-macam dengan hal tersebut," sambungnya.
Untuk tes COVID-19 hasil pelacakan kontak (tracing), masyarakat tak perlu cemas. Pemerintah sudah menyediakan tes COVID-19 secara gratis.
"Hanya kadang-kadang ada orang yang kepengen ditesting di tempat-tempat dengan pelayanan yang lebih dan sebagainya. Padahal, kalau kita betul betul memang ada gejala COVID-19, di puskesmas juga bisa tes gratis," imbuh Kusmedi.
Tes COVID-19 dari Hasil Tracing
Pemeriksaan testing pun dapat diawali dengan pelacakan kontak (tracing) dan kontak erat terhadap siapa saja yang kira-kira terpapar COVID-19, terutama saat seseorang dinyatakan positif COVID-19.
"Testing bisa diawali dari tracking dengan mencari orang-orang yang positif atau orang-orang yang kontak dengan orang yang positif, sehingga kita bisa mendapatkan hasil, apakah dia positif atau negatif," kata Kusmedi.
"Kalau positif COVID-19, dia harus dikarantina atau diisolasi. Ya, bisa isolasi mandiri atau isolasi yang disediakan oleh pemerintah. Kalau gejalanya cukup berat, maka dia dibawa ke rumah sakit," tandasnya.
Kusmedi menekankan, tim di lapangan mencoba menemukan orang-orang yang ditracing dalam posisi masih gejala ringan dan Orang Tanpa Gejala (OTG). Kemudian mereka bisa disembuhkan. Bahkan penyembuhan kemungkinan tidak dengan obat medis, melainkan menggunakan istirahat yang cukup.
"Supaya daya tahan tubuhnya bagus. Lalu bisa melakukan olahraga atau meminum obat untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya," tandas Kusmedi.
Reporter: Fitri Haryanti HarsonoSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaIa membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nggak hanya karena keringat berlebih, ini beberapa masalah kesehatan yang bisa jadi penyebabnya.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaImbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaTA dan suaminya langsung meninggalkan lokasi. Hanya tim kuasa hukumnya yang menemui awak media untuk menyampaikan keterangan pers.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca Selengkapnya