Cara Mengatasi Stigma yang Dialami oleh Penyintas COVID-19
Merdeka.com - Usai sembuh dari infeksi COVID-19 bukan berarti masalah pada diri seseorang terkait penyakit itu telah selesai. Pada penyintas COVID-19, stigma masih menempel dan bisa menjadi masalah.
Spesialis Kedokteran Jiwa Hervita Diatri, Pengajar KSM Psikiatri FKUI/RSCM Psikiatri Komunitas mengatakan, stigma seringkali adalah sesuatu yang eksternal.
"Namun justru yang paling besar adalah stigma internal, yang dibangun karena eksternal. Jadi karena merasa orang akan berpikir begitu, maka saya mengembangkan sendiri antisipasi, padahal itu tidak benar," kata Hervita dalam sebuah dialog virtual dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu.
Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk benar-benar memahami mengenai COVID-19 itu sendiri. Ia menegaskan bahwa infeksi virus corona bisa diobati, apalagi jika dikenali sejak dini, dan ditambah dengan disiplin protokol kesehatan.
"Sehingga mengubah stigma itu menjadi sebuah upaya yang berdaya untuk mencegah," kata dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia ini.
Minta Bantuan Tokoh Masyarakat
Menurut Hervita, penyintas COVID-19 tidak bisa berbuat banyak ketika dirinya mendapatkan stigma dari orang lain. Hal ini karena sifatnya yang ada di luar dirinya.
"Tetapi kita tahu itu terjadi karena ketidaktahuan," kata Hervita.
Meski begitu, Hervita menilai bahwa meminta bantuan kepada tokoh-tokoh yang dekat dengan masyarakat, untuk mengkomunikasikan mengenai kondisi yang dialami penyintas COVID-19, bisa jadi salah satu cara yang dilakukan.
"Karena kalau saya sendiri yang ngomong akan susah kan untuk didengar oleh mereka," kata Hervita.
Menurutnya, apabila kalau penyintas dapat meminta bantuan dari orang-didengar di masyarakat untuk menceritakan, lalu kemudian dirinya "ikut berdaya untuk membantu memperkenalkan, dan mau membantu menjaga" maka ia tidak harus terjebak dalam stigma tersebut.
"Jadi sekali tepuk dua nyamuk. Saya berdaya, saya pulih secara mental dari kondisi terpuruk ini, yang kedua saya memberikan informasi," tandas Hervita.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaBagaimana Seseorang Bisa Sembuh dari HIV?
Sebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker
Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaApa Penyebab Orang Terjangkit HIV?
Banyak orang belum memahami penyebab HIV. Yuk, simak hal-hal yang bisa jadi penyebab seseorang terjangkit HIV!
Baca SelengkapnyaCara Mencegah Penularan Virus Nipah, Kenali Gejalanya
Infeksi virus Nipah dapat dicegah dengan menghindari paparan terhadap babi dan kelelawar serta menerapkan kebiasaan bersih.
Baca SelengkapnyaJokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo
Meskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca Selengkapnya