Begini Cara Turunkan Risiko COVID-19 pada Kantor Ber-AC dan Sulit Buka Jendela
Merdeka.com - Mencegah risiko COVID-19 pada ruangan perkantoran yang tertutup dan menggunakan AC (air conditioner) merupakan hal yang penting dilakukan. Salah satu cara utama adalah dengan menjaga sirkulasi udara tetap baik.
Dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa di masa pandemi, memang kantor-kantor yang memiliki jendela lebih disarankan untuk membukanya agar udara bisa keluar masuk.
"Yang ideal adalah angin alami. Jadi kalau kita punya kantor yang punya jendela itu paling bagus jendelanya dibuka," kata Agus dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, terakumulasinya udara di dalam ruangan memiliki potensi menimbulkan penularan COVID-19 di lingkungan perkantoran.
Dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu, Agus menjelaskan bahwa terkait penggunaan pendingin udara, ada dua jenis AC yaitu sentral dan tidak.
"Kalau AC tidak sentral, maka idealnya dia harus membuat konsep sirkulasi yang bukan recirculate (resirkulasi)," kata Agus beberapa waktu lalu.
"Kita kan ada mode AC yang recirculate, dari dalam ke dalam. Kita harus bisa membuat udara dari luar ke dalam," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Persahabatan tersebut.
Sementara apabila ruang kantor menggunakan AC sentral, Agus mengatakan bahwa modifikasi yang bisa dilakukan adalah dengan penggunaan lampu ultraviolet (UV light) sebelum udara keluar.
Penggunaan Air Purifier
"Di saluran AC sentralnya itu harus dipasang lampu ultraviolet sebelum udaranya keluar. Nanti virus atau bakteri akan melewati area ultraviolet sehingga dia akan mati," kata Agus. "Meskipun itu tidak 100 persen tapi dia bisa mengurangi," tambahnya.
Selain itu, Agus juga merekomendasikan pemakaian air purifier bagi kantor-kantor yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik.
"Air purifier ini diletakkan di beberapa titik karena kapasitas per meter perseginya beda-beda. Ada yang cuma 60 meter, ada yang cuma 100 meter, tentunya harus diukur," kata Agus.
Agus menjelaskan, penggunaan air purifier dimaksudkan agar AC tetap bisa berjalan tetapi udara yang bersirkulasi akan masuk ke alat tersebut sebelum dikeluarkan.
"Sehingga udara yang masuk ke air purifier itu akan disaring," katanya. "Tapi pilihlah air purifier yang memiliki kemampuan HEPA filter karena tidak semuanya punya."
Maka dari itu, pilihlah air purifier dengan HEPA filter yang memiliki kemampuan filtrasi termasuk untuk virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Agus mengatakan saat ini sudah banyak produk semacam ini yang dijual di pasaran.
Agus juga mengingatkan agar kantor juga menerapkan jaga jarak antar pekerjanya dengan membatasi orang yang datang ke kantor.
"Tidak boleh yang datang terlalu banyak sehingga dibuat 50 persen yang masuk. Sehingga jarak antara meja satu dengan yang lain menjadi lebih jauh," tandasnya.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaKombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaKomedo di area hidung telah menjadi masalah kulit wajah yang cukup mengganggu penampilan selain jerawat. Yuk, simak cara menghilangkannya!
Baca SelengkapnyaDi tengah paparan polusi udara, kita masih punya harapan untuk meminimalisir dampaknya dan mencegah situasi menjadi lebih kritis.
Baca SelengkapnyaSumur air memberikan keberlanjutan pasokan air, terutama saat terjadi gangguan pasokan air dari pihak ketiga.
Baca SelengkapnyaMata berair merupakan kondisi umum yang sering kali terjadi. Yuk, simak apa saja penyebab mata berair dan bagaimana cara mengatasinya!
Baca SelengkapnyaAtas rekomendasi dokter, ibu muda rekomendasi dokter, ibu muda itu membutuhkan perawatan sekitar dua minggu.
Baca Selengkapnya