Bebas dari BPA, Galon Sehat Berbahan PET Kini Akan Segera Diperkenalkan di Indonesia
Merdeka.com - Penggunaan bahan BPA pada kemasan air minum masih menjadi permasalahan serius hingga saat ini. Tak jarang, beberapa pihak turut menyerukan betapa berbahayanya bahan kimia tersebut pada kesehatan tubuh dan keasrian lingkungan sekitar. Meski begitu, tampaknya masih ada secercah harapan yang dapat mengatasi problematika ini, terutama di Indonesia.
Bahkan, solusi satu ini besar kemungkinan akan mengubah lanskap bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia. Adapun hal tersebut adalah menerapkan rencana pengenalan galon guna ulang berbahan Polietilena Tereftalat (PET) ke jutaan konsumen Indonesia. Dibandingkan dengan BPA, jenis kemasan plastik ini dinilai lebih aman untuk kesehatan tubuh. Lantas, bagaimana kerangka rencana tersebut? Simak informasi berikut ini!
Mulai Menyiapkan Instalasi Mesin Produksi Galon untuk Mendukung Rencana Shifting
Setelah mengetahui bahwa akan segera ada pergantian bahan kemasan air minum, pelaku industri AMDK turut merancang strategi sedari awal agar bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas), Eko Susilo mendapatkan informasi pelaku industri AMDK telah meminta sejumlah supplier untuk menyiapkan instalasi mesin produksi galon yang bisa mendukung rencana shifting dari galon polikarbonat yang berisiko BPA ke galon PET yang lebih aman, sehat dan bebas senyawa kimia berbahaya.
"Kami belum tahu bagaimana perkembangan terakhirnya, namun bila hal tersebut terwujud, tentunya akan banyak mengubah lanskap industri mengingat mayoritas peredaran galon guna ulang polikarbonat ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya," katanya.
Risiko Penggunaan BPA Menjadi Dorongan untuk Mengganti Kemasan Galon Guna Ulang
Bisfenol A atau BPA adalah senyawa kimia yang dapat memicu kanker, gangguan hormonal dan kesuburan pada pria dan wanita, serta gangguan tumbuh kembang janin dan anak. Jamak digunakan sebagai bahan baku produksi galon guna ulang, senyawa tersebut diketahui mudah luruh dari kemasan galon dan rawan terminum oleh konsumen hingga ke level yang melebihi ambang batas aman. Risiko itulah yang kemudian mendorong Badan Pengawas Obat dan Makanan, belakangan, menyiapkan sebuah regulasi pelabelan risiko BPA untuk mengantisipasi dampak kesehatan publik di masa datang.
Menurut Eko, industri AMDK awalnya memperkenalkan galon guna ulang berbahan PET di Manado sekitar empat-lima tahun yang lalu. Kehadiran produk tersebut di Manado, mudah dikenali dari fisik galon yang terlihat lebih bening dan segar, berbarengan dengan penarikan (recall) diam-diam galon berbahan polikarbonat yang merajai pasar setempat. Kemasan galon polikarbonat mudah dikenali dari tampilan fisiknya yang terlihat keruh dan buram.
"Saat ini, sekitar 80% galon yang beredar di area Manado adalah galon dengan kemasan PET," katanya.
Beberapa Wilayah di Indonesia Sudah Mengganti Kemasan Galon dengan Bahan PET
Sementara itu, penggantian galon polikarbonat di wilayah Bali, lanjut Eko, mulai berlangsung sekitar tahun 2018. Saat ini, peredaran galon guna ulang berbahan PET di wilayah Bali telah mencapai lebih dari 80%, kata Eko.
Menariknya, kata Eko lagi, penarikan galon PC di Manado dan Bali berlangsung mulus, tanpa ada bewara apapun dari produsen. Toko, jaringan distributor dan konsumen di dua wilayah tersebut praktis tak mengetahui adanya penggantian produk tersebut lantaran pihak produsen tak pernah memberikan edukasi.
Keberhasilan penggantian produk PC tersebut juga didukung fakta produk pengganti galon PET tampilan mirip dengan galon lama, distribusinya masih dengan model isi ulang dengan harga jual yang sama. Tak heran, kata Eko, konsumen praktis tak menyadari ada perubahan signifikan pada kemasan galon kecuali fisik galon yang terlihat lebih menawan karena lebih bersih dan bening.
Menjadi Sebuah Pencapaian Positif dari Sisi Bisnis
Data BPOM menyebutkan sekitar 50 juta orang Indonesia rutin mengkonsumsi galon guna ulang dari kemasan polikarbonat. Sementara bocoran data lembaga riset konsumen, AC Nielsen, menunjukkan volume penjualan galon bermerek mencapai 10,7 miliar liter pada 2022, atau naik 3,4% dari setahun sebelumnya, dengan total penjualan Rp 9,7 triliun. Diketahui, penjualan galon polikarbonat mencakup 92% dari pangsa pasar galon bermerek.
Pasar galon PET diperkirakan bakal bertumbuh seiring upaya sejumlah produsen memperkenalkan produk 'baby galon', galon ukuran mini dengan desain menarik dan kemasan yang bebas BPA.
Eko juga menambahkan bahwa kehadiran galon mini ini mampu menjawab permintaan masyarakat atas air galon yang pas untuk acara atau kegiatan tertentu di luar rumah. Selain itu, dari sisi lingkungan, galon PET dengan beragam ukuran tersebut dianggap lebih ramah lingkungan karena plastik PET lebih mudah didaur ulang dan bahkan bernilai ekonomis tinggi.
(*)
(mdk/wri)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perusahaan tersebut mengekspor sarung tangan sebanyak 339 karton
Baca SelengkapnyaKonsep hidup ramah lingkungan yang meminimalisir penggunaan kemasan plastik membuat aneka kerajinan anyaman bambu semakin diminati konsumen.
Baca SelengkapnyaAlpukat mengandung berbagai nutrisi penting seperti vitamin, karbohidrat, protein, lemak, mineral, serta serat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai melalui penggunaan kemasan ramah lingkungan ini, diharapkan dapat menurunkan emisi karbon.
Baca SelengkapnyaSingapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.
Baca SelengkapnyaMakanan yang kita konsumsi bisa sangat menentukan kesehatan pencernaan kita dan membantu buang air besar lebih cepat.
Baca SelengkapnyaPola makan yang baik dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk menjaga berat badan, meningkatkan energi, dan mengurangi risiko penyakit kronis.
Baca SelengkapnyaSebagai alternatif makanan yang diminati di Indonesia, gorengan sering dijadikan pilihan untuk takjil saat berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaHal ini juga bertujuan untuk mensejahterakan petani melalui pembelian harga pangan pokok yang terjaga dengan baik.
Baca Selengkapnya