Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

6 Efek Pandemi COVID-19 pada Kesehatan Mental Anak

6 Efek Pandemi COVID-19 pada Kesehatan Mental Anak Ilustrasi anak stres. ©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Patrick Foto

Merdeka.com - Kondisi Pandemi COVID-19 yang terjadi telah menimbulkan dampak tak hanya pada orang dewasa namun juga anak. Perubahan gaya hidup yang terjadi di masa pandemi COVID-19 ini bisa menimbulkan dampak pada kesehatan mental anak.

Sebuah penelitian menunjukkan, pandemi COVID-19 berdampak besar pada peningkatan gangguan masalah kesehatan akibat Depresi dan kecemasan pada anak di Indonesia. Hal ini tentu menarik perhatian para orang tua.

Dalam Pandemic Parenting Workshop yang diselenggarakan oleh motivational speaker & parenting expert, Rany Moran, dijelaskan bahwa terdapat 6 masalah yang dapat menyerang kesehatan mental anak akibat pandemi, yaitu:

Skin Hunger dan Kurangnya Social Referencing

1. Skin Hunger

Skin hunger merupakan kondisi saat kulit anak butuh interaksi sosial, yang kalau tidak terpenuhi dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.

Fenomena seperti ini kerap dialami selama pandemi pada mereka yang cukup aktif dan banyak melakukan kegiatan di luar rumah, namun pergerakannya menjadi sangat terbatas.

Biasanya kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, diantaranya:

Stress karena tidak bertemu orang dan jarang berinteraksi langsung dengan lingkungan sosialMalas merawat diri (karena lebih banyak menghabiskan waktu di rumah aja)Menjadi sensitif dan agresif.

2. Kurangnya Sosial Referencing

Social referencing merupakan proses ketika anak mengevaluasi cara berpikir, ekspresi, atau perilaku seseorang untuk membentuk tanggapan mereka terhadap peristiwa tertentu.

Biasanya proses evaluasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan ekspresi wajah, suara vokal atau bahasa tubuh seseorang.

Namun sejak pandemi berlangsung, penggunaan masker membuat social referencing yang dibutuhkan anak berkurang.

Akibatnya, perkembangan anak dalam mengekspresikan emosinya dan membuat keputusan tentang tindakan apa yang perlu mereka ambil menjadi terganggu.

Kecanduan Media Digital dan Meningkatnya Stres serta Kecemasan

3. Kecanduan Media Digital

Saat ini, perekembangan gadget dan alat elektronik yang telah menjadi dari kebutuhan sehari-hari. Terutama semenjak pandemi COVID-19 berlangsung, yang mengharuskan sekolah dilakukan secara daring.

Hal ini secara tidak langsung menciptakan kecanduan mengakses dunia digital secara berlebihan, hingga melupakan waktu serta perannya dalam dunia nyata.

Selain itu, kecanduan dunia digital ini juga dapat mengubah struktural pada wilayah prefrontal otak yang merugikan kemampuan anak untuk memprioritaskan tugas-tugas dalam hidup mereka.

Kecanduan dunia digital juga berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Dimana penderita kecemasan atau depresi biasanya akan beralih ke internet untuk mengisi kekosongan dalam kehidupan mereka.

4. Peningkatan Stress dan Kecemasan

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics menunjukkan bahwa stres dan kecemasan pada anak mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.

Hal ini bisa disebabkan oleh aktivitas yang terus berada di rumah, kurangnya aktivitas sosial, masalah keluarga, dan gangguan sekolah.

Cabin Fever dan Emotional Burnout

5. Cabin Fever

Cabin fever merupakan gejala psikologis yang dipicu oleh pergeseran cara hidup yang aktif secara sosial ke cara hidup yang lebih terbatas dan terisolasi.

Gejala tersebut dapat berupa perasaan gelisah, lekas marah, dan kesepian.

Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap demam kabin, antara lain:

merasa tidak dapat terhubung secara fisik dengan teman dan keluargatidak dapat mengambil bagian dalam kegiatan yang menurut orang itu menyenangkan atau bermaknamenjadi terbakar oleh pekerjaan/sekolahmerasa tidak termotivasi dan lesu karena terlalu sedikit atau tidak ada pekerjaan.

6. Emotional Burnout

Emotional burnout adalah keadaan perasaan lelah dan terkuras secara emosional sebagai akibat dari akumulasi stres yang berlebihan.

Mereka yang mengalami emotional burnout sering merasa tidak memiliki kekuatan atau kendali atas apa yang terjadi dalam hidup, dan merasa "terjebak" dalam suatu situasi.

Kurang energi, kurang tidur, dan penurunan motivasi dapat memperparah kondisi ini.

Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kesehatan, seperti terganggunya sistem kekebalan, jantung, dan metabolisme Anda secara menyeluruh.

Reporter: Lianna LeticiaSumber: Liputan6.com

(mdk/RWP)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Orang yang Hidup Sendiri Cenderung Mudah Alami Depresi

Orang yang Hidup Sendiri Cenderung Mudah Alami Depresi

Tinggal sendirian memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi.

Baca Selengkapnya
Manfaat Memaafkan bagi Kesehatan Mental, Kurangi Risiko Kecemasan dan Depresi

Manfaat Memaafkan bagi Kesehatan Mental, Kurangi Risiko Kecemasan dan Depresi

Memaafkan tidak mudah, namun dapat menyejahterakan mental.

Baca Selengkapnya
Manfaat Luar Biasa dari Selada, Ternyata Mampu Meningkatkan Kesehatan Mental

Manfaat Luar Biasa dari Selada, Ternyata Mampu Meningkatkan Kesehatan Mental

Selada memiliki manfaat yang luar biasa untuk kesehatan. Yuk, simak fakta lengkap tentang manfaat selada sekaligus tips mengkonsumsinya!

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Manfaat Luar Biasa Dibalik Pelukan Hangat dengan Orang Terkasih, Salah Satunya Redakan Stres

Manfaat Luar Biasa Dibalik Pelukan Hangat dengan Orang Terkasih, Salah Satunya Redakan Stres

Pelukan tidak hanya mengurangi rasa sakit dan kecemasan, tetapi juga dapat mengurangi tingkat depresi dan perilaku agresif pada seseorang.

Baca Selengkapnya
Masalah Kesehatan Mental yang Bisa Muncul Secara Tiba-Tiba Tanpa Gejala Sebelumnya

Masalah Kesehatan Mental yang Bisa Muncul Secara Tiba-Tiba Tanpa Gejala Sebelumnya

Beberapa masalah kesehatan mental kerap tidak disadari sebelumnya sehingga kerap disangka muncul secara tiba-tiba.

Baca Selengkapnya
Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya

Mengenal Gejala Selesma pada Anak, Begini Cara Mencegahnya

Gejala selesma pada anak biasanya meliputi bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga demam ringan. Namun kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya.

Baca Selengkapnya
Begini Cara Agar Anak Tak Gampang Sakit di Musim Hujan, Orangtua Wajib Tahu

Begini Cara Agar Anak Tak Gampang Sakit di Musim Hujan, Orangtua Wajib Tahu

Di musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.

Baca Selengkapnya
Dampak Membiarkan Bayi Menangis Terlalu Lama, Bisa Pengaruhi Kesehatan Mentalnya

Dampak Membiarkan Bayi Menangis Terlalu Lama, Bisa Pengaruhi Kesehatan Mentalnya

Dampak membiarkan bayi menangis terlalu lama mungkin memang tidak terlihat langsung, namun bisa menjadi buruk jika kebiasaan ini tidak diperbaiki.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya