Tifatul: Idealisme jurnalis hancur saat diganggu politik pemilik
Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengharapkan para jurnalis untuk bisa menyiarkan berita Pemilihan Umum dengan netral dan tidak berpihak. Jurnalis diharapkan tidak terpengaruh pada kepentingan pemilik media yang kebanyakan berasal dari partai politik.
"Kasihan idealisme jurnalis hancur ketika diganggu kepentingan politik pemilik," ujarnya dalam acara Breakfast Meeting Kemenkominfo, Senin (30/2).
Beberapa media dikenal dimiliki oleh politisi. Seperti MetroTV oleh Surya Paloh (Partai NasDem), kemudian RCTI, MNC TV dan Global TV oleh Hary Tanoesoedibjo (Hanura) serta antv tvOne oleh Aburizal Bakrie (Partai Golkar).
Sebelumnya menurut Ade Armando, pengamat penyiaran Indonesia, lembaga penyiaran publik menjadi rawan dipolitisasi. "Berbahaya nanti kalau media sudah jadi kepentingan politik,"Â ujarnya ketika dihubungi merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Misalnya ketika kegiatan mereka muncul di muka publik lewat stasiun televisi miliknya, mengalahkan siaran publik lain. Orang akan sulit membedakan apakah mereka tampil karena membeli jam tayang atau karena kuatnya nilai berita. Jika disebut membeli jam tayang, kemunculan mereka di stasiun televisi bisa jadi tidak membayar. Sebab itu televisi mereka sendiri dan tidak dapat disebut pelanggaran.
Kadang porsi waktu siaran kegiatan mereka terlalu lama. Bahkan, beberapa politikus lain ikut nimbrung. Mereka melakukan kampanyer terselubung, membangun citra diri dan partai mereka. Kemunculan politisi di televisi bisa dipermasalahkan bila mereka membayar.
Bagi Ade, ketidakjelasan posisi politikus ketika muncul di program siaran stasiun telebisi ini bisa berbahaya bagi lembaga penyiaran publik. Masyarakat memiliki hak mendapat siaran benar dan berimbang. "Selama tidak merugikan tidak masalah. Tapi kalau merugikan bisa berbahaya,"Â tuturnya.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Media Asing Terkemuka Sebut Jokowi Akhiri Masa Jabatan dengan Mengecewakan
Dalam editorialnya, The Economist menyorot soal pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaDemokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata
AHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaDepan Prabowo, Jokowi Puji Inisiasi Kemenhan Bangun RS Pertahanan Negara Panglima Besar Soedirman
Jokowi juga memuji sejumlah peralatan media yang diklaim tercanggih yang terpasang di dalamnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ini Alasan Menteri Bahlil 'Ngotot' Ingin Pilpres Satu Putaran
Bahlil berharap pemilihan presiden (pilpres) kali ini hanya berlangsung satu putaran saja.
Baca SelengkapnyaBegini Reaksi Surya Paloh Ditanya Pilih Ahmad Sahroni atau Anies Baswedan di Pilgub DKI Jakarta
Nama Ahmad Sahroni diketahui menjadi salah satu digadang-gadang sebagai calon gubernur untuk Pilgub DKI Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaProfil Etik Suryani, Bupati Sukoharjo yang Ikut Kampanye Ganjar di Jateng
Sikap Etik yang mendampingi Ganjar berkampanye menimbulkan pertanyaan publik.
Baca SelengkapnyaAnies Sulit Terobos 'Kandang Banteng'?
Menurut Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, ada dua hal yang membuat AMIN tidak melakukan kampanye di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSosok Albert Manumpak Sipahutar, Jurnalis di Balik Berdirinya Kantor Berita Antara
Lahir di Tarutung, Tapanuli, Sumatra Utara pada 26 Agustus 1914, Albert sudah menekuni dunia jurnalistik sejak usianya menginjak remaja.
Baca SelengkapnyaSurya Paloh Bertemu Presiden Jokowi, Timnas AMIN: Kami Fokus Kawal Pilpres Sampai Tuntas
Billy meminta agar seluruh pihak menanti pernyataan resmi dari Surya Paloh atas pertemuannya dengan Presiden Jokowi.
Baca Selengkapnya