Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Saling cibir kubu Jokowi dan Prabowo soal koalisi

Saling cibir kubu Jokowi dan Prabowo soal koalisi Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Sejak masa kampanye terbuka pilpres digelar, saling sindir antar masing-masing kubu capres cawapres kerap terjadi. Tak jarang 'perang' statement antara masing-masing kubu pasangan capres cawapres kerap terjadi di media.

Kini pasca pencoblosan pilpres usai digelar 9 Juli lalu, saling sindir bahkan serang antar kubu capres cawapres tetap terjadi. Masalah koalisi parpol menjadi salah satu isunya.

Seperti diketahui, tak lama setelah pencoblosan pilpres berlangsung, sejumlah lembaga mengeluarkan hitung cepatnya (quick count). Delapan lembaga menyatakan Jokowi - JK menang, sementara lima lembaga menyatakan Prabowo - Hatta yang menang.

Konstelasi politik pun semakin dinamis. Muncul kabar parpol anggota koalisi Prabowo - Hatta bakal menyeberang ke Jokowi - JK jika pasangan itu menang.

Kubu Prabowo - Hatta lantas langsung mendeklarasikan koalisi permanen parpol-parpol pendukungnya. Salah satu tujuannya, meski seandainya Prabowo - Hatta kalah pilpres, koalisi parpol pendukung akan tetap bersama di DPR.

Sementara, kubu Jokowi - JK membuka pintu jika ada anggota koalisi Prabowo - Hatta yang ingin bergabung jika Jokowi - JK menang pilpres. Mereka juga mengkritik koalisi permanen parpol pendukung Prabowo - Hatta yang telah dideklarasikan.

Berikut saling cibir antara kubu Jokowi - JK dengan Prabowo - Hatta mengenai koalisi seperti dirangkum merdeka.com, Jumat (18/7):

JK sebut koalisi Prabowo tak akan berlangsung lama

Partai koalisi pengusung pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa mendeklarasikan Koalisi Merah Putih, Senin (14/7). Dalam koalisi tersebut terdapat beberapa partai seperti, Gerindra, Golkar, PPP, PKS dan PAN, tetapi Partai Demokrat tidak hadir elite DPP-nya.Pendamping calon presiden Joko Widodo (Jokowi), Jusuf Kalla (JK) menilai, Koalisi Merah Putih hanya salah satu bentuk dari dinamisnya perpolitikan di Indonesia. Dia menyakini koalisi permanen itu tidak akan mengganggu konsentrasi dirinya dan pasangannya."Ndak. Ndak (ganggu). Selalu saya katakan, politik sangat dinamis. Hari ini boleh koalisi dengan A, bulan depan bisa dengan B. Sesuai dengan situasi yang ada," jelasnya di kediamannya, Jalan Lembang nomor 9, Menteng, Jakarta Pusat.JK mengungkapkan, koalisi permanen tidak akan berlangsung lama jika pasangan yang mereka usung kalah. Sebab banyak partai pengusung Prabowo - Hatta yang ingin merapat kepada partai pengusung Jokowi - JK."Ya itu sama sekali tidak. Karena seperti tadi, sudah banyak ingin bersama-sama kita. Bagaimana jadinya mau permanen kalau sudah ada keinginan untuk bersama-sama," ungkapnya.Dia menambahkan, semangat untuk membangun koalisi ini hanya sebagai langkah antisipasi jika Prabowo - Hatta menang. Sehingga dapat mengamankan kepastian kursi menteri untuk masing-masing partai."Ya mungkin harapannya kalau menang, bikin kabinet bersama-sama. Itu biasa saja," tutup JK.

Eva Sundari: Nanti cuma Gerindra yang oposisi

Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari mencibir koalisi permanen yang dibentuk oleh Kubu Prabowo - Hatta . Dia yakin, banyak parpol yang bakal merapat ke Kubu Jokowi - JK dan hanya menyisakan Gerindra sebagai oposisi kelak.Eva mengatakan, gelagat Demokrat akan merapat sudah terlihat. Contohnya, kata dia, orang dekat Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ruhut Sitompul sudah ada di kubunya."Demokrat sudah merapat, contohnya Ruhut," kata Eva saat dihubungi wartawan, Kamis (17/7).Dalam politik, menurut Eva tidak ada yang permanen, semua fleksibel dan bisa terjadi. Karena itu dia yakin, Jokowi - JK tidak hanya didukung oleh PDIP, PKB, NasDem, Hanura dan PKPI nantinya."Proses (komunikasi dengan parpol lain) sedang berlangsung, enggak mungkin ada sikap permanen. Perkembangannya pintu (Jokowi - JK) tidak tertutup," tegas dia.Termasuk upaya rekonsiliasi antara SBY dan Megawati, dia menyebut, hal itu terus dilakukan. "Sedang dalam proses, kuncinya komunikasi," imbuh anggota Komisi III DPR ini.Saat ditanya yang paling mungkin bergabung Demokrat atau Golkar?"Dua-duanya saya kira baik-baik. Nanti saya kira hanya Gerindra yang oposisi," jelas Eva.

Ramadhan Pohan: PDIP lagi panik, makanya jangan arogan

Wasekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan menegaskan tidak ada niat sedikitpun partainya untuk mendukung Jokowi-JK . Menurut dia, Demokrat akan tetap bersama Prabowo-Hatta meskipun hasil pilpres menyatakan Jokowi-JK yang menang."Tak ada terbesit apapun kami meloncat ke Jokowi . Ini tak pernah dibahas. Memang tak ada jalan kami berubah haluan. Untuk apa?" kata Ramadhan dalam pesan singkat, Kamis (17/7).Dia menilai, PDIP sedang panik karena koalisinya minoritas di parlemen jika Jokowi-JK menang. Apalagi, ada UU MD3 yang mengatakan pemenang pemilu tidak otomatis mendapat jatah pimpinan DPR."Kayaknya PDIP lagi panik saja. Dulu terlalu arogan bilang tak butuh koalisi, cukup dua atau tiga saja. Sekarang mereka ketar-ketir. Apalagi sejak koalisi PDIP tumbang di MD3 Paripurna DPR RI lalu. Mereka khawatir, jika nanti Jokowi menang Presiden, pemerintahan PDIP lemah dan rapuh," tegas dia.Karena itu, dia meminta agar PDIP tidak arogan. Sebab dia melihat selama ini partai pimpinan Megawati Soekarnoputri sombong tak mau koalisi."Itulah politik. Janganlah pernah arogan, sombong dan tak respek pada pihak-pihak lain. Kini mereka kena batunya," pungkasnya.

JK sebut ada parpol di koalisi Prabowo-Hatta tak siap oposisi

Cawapres Jusuf Kalla (JK) menilai, tidak semua partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih siap untuk menjadi oposisi jika pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa kalah. Bagi partai yang terbiasa berada di pemerintahan, akan sangat sulit menjadi oposisi."Ya kalau mau konsekuensi ya oposisi. Tapi saya pikir tentu pilihan-pilihan itu bukan pilihan mudah untuk partai-partai yang terbiasa di pemerintahan," ungkap JK di kediamannya, Jalan Lembang nomor 9, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/7).JK menambahkan, sampai saat ini belum ada pembicaraan resmi antar partai yang akan bergabung dengan Jokowi - JK. "Saya belum tahu, sekali lagi saya belum dibicarakan. Pengalaman, eh iya ada saja kemungkinan (bergabung), tapi mungkin tidak seperti sekarang," terangnya.Ketika dikonfirmasi mengenai partai apa saja yang ada kemungkinan merapat, JK enggan buka suara. "Ndak saya tidak bicara partai," tutupnya.

Mubarok sebut Megawati ngambekan

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok menegaskan partainya bulat mendukung koalisi permanen Prabowo-Hatta. Dia enggan mempermasalahkan tidak adanya petinggi Demokrat saat deklarasi koalisi permanen Prabowo-Hatta."Enggak ada soal, enggak ada keraguan sedikit pun. Kalau enggak datang (petinggi Demokrat) mungkin ada berbagai acara," katanya saat dihubungi merdeka.com, Senin (14/7).Mengenai sinyal dari PDIP yang membuka pintu kepada Demokrat untuk bergabung dengan koalisi Jokowi-JK, Mubarok menilai sudah terlambat. Menurutnya, PDIP yang hanya didukung Hanura, NasDem, PKPI dan PKB mulai resah, terlebih setelah UU MD3 disahkan DPR."PDIP godain nanti juga bubar (koalisi permanen), itu karena takut. Sekarang UU MD3 diubah, berdasarkan suara terbanyak (ketua DPR), takut sekali," tuturnya.Seharusnya, lanjut Mubarok, kalau PDIP konsisten sebelum pilpres Megawati mau diajak rekonsiliasi. Tetapi nyatanya, kata dia, Mega tetap bersikeras menolak Demokrat gabung ke koalisi."Kalau mau PDIP sebelum pilpres (koalisi). Demokrat mendekat, tetapi ternyata Mega sebagai tokoh nasional ngambek, tetap ngambek," imbuhnya.

(mdk/gib)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Prabowo Puji Jokowi: Kita Tidak Pernah dalam Hati Saling Benci dan Mengejek
Prabowo Puji Jokowi: Kita Tidak Pernah dalam Hati Saling Benci dan Mengejek

Kendati berseberangan pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo mengaku tak pernah menaruh rasa dendam kepada Jokowi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ungkap Alasan Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI
Jokowi Ungkap Alasan Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI

Usulan kenaikan pangkat Prabowo ini merupakan usulan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.

Baca Selengkapnya
Prabowo Ungkap Jokowi Guru Politik: Saya Dua Kali Kalah dari Beliau
Prabowo Ungkap Jokowi Guru Politik: Saya Dua Kali Kalah dari Beliau

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menyatakan Presiden Joko Widodo guru politiknya, karena pernah mengalahkannya dua kali, yakni pada Pilpres 2014 dan 2019.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Prabowo: Saya Bukan Tukang Jilat, Dua Kali Dikalahkan Jokowi  Sedih Loh
Prabowo: Saya Bukan Tukang Jilat, Dua Kali Dikalahkan Jokowi Sedih Loh

Setelah terpilihnya Jokowi menjadi orang nomor satu di Indonesia, lalu mengajak Prabowo ke dalam susunan kabinet.

Baca Selengkapnya
Jokowi Diusulkan Pimpin Koalisi Besar, Ini Respons Airlangga dan Zulkifli Hasan
Jokowi Diusulkan Pimpin Koalisi Besar, Ini Respons Airlangga dan Zulkifli Hasan

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menanggapi kabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) diusulkan memimpin koalisi besar Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
Reaksi Santai Anies Soal Prabowo Diberi Jokowi Pangkat Jenderal Kehormatan
Reaksi Santai Anies Soal Prabowo Diberi Jokowi Pangkat Jenderal Kehormatan

Pemberian pangkat jenderal kehormatan itu menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Koalisi Indonesia Maju Klub Sepak Bolanya Presiden Jokowi
Prabowo: Koalisi Indonesia Maju Klub Sepak Bolanya Presiden Jokowi

Koalisi Indonesia Maju sendiri terdiri dari sembilan partai politik.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ditanya Soal Pro & Kontra Bintang 4 Prabowo, Begini Ekspresi Sang Jenderal 'Lap Muka Pakai Selampe'
Jokowi Ditanya Soal Pro & Kontra Bintang 4 Prabowo, Begini Ekspresi Sang Jenderal 'Lap Muka Pakai Selampe'

Jokowi memberikan kenaikan pangkat secara istimewa kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjadi Jenderal Kehormatan.

Baca Selengkapnya
Jokowi soal Rencana Bertemu Ketum Parpol: Kalau Memang Tidak Perlu, Kenapa Harus Ketemu
Jokowi soal Rencana Bertemu Ketum Parpol: Kalau Memang Tidak Perlu, Kenapa Harus Ketemu

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka kemungkinan akan bertemu ketua umum partai politik (parpol).

Baca Selengkapnya