Merdeka.com - Rano Karno kini tinggal menunggu waktu untuk menjadi Plt Gubernur Banten jika Ratu Atut Chosiyah berstatus terdakwa dalam kasus suap mantan Ketua MK Akil Mochtar . Sejumlah pihak meragukan kapasitas Rano. Bahkan muncul isu jika saat dipinang Atut menjadi cawagub pada 2011 lalu, Rano diberi mahar Rp 6 miliar.

Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Ikhsan Ahmad menilai isu mahar Rano itu bukan sesuatu yang mengejutkan.

"Kehadiran Rano Karno sesungguhnya adalah pinangan dari Bu Atut. Bukan untuk menambah perolehan suara ataupun elektabilitas sang gubernur. Rano hadir sebagai faktor pelengkap citra gubernur karena Rano artis," ujarnya dalam perbincangan dengan merdeka.com, Rabu (8/1).

Ikhsan menambahkan, di mata Atut, Rano dianggap sebagai investasi politik atas penguasaan sumber daya kekuasaan secara total. "Di mana wakil gubernur adalah ban serep yang tidak boleh menuntut peran dan fungsi apapun tanpa perkenan dan persetujuan gubernur," katanya.

Topik Pilihan: Mahkamah Konstitusi | Dinasti Atut

Terlebih, lanjut dia, kehadiran Rano bukan dalam kapasitas dibutuhkannya leadership Rano, maupun pertimbangan prestasi. "Jadi dengan adanya isu diterimanya Rp 6 miliar oleh Rano bukan hal yang mengejutkan, karena ini juga menjadi bagian permainan trik politik dalam konteks gubernur bermasalah dugaan kasus korupsi, maka Rano pun akan 'dibunuh' karakternya sebagai pemimpin yang juga bangkrut secara moral dan tidak bisa dipertanggungjawabkan," papar Ikhsan.

Terlepas dari itu semua, di jelaskan ikhsan, pasangan ini menjadi bagian dari masalah korupsi dan jual beli politik yang merusak. Dampak dari isu mahar Rano ini tentu saja berimbas pada kepercayaan publik terhadap peluang Rano menjadi gubernur yang tinggal menunggu waktu saja. Akibatnya tidak ada kepemimpinan di Banten yang bisa dipercaya.

"Solusinya lebih baik Rano membuktikan hal itu tidak benar, namun jika pembuktiannya tidak meyakinkan atau terbukti, lebih baik mundur saja sekalian. Kepemimpinan provinsi sementara dibersihkan. Sekaligus membuktikan, tanpa pemimpin, masyarakat bisa mengurus dirinya di bawah komunikasi budaya yang terjaga dengan kepemimpinan informal," imbuh Ikhsan.

Menurut Ikhsan, saat pasangan Atut-Rano menang dalam Pilgub lalu, ada beberapa fakta yg bisa dicermati. Pertama, Atut adalah calon gubernur yang powerfull karena didukung oleh kekuatan daya borong semua mesin parpol yang ada. Baik yang dibeli untuk mendukung maupun yang dibeli untuk berpura-pura tidak mendukung. "Dalam kapasitas ini sebenarnya, jikapun Bu Atut dipasangkan dengan wakil gubernur dari kalangan artis yang sudah meninggal dunia pun, dia pasti akan menang," cetus dia.