Ironi Nusron Wahid, dipilih 243.021 orang tapi gagal ke Senayan
Merdeka.com - Partai Golkar telah melayangkan surat ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Intinya surat itu meminta KPU mencoret nama Nusron Wahid sebagai caleg terpilih.
Padahal Nusron berhak menjadi anggota DPR. Dia seharusnya kembali melenggang ke Senayan setelah memperoleh 243.021 suara pada Pemilu Legislatif 2014. Perolehan suara yang besar ini hilang begitu saja. Nusron dipastikan tak bakal dilantik sebagai anggota DPR pada 2 Oktober nanti.
"Prosesnya sudah selesai ketua umum mengirim surat kepada KPU menerima surat itu artinya KPU menyetujui surat kedua anggota DPR terpilih tidak dilantik pada tanggal 2 Oktober," kata Wasekjen Partai Golkar Tantowi Yahya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/8) kemarin.
Tantowi tak ingin keputusan ini disebut sebagai sikap otoriter Partai Golkar . Menurut dia, setiap kader harus patuh terhadap aturan partai, meskipun dia mengakui keputusan pemecatan ini diambil dengan sangat terpaksa.
"Organisasi ada berbagai tingkatan kesalahan dari disiplin, ada hukumannya, teguran sampai dengan pemecatan, hukuman, teguran itu berkali-kali partai itu sangat sayang dengan kadernya, tidak mudah bagi parpol untuk mencari kader. Pemecatan itu opsi paling pahit," tuturnya.
Golkar mendepak Nusron berawal ketika Ketua Umum GP Ansor ini membelot. Nusron memilih mendukung pasangan Jokowi - JK daripada Prabowo - Hatta pada Pilpres 2014. Sebab Golkar adalah salah satu partai pendukung Prabowo-Hatta. Keputusan politik Nusron akhirnya berbuah pahit. Dia dipecat Partai Golkar dari kepengurusan partai dan gagal melenggang ke Senayan.
Dipecat dan dijegal ke DPR, Nusron tidak tinggal diam. "Sebagai kader partai yang konsisten membela dan mengawal suara rakyat, kami ora opo-opo (tidak masalah) dengan adanya surat DPP Partai Golkar ke KPU. Kendati kami menganggap proses pemecatan tersebut masih cacat hukum dan bermasalah secara prosedur kepartaian dan penciptaan iklim yang kondusif, demokratis sistem kepartaian kita," kata Nusron.
Nusron menegaskan, sejak awal dirinya yakin bahwa pilihan dan dukungannya terhadap Jokowi-JK adalah benar-benar sesuai dengan semboyan Partai Golkar , Suara Golkar , Suara Rakyat. Hal itu, kata dia, terbukti pasangan Jokowi-JK menang karena mendapatkan dukungan suara rakyat.
"Kami sadar bahwa setiap perjuangan pasti ada konsekuensi dan risiko yang kami ambil, termasuk dipecat dan kehilangan jabatan (pengurus DPP Golkar dan kehilangan kursi DPR)," tuturnya.
Oleh karena itu, Nusron menegaskan bila dirinya tidak akan tinggal diam guna mengawal dan mengamankan mandat suara rakyat yang diamanahkan kepadanya. Dia secara tegas akan melakukan proses hukum selanjutnya.
"Ini bukan masalah ketakutan kehilangan jabatan. Tapi masalah marwah mandat rakyat yang diabaikan. Sebab kami dipilih langsung oleh rakyat," tegasnya.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Yenny Wahid: Kita Tak Mau Negara Ini Diperuntukkan untuk Mereka yang Berkuasa dan Para Pejabat Saja
Yenny Wahid menyebut bansos yang diberikan anggap saja sedekah dan sedekah tak wajib untuk memilih paslon tersebut.
Baca SelengkapnyaBansos Dibutuhkan Masyarakat Miskin, Tak Ada Kaitan dengan Pemilu
Masyarakat terkini itu sudah cerdas dan pandai memilah dan menjadi wewenang rakyat juga untuk memilih paslon tertentu.
Baca SelengkapnyaNusron Wahid Yakin Mahfud MD Tak Terlibat Isu Pemakzulan Jokowi
Nusron mengatakan, Mahfud kemungkinan tak mengetahui kelompok masyarakat yang bertemu dirinya akan meminta pemakzulan Jokowi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nusron Wahid soal Persiapan Gibran Debat Cawapres: Makan yang Enak dan Tidur Nyenyak
Nusron menyebut tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Gibran untuk menghadapi debat cawapres.
Baca SelengkapnyaYenny Wahid Kritik Debat Cawapres: Ada Paslon Tertentu Berupaya Remehkan Paslon Lain
Dia menyebut debat menjadi wadah untuk masyarakat mengetahui bagaimana isi kepala dari calon pemimpinnya nanti.
Baca SelengkapnyaNusron Wahid: Jokowi-Prabowo Bersatu, Tapi Cebong-Kampret Tidak Mau Bersatu
Nusron menyampaikan istilah cebong dan kampret bukan dicetuskan Jokowi ataupun Prabowo.
Baca SelengkapnyaNusron Wahid Jawab TPN Ganjar-Mahfud soal Etika Presiden Boleh Kampanye: Dulu Kenapa Tidak Dipermasalahkan?
Nusron menyebut isu standar moral ini muncul karena perbedaan kepentingan politik saja.
Baca SelengkapnyaCurhat Eks Napiter Kembali ke Pangkuan NKRI Sumpah Setia pada Pancasila
Munir berharap agar masyarakat tetap damai dan rukun meskipun memiliki perbedaan pilihan politik.
Baca SelengkapnyaRibuan Personel Polisi Dikerahkan Amankan Debat Ketiga Pilpres di Istora Senayan
Petugas akan ditempatkan di beberapa titik untuk mengamankan lokasi debat yang digelar di Gelanggang Bulutangkis
Baca Selengkapnya