Merdeka.com - Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y. Thohari mengatakan, sistem pemilu proporsional terbuka dengan mengumpulkan suara terbanyak tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Dia mengusulkan untuk pengembalian ke sistem proporsional tertutup.

"Sebab sistem ini bersifat sangat personal. Sistem pemilu yang terlalu personal dengan memilih nama caleg seperti sekarang ini tidak sesuai dengan watak bangsa," ungkap Hajriyanto saat dihubungi wartawan, Selasa (8/4).

Menurutnya, saat ini harus ada upaya mengembalikannya lagi ke sistem pemilu yang impersonal, yaitu memilih tanda gambar, memilih lambang, memilih simbol partai. Sebab, dengan cara seperti itu merupakan sistem yang paling pantas di negara majemuk ini.

Topik pilihan: KPU | Bawaslu | Kampanye Pemilu 2014

"Iya, jelas. Sistem pemilu proporsional tertutup adalah yang paling cocok dengan watak bangsa, dan paling paralel dengan bangsa yang sangat majemuk ini," jelasnya.

Maka dari itu, bila ke depan Indonesia memakai sistem proporsional tertutup, tiap partai politik juga harus lebih selektif dalam memilih para kadernya. Selain itu, tambah dia, partai juga mesti menghapus nepotisme.

"Bukan hanya harus selektif, melainkan juga harus melaksanakan kaderisasi yg baik dan sistemik. Parpol juga harus bersih dari nepotisme," ungkapnya.