Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Gerindra awalnya ingin pilkada serentak, kini menghilangkannya

Gerindra awalnya ingin pilkada serentak, kini menghilangkannya Kampanye Gerindra di GBK. ©2014 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Sikap Partai Gerindra yang menginginkan kepala daerah dipilih oleh DPRD barangkali tidak mengherankan jika melihat manifesto perjuangan partai besutan Prabowo Subianto itu. Sejak awal, Gerindra memang mengkritik pelaksanaan pilkada langsung.

Dalam Manifesto Perjuangan Partai Gerindra halaman 39 disebutkan, "Terkait masalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, rakyat semakin jenuh terhadap politik. Kejenuhan ini dapat dilihat dengan semakin besarnya angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilih (golput) dalam Pilkada."

"Kejenuhan ini berpotensi negatif pada partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum yang bermuara pada rendahnya legitimasi pemerintah. Selain itu Pilkada telah

menyebabkan konflik horisontal dalam masyarakat yang kontraproduktif. Partai Gerindra akan melakukan peninjauan ulang terhadap pelaksanaan Pilkada dan

mengupayakan penyelenggaraan Pilkada secara serentak," demikian tertulis dalam manifesto.

Jika dulu kritik Gerindra hanya menghasilkan usulan pilkada serentak, kini setelah Pilpres 2014 usai, partai pimpinan Koalisi Merah Putih itu menggalang kekuatan untuk menolak pilkada langsung. Bersama Golkar, Demokrat, PAN, PKS, PPP, Gerindra mengusulkan kepala daerah dipilih oleh DPRD.

Topik pilihan: Pemilu 2014 | RUU Pemilu

Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat mengatakan, pemilihan kepala daerah melalui DPRD sesuai dengan semangat pemberantasan korupsi. Menurut dia, pilkada langsung membuat kepala daerah butuh banyak modal untuk ikut, dampaknya korupsi ketika sudah menjabat.

"Pengeluaran seorang calon kepala daerah bisa berpuluh-puluh miliar bahkan beratus-ratus miliar untuk tingkat kabupaten dan kota. Sesudah kepala daerah terpilih terjadilah kerawanan bermain-main dengan APBD," kata Martin saat dihubungi, Jumat (5/9).

Hal ini, kata Martin, termasuk pengangkatan pejabat di daerah seperti kepala dinas yang banyak terjadi permainan uang. Buktinya, ratusan kepala daerah tersangkut korupsi selama 8 tahun terakhir ini.

"Akibatnya selama ini sudah ada 327 bupati, gubernur, wali kota tersangkut korupsi dan masuk penjara, selama 8 tahun ini. Itu data dari Kemendagri," imbuhnya.

Direktur Eksekutif Perludem Titiek Anggraeni menilai maraknya politik uang tidak bisa dijadikan alasan untuk menolak pilkada langsung.

"Soal politik uang rakyat dikotori politik uang, pertanyaannya siapa pelaku politik uang? Rakyat? Kan bukan. Lalu kenapa mata rantai ini disalahkan pada rakyatnya, ketika aktor utamanya ini yang belum dibenahi, pokok masalahnya di mana solusinya di mana ini tidak saling bertemu," tegas Titiek dalam diskusi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (5/9)

Soal alasan sering terjadi konflik horizontal karena pilkada langsung, menurut Titiek, tidak ada data konflik horizontal yang signifikan membuat pilkada langsung harus tidak dilakukan lagi.

"Soal konflik horizontal, pertanyaannya datanya berapa bahwa konflik horizontal itu menjadi signifikan untuk mengambil mandat rakyat dan mengembalikan pada DPRD," ujarnya.

(mdk/ren)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Klaim Pemilu 2024 Lebih Baik dari Sebelumnya, Gerindra Anggap Tidak Perlu Hak Angket DPR

Klaim Pemilu 2024 Lebih Baik dari Sebelumnya, Gerindra Anggap Tidak Perlu Hak Angket DPR

Gerindra menilai hak angket itu tidak perlu dilakukan apalagi baru sebatas wacana.

Baca Selengkapnya
Ini Sosok Politikus yang Digadang-Gadang Gerindra untuk Maju Pilgub DKI

Ini Sosok Politikus yang Digadang-Gadang Gerindra untuk Maju Pilgub DKI

Partai Gerindra tengah fokus mengawal perhitungan suara pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) 2024.

Baca Selengkapnya
Berkas Dugaan Politik Uang Lengkap, Caleg Demokrat Diserahkan ke Kejari Makassar

Berkas Dugaan Politik Uang Lengkap, Caleg Demokrat Diserahkan ke Kejari Makassar

Berkas Dugaan Politik Uang Lengkap, Caleg Demokrat Diserahkan ke Kejari Makassar

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Gerindra Ungkap Tidak Ada Pembicaraan Politik antara SBY dan Prabowo saat Lebaran

Gerindra Ungkap Tidak Ada Pembicaraan Politik antara SBY dan Prabowo saat Lebaran

Gerindra menilai momen lebaran tidak tepat untuk membahas politik.

Baca Selengkapnya
Gerindra Tak Lihat Ada Anggota DPR Keliling Minta Tanda Tangan untuk Hak Angket

Gerindra Tak Lihat Ada Anggota DPR Keliling Minta Tanda Tangan untuk Hak Angket

Waketum Gerindra Habiburokhman mengungkap, belum ada anggota DPR yang berkeliling meminta tanda tangan anggota dewan untuk hak angket.

Baca Selengkapnya
Sekjen Gerindra Kaget Dengar Kabar AHY akan Dilantik Jadi Menteri ATR/BPN Besok

Sekjen Gerindra Kaget Dengar Kabar AHY akan Dilantik Jadi Menteri ATR/BPN Besok

Gerindra menyambut baik apa yang sudah diputuskan Presiden Jokowi dalam mengangkat siapapun menjadi menteri.

Baca Selengkapnya
Gerindra Pede Kesaksian Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres Bongkar Fitnah Kecurangan Prabowo-Gibran

Gerindra Pede Kesaksian Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres Bongkar Fitnah Kecurangan Prabowo-Gibran

Gerindra justru optimis kesaksian empat menteri tersebut akan secara langsung membantah tudingan kecurangan dilakukan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Baca Selengkapnya
Sekjen Gerindra Ungkap Golkar Berpotensi Besar Dukung Prabowo: InsyaAllah Bulan Agustus Ini

Sekjen Gerindra Ungkap Golkar Berpotensi Besar Dukung Prabowo: InsyaAllah Bulan Agustus Ini

Muzani menyebut, Gerindra menghormati proses keputusan di internal Partai Golkar.

Baca Selengkapnya