Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Fakta cukong danai Pilpres Jokowi dan Prabowo versi ICW

5 Fakta cukong danai Pilpres Jokowi dan Prabowo versi ICW Jokowi-Prabowo. ©2014 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis hasil kegiatan monitoring dan pemantauan Pilpres 2014 yang menyoroti masalah pengelolaan dana kampanye pilpres bagi masing-masing pasangan capres dan cawapres. ICW beranggapan, keberlangsungan proses demokrasi yang baik bisa dimulai dari penyelenggaraan pemilu yang transparan dan akuntabel dalam aspek pendanaannya.

ICW berhasil mengumpulkan data mengenai total dana kampanye kedua pasangan capres-cawapres pada pilpres 2014 lalu, di mana pendanaan kampanye pasangan Prabowo-Hatta mencapai total Rp 166,6 miliar, dan pasangan Jokowi-JK sekitar Rp 312 miliar.

Dalam temuannya, ICW mendapati sejumlah ketidakterbukaan sumber dana kampanye bagi masing-masing capres. ICW bahkan menjabarkan sejumlah data hasil temuan kajiannya, mengenai asal muasal sumber dana kampanye yang dimaksud tersebut.

Simak berita Prabowo Subianto selengkapnya di Liputan6.com

Berikut adalah lima fakta hasil temuan ICW mengenai kejanggalan sumber dan pengelolaan dana kampanye bagi masing-masing capres, pada pilpres 2014 yang lalu:

ICW temukan penyokong dana beridentitas fiktif

ICW menemukan data yang menunjukkan lebih dari 50 persen sumber dana kampanye kedua pasangan capres berasal dari pihak ketiga (perseorangan). Lalu berdasarkan 97 persen sampling dari kedua pasangan, ICW juga menemui sekitar 5,2 persen penyumbang dana fiktif yang tidak jelas identitasnya.Koordinator monitoring anggaran ICW, Firdaus Ilyas bahkan menyebut jumlah pihak yang dimaksud sebagai penyumbang fiktif bagi masing-masing capres-cawapres tersebut."Penyumbang dana kampanye yang fikif itu di antaranya adalah 2 pihak penyumbang bagi pasangan Prabowo-Hatta, dan 3 pihak penyumbang bagi pasangan Jokowi-JK," kata Firdaus dalam acara ICW di sebuah hotel di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (15/12).ICW menyesalkan hasil temuan ini, karena ternyata 2 kubu rival yang berkompetisi di dalam pilpres lalu tidak bisa memenuhi aspek transparansi dan akuntabilitas sumber dana kampanyenya masing-masing. Bahkan ICW berpendapat bahwa bisa saja ketidakterbukaan sumber aliran dana inilah salah satu penyebab bibit-bibit korupsi bagi pemerintahan yang terpilih, dan muncul di kemudian hari.ICW juga mengindikasikan bahwa para penyumbang dana beridentitas fiktif itu, merupakan pihak-pihak yang memiliki relasi dekat dengan pasangan kandidat.

Pendapatan belanja iklan kampanye yang janggal

Koordinator monitoring anggaran ICW, Firdaus Ilyas memaparkan hasil temuan sumber aliran dana kampanye pada pilpres 2014, dari masing-masing capres-cawapres. Menurutnya, pendapatan belanja iklan kampanye Prabowo-Hatta Rajasa tidak wajar, dan terdapat lebih banyak kejanggalan daripada sumber dana pasangan Jokowi-JK."Pendapatan belanja iklan pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta, dinilai tidak wajar dan berbeda dengan pasangan Jokowi-JK. Sejumlah temuan kami bahkan ada yang menunjukkan, bahwa identitas penyumbang dana kampanye bagi Prabowo-Hatta itu hampir semuanya berasal dari pihak yang berkantor di Midplaza 2," kata Firdaus di acara diskusi publik ICW, di sebuah hotel di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (15/12).Sementara untuk pasangan Jokowi-JK, ICW menemukan bahwa ada sumber dana belanja iklan kampanye yang janggal, di mana ada sekitar 72 penyumbang tidak melampirkan fotokopi KTP dan NPWP. Hal ini menjadi perhatian bagi ICW, karena jika ditelisik lebih jauh, jumlah sumbangan dari para penyumbang ini jelas berkorelasi dengan komitmen perpajakan dalam kaca mata negara.Bahkan, di antara sederetan nama penyumbang bagi kesuksesan kampanye Jokowi-JK, ada nama yang terkesan janggal yang ditemukan ICW, dengan nama donatur Nanang Supriyanto, yang tanpa kelengkapan data apapun tapi tercatat memberikan sumbangan sampai sebesar Rp 500 juta kepada pasangan Jokowi-JK.

Kejanggalan penyumbang dana kampanye dari perusahaan atau kelompok

ICW juga merilis data yang menunjukkan sederetan kejanggalan lainnya, berupa ketidaksesuaian antara penyumbang dan jumlah sumbangan. Hal ini diklasifikasikan oleh ICW dengan sejumlah modus, yang dibagi dalam kriteria; 1). Penyumbang Fiktif, 2). Ketidaksesuaian besaran sumbangan dan kemampuan ekonomi si penyumbang, 3). Penyumbang yang mengakui sumbangannya, 4). Penyumbang dengan bukti sumbangan, 5). Menyumbang sesuai nominal, 6). Menyumbang lebih dari sekali, dan 7). Penyumbang yang merupakan relasi bisnis dengan kandidat.Pasangan Prabowo-Hatta tercatat memiliki 2 data penyumbang fiktif, 2 data penyumbang yang ternyata tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi, 3 data tanpa pengakuan dari si penyumbang, 1 data penyumbang tanpa bukti sumbangan, dan 9 data penyumbang yang merupakan relasi dekat dari Prabowo-Hatta.Sementara data dari pasangan Jokowi-JK, ICW mencatat 1 data penyumbang fiktif, 3 data penyumbang yang ternyata tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi, 20 data tanpa pengakuan dari si penyumbang, 17 data penyumbang tanpa bukti sumbangan, 8 data sumbangan yang tak sesuai nominal, 8 data penyumbang yang menyumbang lebih dari sekali, dan 14 data penyumbang yang merupakan relasi dekat dengan Jokowi-JK.

Kejanggalan dana kampanye dan maksimum spot iklan

Selain aspek perolehan dana kampanye, ICW juga menelisik penggunaan dana-dana dari masing-masing tim sukses capres-cawapres tersebut. Dari situ, mereka bisa melihat aspek akuntabilitas dari masing-masing pihak yang menggunakan berbagai media terutama televisi, dalam menyiarkan ribuan janji dalam program-program kampanyenya.ICW menyebut pelanggaran dari pasangan Prabowo-Hatta, berupa batasan maksimum spot iklan, yang ditemui pada tanggal 24 Juni 2014. Pelanggaran itu dilakukan dengan menampilkan sebanyak 28 spot iklan, di salah satu tv swasta.Sementara untuk pasangan Jokowi-JK, pelanggaran akan batasan maksimum penayangan iklan kampanye, paling banyak terjadi pada tanggal 3 Juli 2014. Saat itu, 47 spot iklan ditayangkan oleh salah satu stasiun tv swasta, guna mendukung program kampanye Jokowi-JK.

Masing-masing capres diwarnai gratifikasi

ICW menemukan sejumlah data, yang menjelaskan bahwa penggunaan dana kampanye pasangan Prabowo-Hatta tidak realistis. Berdasarkan data dari KPU, ternyata Prabowo-Hatta mengaku hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 90 miliar, sementara jumlah iklan televisi yang menayangkan kampanye mereka ditaksir lebih mahal dari jumlah tersebutICW mengindikasikan bahwa televisi yang berafiliasi dengan pasangan Prabowo-Hatta (VIVA Grup milik ARB, dan MNC grup milik HT), ternyata memberikan gratifikasi semacam harga khusus, yang menunjukkan dukungan mereka pada pasangan Prabowo-Hatta. Dari hal tersebut, ICW beranggapan bahwa laporan mengenai penggunaan dana kampanye oleh kubu Prabowo-Hatta, dinilai tidak realistis karena banyaknya ketidaktransparanan.Sementara itu, tim sukses dan kubu-kubu yang pro terhadap pasangan Jokowi-JK, diindikasi oleh ICW juga telah melakukan praktik gratifikasi, dari sebuah stasiun tv swasta (Metro tv) yang bos besarnya merupakan bagian dari kubu Jokowi-JK. Hal itu lah yang menyebabkan belanja iklan pada Metro tv, jauh lebih kecil dibandingkan dengan stasiun tv lain pada periode tersebut.

(mdk/has)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
INFOGRAFIS: Jokowi, Ganjar, dan Prabowo, Siapa Paling Besar Habiskan Dana Kampanye Pilpres?

INFOGRAFIS: Jokowi, Ganjar, dan Prabowo, Siapa Paling Besar Habiskan Dana Kampanye Pilpres?

INFOGRAFIS: Jokowi, Ganjar, dan Prabowo, Siapa Paling Besar Habiskan Dana Kampanye di Pilpres?

Baca Selengkapnya
Jokowi Bilang Presiden Boleh Berpihak di Pilpres, Timnas AMIN: Ada Tanda Kepanikan

Jokowi Bilang Presiden Boleh Berpihak di Pilpres, Timnas AMIN: Ada Tanda Kepanikan

Jokowi memastikan Presiden boleh kampanye dan berpihak di Pilpres 2024

Baca Selengkapnya
Relawan AMIN dan Ganjar-Mahfud Berkumpul Tolak Hasil Pilpres, Minta DPR Lengserkan Jokowi

Relawan AMIN dan Ganjar-Mahfud Berkumpul Tolak Hasil Pilpres, Minta DPR Lengserkan Jokowi

Kelompok relawan ini mengaku belum berdiskusi secara langsung soal gerakan dan perlawanan ini dengan pasangan capres-cawapres.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
PSI Sebut Keberpihakan Jokowi ke Capres Bukan Dosa, Sindir Kampanye Megawati di Pilpres 2004

PSI Sebut Keberpihakan Jokowi ke Capres Bukan Dosa, Sindir Kampanye Megawati di Pilpres 2004

Menurut Raja Juli, presiden maupun menteri merupakan warga negara yang memiliki hak politik untuk mendukung kandidat pilpres.

Baca Selengkapnya
Jokowi Benar-Benar Tak Ikut Kampanye, Ini Respons Ganjar

Jokowi Benar-Benar Tak Ikut Kampanye, Ini Respons Ganjar

Calon Presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo mengapresiasi sikap Presiden Jokowi yang tidak langsung terlibat dalam kampanye salah satu paslon Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
Pastikan Tak Ada Tim Transisi dari Jokowi ke Prabowo, Bahlil: Ngapain?

Pastikan Tak Ada Tim Transisi dari Jokowi ke Prabowo, Bahlil: Ngapain?

Hasil real count sementara KPU, paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran unggul dibandingkan dua paslon lainnya.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Presiden Boleh Memihak di Pilpres 2024, Timnas AMIN: Mudah-Mudahan Tidak Membuat Kacau

Jokowi Sebut Presiden Boleh Memihak di Pilpres 2024, Timnas AMIN: Mudah-Mudahan Tidak Membuat Kacau

Sebelumnya Jokowi menyebut presiden boleh memihak dan kampanye di Pilpres 2024

Baca Selengkapnya
PDIP: Presiden Milik Kita Semua, Tidak Perlu lah Kampanye!

PDIP: Presiden Milik Kita Semua, Tidak Perlu lah Kampanye!

PDIP menilai Presiden Jokowi tidak perlu kampanye meski diizinkan UU Pemilu.

Baca Selengkapnya
CEK FAKTA: Hoaks Jokowi Bagi-Bagi Uang Rp50 Juta dalam Rangka Pensiun

CEK FAKTA: Hoaks Jokowi Bagi-Bagi Uang Rp50 Juta dalam Rangka Pensiun

Beredar informasi Jokowi akan memberikan bantuan sosial tunai senilai Rp50 juta dalam rangka pensiun sebagai Presiden

Baca Selengkapnya