5 Alasan ini penyebab PDIP gagal jadi pimpinan DPR
Merdeka.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) harus gigit jari. Menjadi pemenang pemilu legislatif 2014, mereka gagal menempatkan wakilnya menjadi ketua DPR. Bahkan ironisnya, mereka tidak bisa mengajukan paket pimpinan karena terganjal aturan dalam UU MPR, DPR, DPD, DPRD (MD3) yang baru.
Sementara kubu Koalisi Merah Putih sedang bersorak sorai. Ini menjadi kemenangan kesekian kali di parlemen bagi partai-partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di pilpres lalu itu setelah berhasil merevisi UU MD3, Tatib DPR, dan menggolkan UU Pilkada.
Paket pimpinan yang mereka ajukan melaju mulus tanpa ada saingan yakni Ketua DPR Setya Novanto (Golkar), dan empat wakil ketua yakni Agus Hermanto (Demokrat), Fadli Zon (Gerindra), Fahri Hamzah (PKS) dan Taufik Kurniawan (PAN).
Melalui sidang yang alot yang diwarnai walk out PDIP, PKB, Hanura, dan NasDem pimpinan DPR masa bakti 2014-2019 mengucap sumpah di ruang rapat paripurna dini hari tadi, Kamis (2/10).
Jika mencermati rentetan manuver politik yang terjadi, 5 alasan ini bisa menjadi penyebab gagalnya PDIP memenangkan perebutan kursi ketua DPR. Berikut rangkumannya:
Uji materi UU MD3 ditolak MK
Koalisi Merah Putih berhasil mengubah aturan tata cara pemilihan pimpinan DPR, pimpinan komisi dan alat kelengkapan melalui UU 17/2004 tentang MD3. Jika semula posisi ketua DPR diisi pemenang pemilu legislatif, kini pimpinan DPR dipilih oleh anggota melalui sistem paket yang terdiri dari fraksi yang berbeda.PDIP bukan tak melakukan perlawanan. Mereka menggugat pasal 84 UU MD3 yang memuat aturan itu. Namun gugatan itu kandas karena MK menolak dan menyebut tidak ada hak konstitusional yang dilanggar.
Tidak bisa mengajukan paket pimpinan
Ditolaknya gugatan uji materi UU MD3 membuat PDIP dan koalisinya tak berkutik. Hanya terdiri dari empat fraksi yakni PDIP, PKB, Hanura, dan NasDem, mereka tidak bisa memenuhi aturan di pasal 84 ayat 2 yang mensyaratkan pimpinan DPR dipilih dari dan oleh anggota DPR dalam satu paket yang bersifat tetap.Hingga rapat paripurna berlangsung tadi malam dan sempat diskors berkali-kali, PDIP tidak mampu mendapatkan dukungan dari satu fraksi lain.
Gagal menarik PPP dan PAN
PDIP sempat berharap mendapat dukungan dari PPP yang tidak kebagian jatah pimpinan karena Koalisi Merah Putih kelebihan fraksi pendukung. Upaya-upaya lobi dilakukan namun kubu pro Ketua Umum Suryadharma Ali lebih menguasai.Kubu ini loyal terhadap komitmen mereka di Koalisi Merah Putih dan menolak membelot mendukung paket pimpinan PDIP dkk.Demikian juga dengan PAN. Jokowi yang sempat mengklaim partai ini sudah 80 persen akan bergabung harus kecewa. PAN tidak mungkin mendukung kubu PDIP karena wakil mereka, Taufik Kurniawan menjadi calon wakil ketua DPR yang diusung dalam paket Koalisi Merah Putih.
SBY dan Mega batal bertemu
PDIP berupaya mengerahkan semua kekuatannya untuk melobi Partai Demokrat yang sepertinya masih galau di saat-saat terakhir. Jokowi, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Puan Maharani menjadi tim pelobi yang diharapkan bisa merayu SBY untuk memerintahkan partainya mendukung koalisi PDIP.Namun rupanya, SBY hanya ingin bertemu langsung dengan Megawati. Upaya sang putri Puan Maharani untuk menemui SBY gagal dan harapan dukungan dari Partai Demokrat pun sirna.
Gaya berpolitik PDIP yang kaku
PDIP dinilai belum mengubah paradigma dari partai yang 10 tahun menjadi oposisi menjadi partai pemerintah. Pola komunikasi dan lobi politik yang dilakukan terkesan arogan. Sebagai pemenang pemilu PDIP disibukkan menyiapkan pemerintahan ke depan, namun mereka lupa 'mengamankan' kepentingan mereka di parlemen.Celah ini yang dimanfaatkan Koalisi Merah Putih untuk mengubah aturan di UU MD3 yang mengubur harapan PDIP memimpin DPR. Sudah tahu peluangnya tipis, PDIP terkesan masih jual mahal untuk mengajak partai lain bergabung. Tidak jelas insentif apa yang mereka tawarkan untuk partai lain supaya mau bergabung dengan mereka.Akhirnya, seperti yang terjadi dini hari tadi, PDIP gagal menjadi pimpinan DPR untuk 5 tahun ke depan.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Partai Pemenang Pemilu 2019, Lengkap dengan Persentasenya
Pantai pemenang pemilu 2019 adalah PDIP. PDIP berhasil meraih posisi pemenang dengan jumlah kursi terbanyak di parlemen.
Baca SelengkapnyaSidang Paripurna, PDIP dan PKB Minta Pimpinan DPR Serius Sikapi Wacana Hak Angket Pemilu
Sebab, dia menilai saat ini pengawasan DPR RI pada Pemilu 2024 tak ada marwahnya.
Baca SelengkapnyaDeretan Jagoan PDIP yang Gagal Terpilih di Pemilu 2024
Sejumlah politikus PDIP berpotensi gagal menjadi anggota DPR pada Pemilu 2024
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebut Putusan DKPP ke KPU Tak Pengaruhi Pencalonan Gibran, Airlangga: Tetap Optimis Menang 1 Putaran
Ketua KPU disanksi etik atas keputusannya meloloskan Gibran dalam proses Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPakar Nilai Sanksi DKPP kepada Ketua KPU Tak Pengaruhi Pencalonan Gibran
Menurutnya, paslon 02 itu juga harus diakui memiliki dua titik noda soal etik.
Baca SelengkapnyaSuara Pileg 2024 Melesat, Golkar Optimis Raih Kursi Ketua DPR
Meutya optimis partainya dapat menduduki posisi Ketua DPR.
Baca SelengkapnyaPDIP Ungkap Akar Rumput Kubu 01 dan 03 Suarakan untuk Bergabung: Demokrasi Harus Diselamatkan
PDIP tidak menutup kemungkinan terjadinya koalisi antara kubu Ganjar dan Anies di putaran kedua Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPKS Terbuka Koalisi dengan PDIP di Putaran Kedua
PKS tak menutup kemungkinan berkoalisi dengan PDIP dan partai pengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD di putaran kedua Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaBuka Rapat Paripurna, DPR Singgung Etika Politik Siap Menang dan Kalah
DPR berharap agar menciptakan pemilu yang baik adalah tugas bagi para kontestan dan juga penyelenggara pemilu.
Baca Selengkapnya