Waspada DBD Setelah Musim Hujan, Kenali Gejala dan Penanganannya Berikut Ini
Merdeka.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta masyarakat waspadai Demam Berdarah Dengue (DBD). Sebab, kini banyak genangan air yang muncul sehabis musim hujan.
"Setelah musim hujan deras, kemudian hujannya reda, justru di sinilah kita harus waspada. Infeksi dengue masih mengintai kita ya. Dia tidak mengenal umur atau jabatan, siapapun bisa kena ya. Makanya harus tetap waspada," kata Kepala Divisi Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Infeksi Tropik IDAI Mulya Rahma Karyanti kepada wartawan, Kamis (26/1).
Mulya juga mengungkapkan, rata-rata jumlah kasus DBD selama lima tahun terakhir mencapai 90.791 kasus. Sementara jumlah kematian mencapai 666 kasus per tahun.
"Yang paling sering terkena adalah populasi anak-anak berusia 5-14 tahun. Ini yang tertinggi ya. Namun saat pandemi, ini yang dominan remaja muda. Tapi kalau kasus kematian, 5-14 tahun yang tertinggi dari enam tahun terakhir," jelas Mulya.
Penyebab DBD
Mulya kembali menjelaskan bahwa DBD disebabkan nyamuk aedes aegypti betina. Nyamuk ini akan mengisap darah manusia untuk pematangan sel telur atau agar dapat berkembang biak. Maka dari itu, jika aedes aegypti telah mengisap darah orang lain dan mengandung virus dengue, virus tersebut masih dapat ditularkan kepada orang lain.
"Nah biasanya gejala enggak langsung timbul. Masa inkubasinya membutuhkan 5-10 hari. Kemudian, baru ada gejala pada penderita sekitarnya," ujar Mulya.
Sayangnya menurut Mulya, nyamuk aedes aegypti senang mengisap darah di siang hari. Berdasarkan pernyataan Mulya, nyamuk ini menggigit sekitar pukul 8-10 pagi atau menjelang sore pada pukul 15.00-17.00 WIB.
Sedangkan gejala dialami orang terkena DBD itu seperti keluhan demam atau nyeri di belakang mata, sakit perut, mual, muntah atau pendarahan.
"Nah ini gejala-gejala yang perlu diwaspadai. Kalau demamnya mendadak tinggi, tiba-tiba kemudian mukanya memerah, flushing,” kata Mulya.
Penanganan
Mulya berpesan, bagi orang tua yang memiliki anak bergejala DBD, harus memperhatikan asupan minuman sang anak. Mulya mengatakan, anak harus rajin minum agar tidak dehidrasi dan perhatikan buang air kecilnya. Jika dalam delapan jam tidak buang air kecil, maka harus segera dibawa ke dokter.
"Kemudian, aktivitasnya dilihat. Anaknya mulai tidur terus atau main. Kalau udah lemas, pusing sekali, pegang gadget saj sudah pusing, maunya pusing, itu hati-hati. Sudah mulai turun aktivitasnya,” tambah Mulya.
Lalu, Mulya meminta orang tua memantau suhu anak. Di hari pertama, kata Mulya, suhu anak masih tinggi. Namun, di hari ketiga sampai keenam, anak akan memasuki fase kritis dan suhu turun dan setelah hari keenam, ketujuh, anak sudah masuk ke fase penyembuhan.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.
Baca SelengkapnyaIDI: Perlu Kerja Sama Strategis Mewujudkan Pemerataan Dokter di Indonesia
IDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaWaspada DBD di Indonesia Melonjak Sampai Bulan April, Kenali Gejalanya
Per 1 Maret 2024, tercatat kasus DBD mencapai 16.000 kasus
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bayi Batuk Tak Perlu Langsung Dibawa ke Dokter, Mengapa?
Sejumlah kondisi batuk pada bayi tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua dan tidak selalu harus diobati.
Baca SelengkapnyaCerita Dokter Pasiennya Usia 25 Tahun Mendadak Masuk IGD lalu Divonis Gagal Ginjal, Ternyata Sering Minum Pil Diet
Setelah menjalani pemeriksaan, hasilnya mampu membuat dokter sedih hingga gregetan.
Baca SelengkapnyaDituduh Cabuli Istri Pasien yang Tengah Hamil, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Ortopedi saat Disidang
Dokter spesialis ortopedi inisial MY membantah telah mencabuli istri pasiennya, wanita hamil berinisial TA (22). Dia siap dihukum jika tuduhan itu terbukti.
Baca SelengkapnyaKisah Anak Petani Tulungagung Jadi ASN Pertama di Keluarga, Kini Jadi Kepala Dinas Kesehatan Sekaligus Peternak Kambing Sukses
Ia beberapa kali ingin pindah jurusan karena menjadi dokter bukan cita-citanya
Baca SelengkapnyaAnies Buka Data Ketimpangan di Indonesia: 64 Persen Dokter dan 74 Persen RS Ada di Jawa-Sumatera
Berdasarkan data tersebut, membuat masyarakat di wilayah Timur Indonesia kesulitan berobat.
Baca SelengkapnyaKemenkes Ungkap Data Nasional: 475 Orang Meninggal Akibat DBD
Kementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca Selengkapnya